Agar Regional Chief Economist Menghasilkan Rekomendasi yang "Handal"
Dimuat di Majalah Treasury Indonesia Volume 3/2021
----------------------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan informasi yang tersebar di internet, seorang chief
economist berperan untuk memberikan pandangan dan masukan tentang
potensi bisnis di daerah. Termasuk mengidentifikasi industri unggulan yang
dapat dibiayai. Selain itu, juga mengidentifikasi wilayah yang paling cepat
pertumbuhannya serta membantu pemerintah daerah untuk mendorong pengembangan
industri. Begitulah peran chief economist di perbankan. Maka,
pada dasarnya chief economist melakukan penelitian makro dan
mikro ekonomi untuk kepentingan perbankan.
Wikipedia
menjelaskan chief economist seperti
ini. Chief economist is a single-position job class having
primary responsibility for the development, coordination, and production
of economic and financial analysis.
It is distinguished from the other economist positions
by the broader scope of responsibility encompassing the planning, supervision,
and coordination of the economic research.
Karena secara harfiah, chief economist diartikan sebagai
Kepala Ekonom, maka peran atau tugas chief economist dapat
juga dijelaskan dari tugas atau peran ekonom dan hal lain yang terkait ekonom.
Poin utama seorang ekonom adalah melakukan penelitian untuk menyelesaikan suatu
permasalahan. Hasil dari penelitian tersebut kemudian disebarluaskan dalam
forum-forum ilmiah. Ekonom juga kerap menuliskan pandangannya tentang masalah
ekonomi dan sosial di koran atau media. Untuk mendukung pemikirannya,
seorang ekonom melakukan riset dan mencermati data historis atas isu yang ia
teliti.
Dengan demikian, tugas chief economist antara lain:
mengidentifikasi, meneliti dan menganalisis isu dan permasalahan ekonomi di
suatu wilayah; merumuskan solusi atas permasalahan ekonomi di suatu wilayah;
menyusun laporan hasil penelitian dan menyebarluaskannya melalui artikel ilmiah
popular maupun publikasi jurnal; dan melakukan kajian dampak ekonomi-sosial
dari kebijakan publik di suatu wilayah. Dengan tugas penelitian dan analisis
tersebut, maka seorang ekonom atau chief economist dituntut
untuk memiliki pengetahuan dan keahlian, seperti: kemampuan berpikir kritis;
observasi; meneliti, analisis; problem solving; komunikasi serta
menguasai bahasa asing.
Kanwil DJPB
sebagai Regional Chief Economist
Dalam Rapat Pimpinan DJPB 2021 tanggal 15 Maret lalu, Dirjen
Perbendaharaan, Hadiyanto, menekankan pentingnya peran Kanwil DJPB
sebagai chief economist di daerah. Kanwil DJPB dituntut
memiliki kemampuan untuk menyampaikan berbagai kebijakan Kementerian Keuangan,
dan memberikan insight mengenai perekonomian nasional dan
bagaimana peran daerah yang bisa ditingkatkan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi.
Sebagai tindak lanjut arahan tersebut, Sekretariat Ditjen telah memberikan
semacam panduan tentang pelaksanaan peran Kanwil DJPB sebagai chief
economist di daerah atau yang kemudian dikenal sebagai Regional
Chief Economist (RCE). Jika diperhatikan pedoman tersebut, sejatinya RCE
merupakan kristalisasi atas semua peran dan kegiatan yang telah dilakukan
Kanwil DJPB selama ini. Tentu ada hal baru atas pelaksanaan peran RCE yaitu
penguatan tusi Kanwil DJPB, yang dilengkapi optimalisasi ikhtiar bagaimana
mempengaruhi pemerintah daerah, satuan kerja maupun stakeholders lainnya
dengan rekomendasi-rekomendasi yang dihasilkan dari data-data dan hasil kajian
yang disusun Kanwil DJPB. Yang semuanya bermuara pada percepatan pelaksanaan
APBN dan APBD serta sinkronisasi kebijakan pusat daerah.
Dalam implementasi peran RCE, setiap bulan Kanwil DJPB menyusun laporan
analisis atas isu tematik yang diangkat Kanwil DJPB dalam satu bulan
sebelumnya. Menilik peran RCE yang baru dikenalkan tersebut dan agar apa yang
dilakukan Kanwil tidak menjadi sekedar laporan pelaksanaan kegiatan, maka perlu
melihat kembali secara komprehensif seluruh aspek yang terdapat pada Kanwil
DJPB. Setidaknya pada tiga aspek pokok, yaitu sumber daya manusia (SDM), data
dan publikasi.
Pertama, aspek SDM. Seperti uraian awal tulisan ini tentang
tugas chief economist dan kompetensi yang harus dimiliki, maka
modal utama pelaksanaan fungsi RCE adalah SDM yang berkualitas. Hal ini
dimaksudkan agar Kanwil mampu menghasilkan kajian dan rekomendasi yang
betul-betul tokcer, implementatif dan bermanfaat bagi pemerintah
daerah, satuan kerja dan stakeholders. Rasanya spesialisasi karir
perlu dipertimbangkan sebagaimana karir ekonom atau chief economist.
Jabatan fungsional APN yang sudah ada layak untuk diarahkan kepada tugas
tersebut. Hanya saja, dengan keterbatasan formasi jafung, pejabat struktural
dan pelaksana yang ada, mesti ditingkatkan kemampuannya.
Disamping itu, fokus SDM juga perlu mendapatkan atensi, mengingat kajian
atau analisis yang dikerjakan bukan sekedar menyusun laporan kegiatan biasa.
Disana memerlukan riset dan analisis yang pasti membutuhkan waktu dan pikiran.
Oleh karena itu, mereviu kembali pembagian beban kerja di Kanwil usah dilakukan
agar terjadi keseimbangan volume kerja antar bidang di Kanwil.
Kedua, segi data. Hal pokok dalam penyusunan kajian adalah data. Selama ini
tantangan Kanwil dalam menyusun kajian seperti Kajian Fiskal Regional (KFR)
adalah data APBD dan data eksternal lainnya. Meskipun sudah banyak Kanwil yang
membuat MoU pertukaran data dengan pemerintah daerah, dalam implementasi di
lapangan tidak semulus yang diharapkan. Terdapat beberapa tantangan seperti
keterlambatan penyampaian data APBD dan format data yang masih manual.
Adakalanya data juga masih bersifat sementara. Sementara itu, aplikasi SIKD yang
selama ini diharapkan juga belum terinput secara lengkap dan cepat oleh Pemda.
Padahal perekaman data realisasi APBD pada SIKD menjadi kewajiban bagi Pemda.
Berbeda dengan data eksternal, data internal DJPB yang dapat dimanfaatkan
oleh Kanwil sudah cukup memadai. Selain data yang diperoleh lewat menu-menu
yang ada, data mentah berupa file excel atau csv telah disiapkan untuk diolah
secara mandiri oleh Kanwil. Seperti data yang tersedia di OMSPAN, SIKP, dan
MONEV PA. Kedepan, aplikasi lainnya yang dapat diakses oleh Kanwil seperti
SIMTRADA, SIKD agar menyediakan data seperti yang disediakan OMSPAN. Sehingga
Kanwil dapat mengolahnya dengan mudah dan cepat. Data mentah tersebut
diharapkan juga mendorong Kanwil untuk mengembangkan berbagai inovasi
berupa tools aplikasi pengolah data yang mampu
menghasilkan tabel dan grafik, sebagai bahan analisis lebih lanjut. Dalam hal
ini aplikasi INDOPRO, aplikasi MACRO yang dikembangkan oleh Kakanwil Jateng
dapat disebut sebagai contoh inovasi tersebut.
Oleh karena itu, kedepan perlu adanya sinergi maksimal antara DJPB dan DJPK
untuk mengoptimalkan pemanfaatan aplikasi SIKD serta bagaimana mendorong
pemerintah daerah untuk disiplin dalam melakukan updating data
SIKD.
Sejatinya, kekayaan data atas pelaksanaan APBN pada OMSPAN, TKDD pada
SIMTRADA dan APBD pada SIKD akan mampu menjadi magnet bagi pihak lain seperti
BI, BPS, dan Perguruan Tinggi. Niscaya, hal ini menjadi jalan bagi Kanwil untuk
melakukan inisiatif kerjasama penelitian dengan mereka. Sehingga hasil kajian
yang disusun sebagai pelaksanaan RCE, menjadi semakin berkualitas dan
dilengkapi rekomendasi yang handal.
Ketiga, dimensi publikasi. Hasil penelitian dan rekomendasi yang dihasilkan,
penting untuk dipublikasikan agar dapat memberikan pengaruh kepada pemda dan
masyarakat. Untuk itu, kemampuan publikasi dalam bentuk artikel ilmiah popular
maupun jurnal menjadi hal penting untuk dimiliki oleh SDM Kanwil. Maka, program
literasi yang dilaksanakan selama ini, menemukan jalannya. Melalui program
literasi, para pejabat “dipaksa” untuk berlatih menulis. Kedepan program
literasi layak ditingkatkan dan diselaraskan dengan kepentingan organisasi
dalam kaitannya dengan pelaksanaan RCE ini.
Selain itu, agar mampu memberikan gaung atas publikasi di media massa,
tokoh penulis juga menjadi kunci. Penulis dengan jabatan tinggi lebih menarik
perhatian media massa dan pembaca. Untuk itu, para Kepala Kanwil diharapkan
hadir dalam media massa regional untuk menyampaikan analisis dan
rekomendasinya. Mengingat banyaknya kesibukan dan tanggung jawab yang diemban,
bantuan ghost writer kepada Kakanwil dari para pegawai dapat
menjadi solusi. Tentu, ada andil atau masukan Kakanwil pada tulisan tersebut.