Perintis besar

-(Selasa, 19 Agustus 2025)-

Menjadi perintis dan mewujudkan mimpi besar adalah sebuah perjuangan. Bagaimana mungkin Jeff Bezos, bersama istrinya yang sudah hidup nyaman dan berkecukupan dengan karier mapan di sebuah perusahaan, tiba-tiba memilih mengundurkan diri demi mewujudkan impiannya membangun toko buku online? Keputusan inilah yang kemudian melahirkan Amazon,com.

Semua bermula dari informasi yang ia temukan mengenai perkembangan internet. Pada awal 1990-an, pertumbuhan pengguna internet mencapai angka persentase yang luar biasa. Bezos membaca data itu dengan cermat dan segera menyadari bahwa gelombang besar sedang datang. Menurutnya, peluang bisnis digital tidak bisa diabaikan, dan ia harus mengambil bagian di dalamnya.

Awalnya ia menyampaikan gagasan toko buku online itu kepada pimpinannya di perusahaan. Namun, ide tersebut ditolak. Rasa kecewa yang dialaminya justru berubah menjadi bahan bakar tekad: jika orang lain tidak percaya, maka ia akan membuktikan sendiri.

Dengan dukungan penuh dari istrinya, Bezos berani meninggalkan kenyamanan yang telah ia raih. Ia menjual rumahnya untuk modal, meminjam uang dari ayahnya, lalu pindah ke kota lain dan membeli sebuah rumah yang dijual pemiliknya. Dari garasi rumah itulah, ia mulai merintis bisnis bersama rekannya, dimulai dengan mendesain situs web sederhana.

Dalam sebuah alur cerita film yang saya tonton, terlihat adanya ketegangan masa-masa  awal itu. Bezos begitu ambisius hingga sering lupa waktu, bahkan sempat mengabaikan istrinya, yang membuat sang istri kecewa. Namun pada akhirnya ia tersadar, bahwa dukungan orang terdekat adalah bagian penting dari keberhasilan. Kesadaran itu menyatukan kembali langkahnya, hingga perlahan usahanya tumbuh dan berkembang. Amazon pun benar-benar menjadi toko buku terbesar di dunia, sebagaimana klaim awal Bezos.

Begitulah perjuangan seorang perintis. Tidak hanya Bezos yang mengalaminya, tetapi juga banyak tokoh lain di berbagai bidang. Mereka sama-sama berani meninggalkan kenyamanan, bekerja keras, bahkan jauh lebih keras dari orang lain, demi mewujudkan impian yang awalnya diragukan banyak orang.

Barangkali inilah yang sejalan dengan pepatah lama: berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian; bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Sebuah pantun sekaligus pepatah yang mengajarkan kita bahwa tidak ada kesenangan yang datang secara instan. Semua membutuhkan perjuangan, konsistensi, dan pengorbanan untuk akhirnya bisa dinikmati.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

Pengembangan Organisasi

"Penajaman" Treasury Pada KPPN