Perkembangan TI & Pengembangan Organisasi

Ditulis: 24 Maret 2018

Mengapa dengan perkembangan TI kita malah mengembangkan organisasi? Ini alasannya.

Sebuah organisasi yang terus memanfaatkan TI dalam proses bisnis, adakalanya dihadapkan pada sebuah pertanyaan dan pengambilan keputusan: bertahan, menjadi ramping atau malah mengembangkan organisasi.

Sepintas orang akan berpikir dan ini sepertinya menjadi logika umum, bahwa dengan perkembangan TI dimana tenaga manusia tergantikan oleh mesin, aplikasi, semestinya berdampak pada perampingan struktur organisasi.

Mengapa muncul pemikiran demikian? Karena inilah cara berpikir linear. Logika kebanyakan dan sudah umum. Hal yang biasa.

Sekarang, kita coba dengan cara berpikir yang tidak lagi linear. Mari kita zigzag.

Apalagi bila ini instansi pemerintah. Hitungannya bukan profit, worted atau tidak. Kenapa kalau dengan perkembangan TI, organisasi harus ramping? Siapa yang mewajibkan begitu? Tuhan pun tidak. Apalah manusia. 

Apa iya, kalau dengan banyaknya aplikasi akan menyelesaikan semua masalah? Semua problem dapat diselesaikan dengan mesin? Jika ini merupakan TI atau aplikasi besar, terintegrasi, dengan banyak user, sudah jelas terbayang kompleksnya persoalan. Implementasi dan maintenisnya butuh pendampingan yang memerlukan SDM yang juga banyak dan handal. Dimana SDM itu akan didudukan? Tentu dalam struktur, bukan? Jelasnya, selain SDM, hal yang tak kalah penting adalah unit selaku UIC yang bertanggung jawab terhadap supervisi, pendamping implementasi aplikasi.

Penerapan aplikasi tentu tak melulu soal teknis operasional, karena mesti pula dipahami proses bisnisnya, aturannya, dimana hal ini membutuhkan unit yang bertanggung jawab dalam pembinaannya.

Mari ambil nafas dulu, kosongkan pikiran dan buat imajinasi. Bayangkan, dengan penggunaan aplikasi yang muaranya adalah database, lalu apa yang kita punya atas hal itu. Data-data yang banyak dan kompleks. Apakah data-data itu akan dibiarkan begitu saja? Tentu ini hal yang salah. Apa yang benar? Data-data itu akan sangat bermanfaat bila diolah, dianalisis dan bisa bicara banyak macam terkait kebijakan dan perbaikan kedepan. Siapa yang bisa melakukan ini? Para analis. Bayangkan kalau itu data APBN, data UMKM, data pengeluaran, data penerimaan, data PNBP, data penyaluran dana transfer, data fiskal, dll. Masak mau dibiarkan saja? Adalah yang kemudian berpikir untuk mengolah, menganalis, menulisnya menjadi bacaan yang menarik dan bermanfaat bagi pengambil kebijakan. Dan ialah unit yang bertugas untuk kepentingan analisis ini menjadi kebutuhan. Inilah yang kemudian disebut pengembangan tugas.

Sementara itu, manusia adalah makhluk yang berpikir, mengembangkan diri, serta berinovasi. Mana mungkin kita membatasi ide, gagasan, termasuk inovasi tugas yang jelas-jelas bermakna dan belum dikerjakan oleh unit lain. Atau selama ini belum optimal dilakukan. Siapa yang akan menjalankan inovasi tugas ini? Maka, dibutuhkan unit tertentu yang memiliki kewenangan itu.

Dengan alasan-alasan di atas, disinilah mengapa pikiran perampingan struktur mesti juga kita kesampingkan.

Adalagi yang kemudian mendesak dengan pertanyaan: bagaimana dengan adanya jafung? Bukankah mestinya jabatan struktural berkurang karena tusi jafung dan struktural tidak boleh tumpang tindih? Yang bilang tumpang tindih itu siapa? 

Untuk menjawab ini, saya kira alasan-alasan diatas bisa menjadi template.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi