Langkah pagi

-(Sabtu, 5 Juli 2025)-

Pagi datang seperti hari-hari kemarin. Suhu terasa agak dingin, barangkali karena musim kemarau, yang beberapa hari terakhir ini memang tak ada lagi hujan yang turun.

Saya berjalan menyusuri jalanan yang mulai ramai dengan para pengendara. Nampak di depan ada asap dari pembakaran sampah. Terlihat seorang laki-laki sedang menjaga perapian sampah itu. Duh, mengapa pagi-pagi ia sudah membakar sampah yang asapnya mencemari udara pagi yang mestinya masih segar.

Pikiran saya, yang terus saya paksa berhenti membuat penilaian, akhirnya tak sanggup saya tahan. Ini kejengkelan lama, sebagaimana ketika melihat orang merokok saat berkendara atau di tempat yang tidak semestinya. Bagaimanapun, asap sampah dan asap rokok tak pernah sehat bagi siapa pun. Padahal dalam Islam, menjaga kebersihan adalah bagian dari iman. Rasulullah SAW bersabda, “Kebersihan itu sebagian dari iman.” (HR. Muslim). Allah pun berfirman, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah (Allah) memperbaikinya.” (QS. Al-A’raf: 56). Membakar sampah sembarangan, betapapun kecilnya, tetap bisa merusak kualitas udara yang kita hirup bersama.

Barangkali edukasi masih menjadi hal penting bagi masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran akan hal-hal seperti ini. Mungkin dinas-dinas terkait dapat membuat terobosan dalam kampanye edukasi tersebut. Termasuk edukasi melalui mimbar-mimbar masjid.

Saya kemudian membelokkan langkah kaki memasuki perkampungan, berusaha menghindari asap pembakaran sampah itu. Lalu saya kembali berbelok ke jalan raya. Di sepanjang jalan di depan SMA itu saya mulai melihat aktivitas ekonomi yang dijalankan para pelaku UMKM. Ada penjaja cemilan gembukan yang di gerobaknya tertulis harga 500 rupiah. Pedagang itu sedang membuat adonan gembukan dari tepung yang kemudian akan ia goreng. Saya lihat di gerobaknya sudah ada beberapa yang digoreng.

Saya terus melangkahkan kaki melewati pedagang gorengan lain yang juga tengah membuat adonan — sepertinya bakwan — sambil menggoreng makanan. Sebuah pekerjaan multitasking yang biasa mereka lakukan untuk menjadi lebih efektif dan efisien. Sebuah hal yang juga sering dilakukan di instansi pemerintah, yang pada batas tertentu semestinya tidak dilakukan berlebihan agar tetap fokus pada pekerjaan utama yang memang menjadi tanggung jawab dan amanah yang diemban.

Di gerobak pedagang gorengan itu juga telah tersaji beberapa gorengan yang sungguh menggoda untuk dinikmati, terutama saya melihat di sudutnya ada beberapa timus, salah satu kesukaan saya. Harga gorengan itu rata-rata seribu rupiah.

Lalu saya juga melihat pedagang nasi uduk, nasi kuning, dan bubur ayam yang tengah melayani pembeli. Dalam satu gerobak itu, rupanya ada tiga jenis makanan yang ia jual, dengan harga masing-masing, jika tidak keliru, sekitar 7.000 rupiah. Barangkali ini juga bagian dari strategi penjualan untuk memberikan variasi sarapan bagi pembeli. Ini saya kira mirip dengan kantor yang memberikan beragam layanan: tak hanya memproses dokumen, tetapi juga memberikan konsultasi, monitoring, dan pembinaan. Dalam banyak hal, pegawai di kantor tersebut harus menguasai beberapa jenis pekerjaan itu, sebagaimana pedagang ini mampu membuat ketiga masakan itu sekaligus.

Saya kemudian tiba di persimpangan yang di sudutnya ada pedagang lontong sayur. Di pinggir jalan sepanjang kurang dari 500 meter itu, ternyata berjejer aneka pilihan makanan pagi yang bisa dibeli masyarakat. Dan itu sepertinya ada setiap pagi. Dari harga-harga makanan yang tertulis di setiap gerobak, nampaknya masih relatif terjangkau bagi masyarakat. Bahkan bisa dikatakan relatif sangat murah untuk kalangan tertentu. Ini juga menjadi alasan — buat apa repot memasak sendiri kalau membeli saja sudah murah dan praktis? Sebuah alasan yang mungkin benar bagi sebagian orang, dan mungkin juga kurang tepat bagi sebagian yang lain. Tetapi yang pasti, alasan tidak masak itu sungguh sangat membantu para pedagang atau UMKM. Dengan begitu, dagangan mereka bisa terbeli — dan itulah rezeki bagi mereka. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik usaha adalah usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang baik.” (HR. Ahmad). Dalam Al-Qur’an pun Allah menegaskan, “Dan tidak ada suatu makhluk melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.” (QS. Hud: 6). Membeli dari para pedagang kecil menjadi jalan perantara datangnya rezeki yang halal dan berkah bagi mereka.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

Pengembangan Organisasi

"Penajaman" Treasury Pada KPPN