Tasyakuran haji

-(Rabu, 9 Juli 2025)-

Entahlah, barangkali memang sudah menjadi kebiasaan umum bahwa jam yang tertera di undangan itu bukan waktu yang sebenarnya. Seringkali acara masih molor hingga satu sampai dua jam.

Karena kami sudah tahu bahwa acara akan molor, maka kami pun sengaja datang melebihi waktu yang tertera di undangan, kira-kira kami telat setengah jam. Ini sebenarnya salah, dan tidak perlu ditiru. Kenyataannya, setengah jam setelah kami duduk, acara juga belum dimulai.

Tapi, mungkin karena tempaan selama ibadah haji — di mana para jamaah telah dilatih untuk bersabar, baik dalam antrean toilet maupun menanti waktu salat — sepertinya sebagian peserta tetap happy-happy saja. Apalagi ini adalah pertemuan besar pertama sejak kami tiba di tanah air. Maka, suasana menjadi hangat dan ramai oleh pertemuan kembali para jamaah haji di tingkat kabupaten. Meski ada juga beberapa orang di belakang saya yang mengeluhkan molornya acara.

Pagi itu kami mengenakan kembali batik haji nasional bercorak warna ungu itu. Nampak wajah cerah para jamaah haji ketika saling bertemu dan menyapa di antara mereka. Ada yang bertukar kabar, ada yang bercerita ulang pengalaman di tanah suci, dan ada pula yang hanya bersalaman dan tersenyum.

Dilihat dari susunan acaranya, nampaknya cukup simpel, berisi laporan penyelenggaraan haji dan sambutan Bupati. Tentu ada pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan juga doa. Meski sederhana, maknanya cukup dalam karena menjadi penanda rasa syukur sekaligus ikhtiar mempererat silaturahmi.

Acara yang diselenggarakan di pendopo Bupati ini sepertinya memang dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian pemerintah daerah kepada para jamaah. Sekaligus menjadi semacam kebanggaan, bahwa jamaah haji diundang dan hadir di lingkungan pemerintahan bersama Bupati dan pejabat lainnya.

Selain sebagai ungkapan syukur, acara ini juga menjadi semacam evaluasi dengan adanya sesi kesan dan pesan dari perwakilan jamaah haji. Kita tentu berharap penyelenggaraan haji pada tahun-tahun mendatang akan menjadi semakin baik. Dari pengalaman para jamaah, semoga muncul perbaikan, mulai dari layanan, pembimbingan, hingga fasilitas penunjang lainnya.

Pada akhirnya, tasyakuran ini bukan sekadar acara formal belaka. Ia menjadi ruang berkumpul, berbagi cerita, dan merawat kenangan spiritual yang baru saja kami lalui bersama.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

Pengembangan Organisasi

"Penajaman" Treasury Pada KPPN