Persimpangan sunyi
-(Sabtu, 2 Agustus 2025)-
Selamat datang Agustus. Bulan di mana harapan itu tiba pada persimpangan jalan. Lurus menuju pulang. Ke kanan ke arah jeda. Ke kiri mendekatkan pada permainan. Kadang ada yang masih gamang, lalu menengok ke belakang, meratapi nasib sambil mengumpati masa lalu—seperti memarahi bayangan sendiri yang tak pernah benar-benar pergi.
Agustus. Kita tak akan pernah tahu apa yang ada pada jalan yang lurus itu, ke kanan itu, ke kiri itu. Meski telah menetapkan tujuan, apa yang kita temui adakalanya tak persis apa yang kita kehendaki. Peta sudah di tangan, tapi jalan justru melipat dirinya sendiri. Maka rasa kecewa menjadi kondisi yang mesti dimitigasi—seperti asap yang tidak bisa diusir, hanya diajak berdamai.
Agustus. Di persimpangan itu kadang kita hanya bisa diam. Kebingungan dengan empat pilihan yang semua tampak seperti ilusi optik. Lalu kita bertanya pada hati sanubari, yang kadang berbisik lirih, kadang hanya bergumam seperti radio tua. Hendak kemana langkah ini akan diarahkan? Pasti pilihan utama adalah kebahagiaan. Hanya saja, yang kita temukan tak selalu hitam putih kebahagiaan—kadang abu-abu, kadang transparan.
Begitulah hidup yang selalu memberikan hal-hal tak terduga, seolah senang bermain teka-teki dengan harapan yang sedang letih.