Siapa kita?
-(Senin, 28 Juli 2025)-
Dalam film The Equalizer 3, terdapat sebuah dialog antara seorang dokter dan tokoh utama yang diperankan oleh Denzel Washington, Robert McCall. Dalam percakapan itu, sang dokter bertanya: “Apakah Anda orang baik atau orang jahat?” McCall menjawab: “Aku tidak tahu.”
Beberapa waktu kemudian, mereka kembali membahas pertanyaan tersebut. Kali ini, McCall yang balik bertanya. Sang dokter pun menjawab bahwa hanya orang baik yang menjawab dengan keraguan seperti itu.
Kenyataannya, masa lalu manusia hampir selalu tersusun oleh dua hal yang bertolak belakang: perbuatan baik dan buruk, sifat terpuji dan tercela. Kita kerap menilai diri sendiri dengan cara membandingkan kedua sisi itu—seolah-olah kebaikan dan keburukan bisa dihitung secara proporsional. Kita bertanya dalam hati: lebih banyak mana, kebaikan atau keburukan yang telah kita lakukan?
Namun, bagi orang yang sadar akan dirinya—yang paham betul tentang dorongan nafsu, ego, serta upaya menegakkan kebaikan dalam dirinya—jawaban yang jujur sering kali adalah: “Saya tidak tahu apakah saya orang baik atau jahat.”
Pernyataan seperti itu bukan bentuk ketidaktahuan, melainkan kesadaran akan kompleksitas diri. Ia tahu bahwa dalam dirinya selalu berlangsung perang yang tak pernah benar-benar usai: antara bisikan kebajikan dan godaan untuk menyimpang. Ia tahu bahwa satu tindakan baik tidak serta-merta menghapus kesalahan masa lalu, dan bahwa satu kekeliruan pun bisa mencoreng nilai dari banyak kebaikan jika tidak disikapi dengan jujur dan bertanggung jawab.
Pada akhirnya, barangkali bukan kita yang menentukan apakah kita ini baik atau buruk, melainkan orang-orang di sekitar kita—mereka yang merasakan langsung dampak dari kehadiran kita dalam hidup mereka.
Sebanyak apa pun sembahyang yang kita lakukan, jika itu tidak membawa kebaikan bagi sekitar, mungkin sudah saatnya kita mengoreksi kembali makna ibadah. Karena ibadah sejati tidak berhenti pada gerakan atau bacaan, tetapi harus berlanjut menjadi manfaat. Ia tidak hanya tentang hubungan vertikal dengan Tuhan, tetapi juga tentang bagaimana kita memperlakukan sesama.