Merdeka

Ditulis: 17 agustus 2018

Hari ini kita merdeka. 73 tahun yang lalu. Kita merdeka dari para penjajah. Belanda dan Jepang. Tanam paksa, kerja rodi dan romusha. Bukti kekejaman mereka.

Kakek saya nyaris menjadi romusha. Berhari-hari setiap malam beliau mengurangi tidur. Tirakat. Memohon pertolongan Tuhan. Alhamdulillah. Batal. Begitulah. Setiap kali merasa ada ancaman bahaya, beliau melakoni tirakat. Suatu kali dusunnya dibombardir bom. Beliau lalu duduk berdzikir. Tirakat. Bom-bom itu hanya lewat di atas rumah.

Kini beliau benar-benar merdeka. Dari kehidupan fana. Sejatinya sudah sejak lama. Saat saya masih kuliah, beliau wafat. Lahumul fatihah.

Bagaimana dengan kita? Apakah betul-betul merdeka?

Manusia memiliki kebutuhan primer. Pangan, sandang dan papan. Kita tak lagi merdeka atas ketiganya.

Pangan. Kita diteror dengan kolesterol. Dan lemak. Dan asam urat. Dan obesitas.

Sandang. Kita diiming-imingi dengan segala jenis merk. Sebagian telah dijajah. Ketergantungan. Maniak. Lalu menjadi tidak pede jika tidak memakai merk itu.

Papan apa lagi. Kita ingin bebas tinggal di dekat kantor. Tapi sudah padat. Mahal. Akhirnya jauh. Setiap hari ditindas oleh berjubelnya kereta. Disiksa macet. Dihantui potongan absen. Sebagian juga tidak bisa "bebas" tinggal bersama keluarga. Berjauhan.

Begitulah. Kita memang sudah merdeka. Tapi tak pernah merdeka sebenarnya. Bagaimanapun ada hal lain yang akan terus menjajah. Setidaknya dijajah oleh rasa rindu.

Merdeka!!!

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi