Leader

Ditulis: di Kursi Maguwo, 19 Mei 2018

Bagaimanapun setiap puasa saya selalu ingat dengan suasana dusun saya. Setiap malam terdengar suara tadarus. Sampai sahur. Saya tak lagi takut pulang sendiri dari mesjid melewati kebonan gelap sehabis tadarus. Karena syetan dirantai. Suara tadarus itu juga makin menguatkan keberanian.

Tarawih di mesjid dusun saya 20 rakaat ditambah 3 rakaat witir. Tanpa kultum. Sehingga tak perlu repot menseleksi penceramah. Apakah ia radikal atau tidak. Setelah tarawih kami ramai-ramai memukul beduk. Tabuhan dan iramanya khas. Berlangsung sampai semua jamaah beralih dari ruang utama ke serambi mesjid. Sesudah itu menjadi momen yang selalu kami tunggu: pembagian snack alias jlaburan. Disediakan oleh warga secara bergiliran. Ada aneka kue atau umbi umbian. Sehabis menikmati jlaburan, kami duduk memutari meja "dampar". Tadarus bergantian.

Semua berjalan outopilot, otomatis nyaris tanpa manajemen. Siapa muazin dan bilal tarawih tak perlu ditunjuk. Tukang bagi jlaburan juga ujug-ujug. Semua telah memposisikan diri masing-masing.

Mbah Kyai kami juga bukan orang yang hobi berceramah yang ndakik-ndakik dengan dalil. Lebih banyak memberikan teladan. Beliau imam kami. Seorang yang rajin beribadah, wiridan dan berdoa. Kami meyakini doa beliau mustajab. Setiap orang dusun bahkan dari jauh yang punya keperluan, akan sowan ke Mbah Kyai untuk minta didoakan. Jika ada yang sakit minta disuwuk.

Kami akui Mbah Kyai itu sebagai pemimpin kami, sebagai panutan tanpa mesti tersebut dalam keputusan. Beliau pemimpin informal.

Begitu juga dalam suatu organisasi. Oleh kalangan sekitar, ada orang yang dituakan, dijadikan panutan secara informal yang justru itu kadang lebih efektif dibandingkan pemimpin formalnya. Orang ini bisa mempengaruhi. Bisa menggerakkan teman-temannya. Dia dipercaya. Sarannya didengar.

Guru leadership, John C. Maxwell bilang: “leadership is about influence. nothing more, nothing less”. Meskipun titelnya bukan direktur atau manajer, tapi bisa meng-influence orang dan bisa membuat orang sanggup menghasilkan sesuatu yang lebih baik maka orang itu disebut leader. Jadi jangan dicampur antara leadership dengan suatu posisi. Ada orang yang jabatannya keren tetapi tidak bisa influence orang, maka dia bukan leader. Leader harus mampu mempengaruhi, menginspirasi orang lain. Bukan memerintah. Saya? belum sampai maqom itu. Saya hanya pejalan.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi