IKU Literasi Akan Berakhir Tahun Ini?

 --- (Ditulis tanggal 26 Oktober 2022) ---

Sisa dua bulan lagi, tepatnya dua bulan plus 5 hari, kalau dihitung dari saat ini, tahun 2022 akan berakhir. Artinya? Bisa macam-macam, tergantung sudut pandang dan kepentingan. Tergantung pula pada siapa atau identitas yang melekat pada orang itu. Bagi yang sudah merasa lama menunggu, di masa dua bulan itulah momen itu biasanya hadir. Yang kehadirannya kerap bikin kaget. Ada yang sesuai keinginan ada pula sebaliknya. Ada yang bahagia, ada pula yang masih harus bersabar. Dan seterusnya.
Atau, bagi pejabat unit itu yang punya indikator kinerja utama (IKU) literasi, sudah pasti mesti segera merampungkan tulisan. Dan disinilah persoalan itu bermula, terutama untuk yang tidak hobi menulis.
Bagi orang jenis ini, lebih baik disuruh gowes puluhan atau ratusan kilo, atau mancing, atau gaple, atau bla-bla-bla, daripada disuruh bikin artikel. Tapi, bagaimanapun tugas literasi ini harus diselesaikan. Kecuali untuk mereka yang tidak peduli nilainya merah menyala.
Untungnya, Pusat telah menyediakan tempat bagi mereka yang tidak ambis dengan nilai. Ada satu portal, yang jika tulisan itu diposting di portal itu, yang apa pun tulisannya, yang bisa juga asal copas, yang ngawur sekalipun, akan langsung mendapatkan nilai. Meski nilainya dibawah target. Tapi setidaknya warna kuning, bukan merah.
Pengembangan tugas literasi ini memang luar biasa. Kalau dulu, asal terbit di media massa, bisa langsung mendapat nilai lebih dari 90 bahkan 100. Sekarang, makin menantang, karena begitulah karakter IKU. Untuk mendapatkan nilai 100 harus terbit di jurnal. Karena, sepertinya pusat ingin mendorong pegawai menulis di jurnal ilmiah. Yang ampun-ampun proses dan tahapan seleksinya.
Maka, agar nilainya di atas target, setidaknya perlu usaha untuk bisa menulis di media lokal. Atau dengan kata lain, kebanyakan akan memilih menulis di media lokal, yang nilainya 80. Yang itu cukup, karena sudah lebih dari target.
Masalahnya, menulis di media lokal pun, masih banyak yang kesulitan mendapatkan ide, apa yang akan ditulis. Yang sebenarnya banyak yang bisa ditulis.
Tapi, baiklah, saya akan kasih solusinya. Bagi yang mau saja. Menurut saya, menulis artikel opini akan lebih mudah jika ada data yang mendukung argumen dan rekomendasi yang kita tulis. Karena diharapkan bisa terbit di media lokal, maka setidaknya data yang disajikan cukuplah data lokal atau regional. Dan data lokal atau regional itu ada banyak di kantor.
Karena datanya bersifat regional, maka bisa jadi beberapa orang yang berbeda tempat atau beda regional menulis tema yang sama tapi dengan data regional masing-masing. Seperti menyusun KFR, yang ketika ada regional yang KFR nya juara, kita akan melihat dan membaca KFR itu, untuk kemudian kita berusaha tiru dengan melakukan adaptasi dengan data setempat.
Nah, dari contoh ini, menulis artikel dapat menerapkan pola itu. Artinya, ketika ada teman atau orang lain yang artikelnya berhasil dimuat di media setempat, dimana setelah dibaca datanya bersifat regional, maka sebenarnya opini itu bisa diadaptasi dengan penyesuaian sesuai data dan kondisi setempat. Tentu, pada bagian pendahuluan dan rekomendasi perlu penyesuaian atau diparafrase, karena menulis artikel memang tidak boleh plek ketiplek alias asal copas.
Lantas, bagaimana menemukan tulisan yang dimuat di koran dengan data dan analisis yang bersifat regional? Silakan ubek-ubek blog ini: https://sigidmulya.blogspot.com/?m=1.
Ada banyak tulisan di blog itu yang telah terbit di media. Mulai dari soal KUR, DAK Fisik, Dana Desa, PEN, Stunting, SBSN, Hibah, BLU, Revisi, IKPA, yang semuanya menggunakan data regional. Yang dari tulisan-tulisan itu, silakan untuk diadaptasi sesuai data regional dan permasalahan masing-masing, yang kadang problemnya juga sama. Kalau memang problem dan rekomendasinya sama, ya bisa dituliskan kembali dengan kalimat sendiri atau diparafrase. Dengan kata lain, tulisan-tulisan di blog itu bisa dijadikan template.
Semoga ini menjadi solusi untuk tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya. Karena harapan agar tugas literasi ini berakhir tahun ini, sepertinya akan sekedar menjadi harapan. Mengapa?
Pertama, tentu ini bersumber dari selentingan orang pusat yang intinya literasi akan berlanjut. Kedua, dengan fungsi RCE yang dimiliki, tugas literasi ini adalah yang paling relevan. Dengan menulis, analis data-data itu bisa dijelaskan. Dengan tulisan, rekomendasi itu bisa dibaca dan dideliver. Ketiga, nampaknya sudah ada unit lain yang tertarik dengan IKU literasi ini dan mengadaptasinya. Maka, bagaimana mungkin ketika ada unit lain giat mengembangkan, justru kita kembali ke belakang? Keempat, apalagi di unit ini ada divisi yang menangani bidang kajian dan mengelola jurnal. Tentu, diharapkan para pegawai ikut aktif berkontribusi, dan yang bisa "memaksanya" adalah IKU literasi.
Jadi, judul diatas sebenarnya adalah clickbait, yang disengaja agar yang melihat judul itu tertarik untuk membaca lebih lanjut. Yang judul clickbait ini akan semakin menjamur menjelang tahun politik. Yang sebagian orang asal share tanpa membaca isinya.
Maka, secara 99,9% IKU individual yang paling menantang ini, yang kerap bikin orang ampun-ampun itu, yang bikin orang ninu-ninu begitu, akan tetap berlanjut.
Kecuali, besok kiamat.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi