Munajat

Ditulis: 24 Pebruari 2019

Menurut KBBI, munajat artinya doa sepenuh hati kepada Tuhan untuk mengharapkan keridhaan, ampunan, bantuan, hidayat, dan sebagainya.

Setiap orang pastinya pernah melakukan itu. Bagi pemeluk teguh, nyaris setiap waktunya adalah bermunajat. Karena meyakini keberadaannya sebagai hamba. Tak ada daya upaya kecuali dengan pertolongan-Nya. La hawla wala quwwata illa billah.

Begitulah semestinya. Sepantasnya begitu. Memang harus begitu. Dan benar begitu. Sebagai insan yang memahami hakekatnya.

Maka, apapun yang ia lakukan semata-mata untuk beribadah, bermunajat mengharap ridha-Nya. Semua ada pada niat dan hati yang ikhlas. Itu yang membedakan antara aktivitas duniawi dan ukhrawi.

Sudah jelas, bila bekerja diniatkan untuk ibadah dan perwujudan rasa syukur, ya itu juga ibadah. Ada dalilnya. Tak perlu disangkal. Silakan ketik di Gugel: hadits tentang bekerja.

Sayang, sepertinya masih ada saja yang belum terima kalau bekerja itu ibadah. Atau mungkin karena kurang paham. Atau belum yakin dengan apa yang dikerjakan itu bermanfaat. Hingga masih ada yang berusaha "mencuri" waktu kerja untuk melakukan ibadah. Yang bukan ibadah wajib.

Bermunajat bisa dilakukan sendiri-sendiri atau berjamaah. Duduk bersimpuh di sepertiga malam terakhir memohon kepada Tuhan untuk segala kebaikan. Qiyamullail. Itu yang biasa dilakukan sendirian. Tak ada yang tahu, tak ada yang menyaksikannya. Kecuali Tuhan dan malaikat. Dijamin ikhlas, semata-mata untuk bermunajat.

Berbeda bila dilakukan secara bersama-sama. Mudah sekali disusupi niat-niat sampingan. Seperti di dusun saya. Ada kebiasaan kenduri atau selametan. Mengundang para tetangga untuk mendoakan leluhur yang sudah wafat. Bagi tuan rumah, adakalanya disusupi niat untuk pamer dengan sajian makanan dan "berkat" yang dibawa pulang. Dibikin mewah melebihi kebiasaan di dusun, hingga para tetangga membatin: "wah". Soal niat memang gampang-gampang susah. Bagi yang diundang adakalanya dengan niat tulus hadir memenuhi undangan dan ikhlas mendoakan. Atau berniat silaturahmi. Ada juga mungkin karena berkatnya, atau sebab bisa pamer pakaian, jam, dan HPnya yang mahal. Intinya, setiap ada kerumunan masa, niat bukan lagi hal yang mudah untuk dikelola.

Bagaimanapun bermunajat secara bersama-sama perlu waspada dengan niat masing-masing. Ada yang niatnya tulus untuk berdoa. Ada pula niat unjuk kekuatan massa. Lalu, apa hasilnya? Ditunggu saja. Apakah kemudian yang maniak duren, kapok makan duren? Yang hobi jengkol, berhenti makan jengkol?

Hmmm... Disana sudah ada yang komen: "analoginya tidak sebanding. Ini pilpres, bukan soal duren dan jengkol."

Sakkarepku!

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi