Protektif

Ditulis: di Prameks, 29 Desember 2018

Si Ode minta belajar nyetir. Dia pamer kalau temannya sudah punya SIM A dan C. Dengan berat hati, kami ijinkan.

Tibalah pagi itu, ia benar-benar mewujudkan keinginannya. Dipandu oleh Om-nya. Yang kemudian adik istri saya yang polisi itu mengirim foto-foto. Memperlihatkan Ode pegang setir.

Jantungku langsung berdesir. Kuatir. Bagaimanapun trauma itu sungguh traumatis.

Pertama kali belajar nyetir, saya berhasil membuat bagian depan mobil masuk ke kali. Bukan rem, justru gas yang kuinjak. Beruntung yang memandu saya, pintar. Dia langsung tarik rem tangan.

Beberapa waktu kemudian, ternyata saya tidak sepintar pemandu saya itu. Sama kasusnya, niatnya injak rem, tapi yang keinjak malah gas. Mobil itu menabrak pohon mangga. Penyok berat.Tak apa. Yang penting kami selamat. Istri saya yang pertama kali belajar nyetir itu kemudian trauma. Saya yang bodoh, tidak bisa memandu belajar nyetir dan kurang antisipasi.

Menghilangkan trauma itu butuh waktu. Alhamdulillah berhasil. Kini, istri saya yang lebih mahir nyetir.

Saya kira kecemasan itu bukan hanya pada kami ketika melihat anak kita mencoba sesuatu yang menurut kita memang berbahaya bagi dirinya. Tapi, kami juga sadar, bagaimanapun kita tak bisa terus menerus mengekang. Hingga terlalu protektif.

Tempo hari, Ode minta ijin pengen nge-Mall di Solo bareng teman-temannya. Naik bus. "Kakak ajak teman-temannya naik grab aja". Akhirnya, mereka batal. Mahal kalau naik grab. Pikir mereka. Padahal, kami sudah bilang, kami yang ongkosi.

Tempo hari pula, Ode bercerita tentang liburan teman-temannya. Cewek cowok naik gunung.
"Aduh Kakak, gak mungkin bapak ijinin kamu ikutan begitu. Kamu masih SMA."

Batin saya: orang tua macam apa yang membiarkan anak perempuannya yang masih SMA naik gunung bersama cowok-cowok.

Mungkin kami yang kolot.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi