Delapan Belas Tahun DJPb Menuju Peran yang Makin Besar
Dimuat di https://djpb.kemenkeu.go.id/ pada link: https://djpb.kemenkeu.go.id/portal/id/berita/lainnya/opini/3829-delapan-belas-tahun-djpb-menuju-peran-yang-makin-besar.html (14 Januari 2022)
---------------------------------------------------------------------------
Setiap tanggal 14 Januari, DJPb berulang tahun dan diperingati
sebagai Hari Bakti Perbendaharaan. Tahun 2022 ini, usia DJPb genap 18 tahun.
Umpama manusia, usia 18 adalah masa remaja yang telah beranjak dewasa, yang
biasanya merupakan saat seseorang mencari jati diri. Di umur ini, seseorang
akan meninggalkan masa SMA dan masuk ke perguruan tinggi. Ia akan menjalani
setengah kehidupan yang sebenarnya karena mulai dibebani tanggung jawab yang
lebih besar dari sebelumnya.
Tahun 2021 lalu, kita menemukan satu idiom baru yang membuka
peluang makin besar bagi peran dan tanggung jawab DJPb di kancah regional dan
nasional. Idiom baru itu adalah regional chief economist (RCE). Besarnya dorongan dan komitmen pimpinan
terhadap fungsi RCE ini menunjukan tingginya ekspektasi terhadap peran unit
DJPb yang perlu diamplifikasi ke publik. Maka dari itu, hal ini bisa menjadi
titik awal untuk mulai mengganti mimpi DJPb ke depan.
Mimpi atau visi DJPB selama ini, yaitu menjadi
pengelola perbendaharaan yang unggul di tingkat dunia, rasanya sudah tercapai. Implementasi SPAN,
SAKTI, MPN G3, Pengelolaan Kas Modern, sudah berjalan dengan baik. Unit-unit
DJPb juga sudah berhasil memperoleh sertifikat ISO dan sudah banyak yang meraih
predikat Wilayah Bebas dari Korupsi serta Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani (WBK/WBBM). Kita bisa mengatakan bahwa pengelolaan treasury kita sudah setara dengan negara maju
lainnya. Oleh karena visi tersebut sudah terwujud, maka saatnya pada usia yang
ke-18 ini, DJPb kembali mengubah mimpi menuju ke mana atau menjadi apa dalam
beberapa tahun ke depan. Mimpi atau visi itu nanti tentu akan mencerminkan
peran dan tanggung jawab yang lebih besar dan makin menantang.
Di tengah upaya penguatan peran dan fungsi unit vertikal
DJPb, ada yang menarik dari apa yang disampaikan oleh Prof. Rhenald Kasali.
Pada era sekarang, pada perkembangan dunia digital yang makin maju dan adaptasi
terhadap pandemi, manusia ternyata dapat dikelompokan menjadi dua bagian.
Kelompok pertama adalah mereka yang lebih suka membawa cerita, pemikiran, ide
dan gagasan masa lalu ke masa sekarang, yang kemudian dikenal sebagai the story
of yesterday. Mereka masih
beranggapan bahwa masa depan manusia adalah pengulangan masa lalu. Padahal,
kenyataannya masa depan sangat berbeda dengan sekarang apalagi masa silam.
Kelompok kedua adalah mereka yang mempunyai impian, visi jauh ke masa depan dan
berusaha membawa mimpi itu ke masa kini untuk diwujudkan. Inilah yang disebut
sebagai the
story of tomorrow.
Dua kelompok ini ada dalam setiap komunitas dan organisasi,
yang berujung pada dinamika ide dan pemikiran. Keberadaan dua kelompok ini
biasanya dapat ditandai dari usia orang-orang yang berada dalam organisasi itu.
Artinya, komposisi SDM-nya merupakan percampuran lintas generasi. Komposisi
lintas generasi ini juga terjadi di DJPb. Bila dirinci, SDM DJPb terdiri dari
pegawai yang berusia <= 30 tahun mencapai 30%, usia 31-40 tahun sebanyak
26%, umur 41-50 tahun sebesar 20% dan usia >50 tahun sebanyak 24%.
Beragamnya generasi ini sebaiknya tidak hanya dilihat dari sisi pengelolaan
SDM, tetapi bagaimana kita melihat dinamika pemikiran yang sebenarnya bertumpu
pada tujuan yang sama dan mulia, yaitu kecemerlangan organisasi.
Pembagian dua kelompok manusia dan keberadaan SDM lintas
generasi tersebut sudah barang tentu menjadi tantangan bagi DJPb, bagaimana
mewujudkan harmoni antara dua gagasan tersebut. Namun yang perlu menjadi
catatan, bagaimanapun ke depan organisasi ini perlu terus beradaptasi dengan
perkembangan teknologi. The story of tomorrow agar menjadi pilihan dan pijakan untuk
membawa organisasi ini mampu memberikan peran lebih besar bagi kesejahteraan
rakyat. Dan sepertinya, pilihan itu sudah on the track.
Selama ini kita melihat dan mengalami sendiri bahwa
organisasi DJPb senantiasa dinamis, terus berinovasi dan beradaptasi dengan
perkembangan zaman. Hal ini dilakukan semata-mata untuk memberikan kontribusi
maksimal dan terbaik bagi rakyat. Dari masa ke masa, tantangan dalam
pelaksanaan APBN bukan makin berkurang, justru makin bertambah. Apalagi dengan
terpaan pandemi, di mana APBN menjadi tumpuan dan katalisator dalam pemulihan
ekonomi.
Meski terus menunjukkan adanya perbaikan dari pola
penyerapan anggaran, tantangan lambatnya penyerapan masih saja terjadi dari
tahun ke tahun. Masih banyak satker dan pemda yang baru mengajukan pencairan
pada ujung batas akhir penyaluran. Akibatnya, terjadi penumpukan dan realisasi
yang tidak optimal. Seperti yang terjadi di beberapa provinsi selama lima tahun
terakhir, penyaluran DAK Fisik tidak pernah mencapai 100%, selalu berada di
angka 90% dari alokasi. Belum lagi permasalahan internal satker dan pemda yang
masih saja menjadi kendala dalam penyerapan belanja.
Sejatinya, para insan perbendaharaan sejauh ini telah
menunjukkan kinerja yang baik dalam mendorong stakeholders.
Kita tak pernah lelah untuk selalu berkoordinasi dan mengejar-ngejar mereka
untuk segera mencairkan anggarannya. Dengan telaten, kita mengajari satker dan
pemda dalam penggunaan aplikasi untuk pengajuan pencairan dana. Dengan sabar
pula kita menjawab pertanyaan yang berulang-ulang saat mereka berkonsultasi
atas permasalahan yang mereka hadapi.
Dari semua tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan
anggaran, kita sudah bisa mengidentifikasi sumber utama penyebab keberhasilan
maupun kekurangan pada suatu satker atau pemda. Kunci kesuksesan dalam
penyerapan belanja tidak lain adalah komitmen pimpinan satker atau pimpinan
daerah. Komitmen ini yang perlu kita tumbuhkan dan perkuat. Dan sudah tentu,
kita selaku insan perbendaharaan harus proaktif mendorong komitmen para
pimpinan itu.
Jika dahulu kita sangat low profile,
selalu di belakang layar, karena merasa sangat dibutuhkan, saatnya kini kita
perlu keluar menjemput bola. Kita perlu memeras tenaga dan pikiran untuk
menciptakan inovasi mendorong percepatan belanja bagi pemulihan ekonomi. Kita
tak bisa lagi mengandalkan sekadar surat-menyurat dan koordinasi temporer. Kita
perlu menumbuhkan mental baja untuk tidak bosan-bosannya mendorong satker dan
pemda merealisasikan anggarannya. Tentu, bukan sekedar mendorong, tetapi
bagaimana kita membina mereka, mengajari mereka untuk spending
better dengan tetap
menjaga integritas.
Tampaknya kado Hari Bakti Perbendaharaan tahun 2022 ini
bukanlah sebuah hadiah untuk kita berleha-leha. Justru di usia yang makin
dewasa ini, kado itu berupa tanggung jawab yang makin besar, yaitu bagaimana
meningkatkan kinerja satker dan pemda dalam pelaksanaan anggaran serta
mendorong pemda mewujudkan kualitas layanan publik yang makin baik.
***