Zikir panjang

-(Jumat, 1 Agustus 2025)-

Soal duduk berzikir, barangkali tak ada yang bisa mengalahkan orang-orang di sini. Saya sudah melakukan survei ke beberapa masjid, dan begini faktanya.

Setiap selesai sholat Maghrib dan Subuh, para jamaah, dipimpin oleh imam, mengucapkan zikir, wirid, dan doa yang panjang—bahkan bisa mencapai setengah jam. Untuk selain dua sholat itu, bacaan yang dilafalkan lebih pendek. Namun, yang lebih fantastis lagi adalah adanya bacaan zikir dan wirid sebelum sholat Subuh. Ini dilantunkan setelah azan dan sholat sunah qobliyah Subuh oleh orang yang sebelumnya menjadi muazin, atau bisa juga oleh orang lain. Jamaah pun mengikuti bacaan tersebut dengan suara lirih. Durasi zikir ini pun cukup panjang—bisa sampai setengah jam.

Barangkali zikir sebelum Subuh ini juga dimaksudkan untuk mengisi waktu sambil menunggu para jamaah berdatangan. Artinya, setiap Subuh ada dua sesi zikir dan wirid: satu sebelum, dan satu sesudah sholat Subuh.

Tentu saya tidak sedang membahas perbedaan pendapat tentang pelaksanaan zikir dan wirid ini. Karena masing-masing pihak punya dalil dan dasar keilmuan yang sahih, dan semua itu perlu kita sikapi dengan saling toleran antar sesama muslim.

Saya sendiri belum menemukan informasi, atau bahkan belum sempat mencari secara lebih dalam, siapa yang pertama kali mengajarkan tata cara dan susunan wirid dan zikir tersebut. Dugaan sementara saya adalah Tuan Guru Sekumpul—seorang ulama besar yang sangat disegani dan dihormati di daerah ini. Haul beliau setiap tahunnya selalu dipenuhi lautan manusia, datang dari berbagai daerah. Maka wajar jika pengaruh beliau terasa dalam tradisi ibadah masyarakat setempat.

Sebagai orang yang bukan asli dari sini, tentu ini menjadi pengetahuan baru yang menarik bagi saya. Saya pun tertarik untuk menyimak dan mengikuti zikir serta wirid yang dilantunkan. Di antaranya, ada salah satu bacaan yang maknanya begitu dalam dan menyentuh hati:

“Astaghfirullah lil mukminina wal mukminat.”

Yang berarti: Aku memohon ampun kepada Allah bagi seluruh kaum mukminin dan mukminat.

Ada pula bacaan:

“Ya Allahu biha bihusnil khotimah.”

Yang berarti: Ya Allah, dengan bacaan ini aku memohon akhir hidup yang baik (husnul khotimah).

Dua bacaan ini saja sudah cukup membuat saya terpikat. Betapa baiknya masyarakat di sini, turut memohonkan ampun bagi sesama mukmin dan mukminat, tak hanya yang berada di daerahnya, tetapi seluruh dunia. Tak lupa pula mereka berharap untuk meninggalkan dunia ini dalam keadaan husnul khotimah. Dua perpaduan doa yang menurut saya sangat menggetarkan—setidaknya bagi saya pribadi. Saya sulit menuliskannya dengan kata-kata, karena maknanya saya rasakan melalui batin, bukan sekadar logika.

Begitulah. Bahwa kebahagiaan dan ketenangan itu bisa diperoleh melalui zikir, wirid, dan doa yang rutin dibaca. Ketika melewatkan kebiasaan itu satu hari saja, rasanya ada yang kurang. Barangkali memang melalui zikir, wirid, dan doa itulah, ada hormon kebahagiaan yang memancar dalam diri kita—membuat hari-hari terasa indah, dan segala urusan menjadi lebih mudah.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

Pengembangan Organisasi

"Penajaman" Treasury Pada KPPN