Rumah Yang Lebih Besar

Ditulis: 14 April 2018

Wiken minggu lalu ada hal yang tidak biasa dengan diri saya. Tumben-tumbennya saya mau membersihkan dan merapikan tanaman pekarangan rumah, termasuk menata interior rumah. Mantan pacar yang kini tinggal serumah sempat berkomentar: "Kayaknya hari ini mau hujan deras." Saya tertawa cengengesan.

Rumah. Tempat dimana kita berteduh, bernaung, istirahat. Selain juga bagian dari harta, kebanggaan, simbol kelas sosial. Sehingga, bila punya uang, sebagian kita berusaha merenovasinya agar lebih bagus dan megah. Meski sebenarnya dari sisi kebutuhan tidak terlalu diperlukan.

Biasanya komposisi rumah terdiri dari ruang tamu, kamar tempat rehat, kamar mandi, dapur, ruang keluarga, ruang ibadah. Pada umumnya, penambahan atau renovasi yang dilakukan lebih pada penambahan kamar tempat istirahat karena pertimbangan jumlah anggota keluarga yang bertambah atau keinginan agar kamar rehat makin luas. Namun, bisa jadi keinginan lainnya.

Renovasi atau penambahan bangunan dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, keatas atau ditingkat menjadi 2 lantai atau lebih. Dan cara kedua menyamping apabila masih tersedia lahan kosong atau barangkali ada tetangga yang menjual rumah atau tanah di sebelah rumah kita itu.

Hari itu saya pandangi rumah saya dari depan rumah dengan pikiran berkecamuk tentang masa depan. Sepertinya saya belum puas dengan rumah saya itu. Saya belum punya ruang perpustakaan pribadi sekaligus ruang kerja. Saya juga punya cita-cita ada ruangan yang lebih luas. Bisa untuk tempat berkumpul bagi istri saya arisan bersama warga. Atau suatu saat saya menjadi ustadz dan ingin membuat majelis taklim. Ruangan itu bisa saya gunakan untuk pengajian. Atau saya terjun ke politik dan ruangan itu sebagai tempat kumpul untuk diskusi. Intinya, saya inginkan rumah yang lebih besar lagi dengan tambahan kamar kamar. Bagaimana caranya?

Satu yang kemungkinannya bisa adalah saya buat bangunan keatas. Sebenarnya rumah saya sudah dua lantai, tetapi baru sebagian. Tentu saya harus berpikir untuk membuat pondasi yang kuat pada bagian yang belum saya bangun dua lantai. Maka saya perlu menata ulang bagian bangunan yang sudah ada itu. Pada akhirnya, keinginan saya itu mungkin bisa tercapai. Tergantung niat dan saldo rekening. Bahwa kita sedang berada pada suatu masa dimana saldo rekening selalu berbanding lurus dengan keinginan.

Namun punya rumah dua lantai itu, kadang membuat kita kesal dan capek karena harus naik turun tangga. Kita sering malas ke lantai dua. Karena itu saya berpikir bagaimana kalau rumah tetangga, saya beli saja. Mungkin tidak seluruhnya. Bisa sebagian saja. Ini tentu butuh perjuangan, karena mesti meyakinkan tetangga untuk menjual sebagian lahannya.

Barangkali seperti itu perumpamaan yang bisa kita lakukan dengan rumah organisasi kita. Dengan perkembangan jaman, kita inginkan perubahan. Sebuah perubahan agar organisasi ini makin besar baik bentuk maupun tugas dan fungsinya. Menjadi besar bisa karena penambahan tusi dari organisasi tetangga atau penambahan karena penajaman dari tusi dasar kita. Bila yang kedua dilakukan, maka diperlukan pemikiran dan melihat kembali pondasi bangunan organisasi. Seberapa kuat dasar pondasi untuk kita kembangkan keatas sebagaimana bangunan rumah yang akan kita jadikan dua lantai atau lebih.

Maka, kembali bertanya dan menemukan siapa jati diri kita, mungkin akan membuat kita lebih leluasa melihat visi masa depan.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi