Kehumasan & Keranjang Mangga

Ditulis: antara Jakarta- Jogja, 9 Juni 2018

Betapa pentingnya kehumasan di era kekinian, biarlah jangan saya yang bicara. Berikut kata-kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung: "Era sudah berubah, kita tak bisa gunakan andalkan sisi kehumasan seperti dulu, harus berubah, harus inovasi, harus kekinian."

Betapa media sosial perlu dimanfaatkan, ini ucapannya: "Presiden Joko Widodo kerap menggunakan media sosial sebagai sarana sosialisasi program-program pemerintah. Karena tidak dapat lagi mengandalkan media mainstream."

Betapa cara komunikasi yang digunakan tidak terbatas satu saluran, ini pendapatnya: "Tantangan era digital ini tidak ada lagi informasi yang bersifat tunggal, harus ada cara berkomunikasi yang lebih smart dan ada elemen of surprises, tidak lagi bisa monoton."

Betapa tantangan besar kehumasan saat ini adalah ketika berhadapan dengan generasi milenial, Gubernur Jabar Aher berujar: "Mereka adalah generasi yang harus didekati dengan cara berbeda. Komunikasi yang dilakukan humas pun harus dilakukan dengan pendekatan setara."

Betapa pemikiran-pemikiran seperti itulah sesungguhnya yang mendasari gagasan untuk membesarkan unit kehumasan di tingkat pusat. Dengan unit yang lebih besar, tugas yang lebih besar, kewenangan yang lebih besar dan sumber daya yang juga lebih besar, tentu akan lebih leluasa dalam bergerak dan mencapai manfaat. Termasuk agar unit yang lebih besar ini lebih mampu mendrive unit-unit kehumasan di daerah yang tugas dan fungsinya telah dilakukan penajaman.

Betapa persoalannya adalah ketika rumah besar kita, tak ada lagi space yang memungkinkan untuk dibangun satu kamar baru, lalu apa yang kita lakukan? Manfaatkan kamar yang ada. Analogi ini barangkali belum tepat, karena secara teknis tidak seperti itu. Yang lebih tepat kira-kira begini.

Saya mempunyai 5 keranjang mangga. Adik pertama saya memiliki 6 keranjang. Hal demikian telah berjalan beberapa lama, hingga kemudian saya membutuhkan keranjang baru untuk menampung mangga-mangga saya.

Awalnya saya hendak beli keranjang di pasar. Karena ini keranjang yang unik, tak ada lagi yang jual. Saya kemudian melihat-lihat 6 keranjang milik adik saya. Saya lihat ada dua keranjang yang tidak penuh terisi mangga. Saya pikir dua keranjang mangga ini bisa dijadikan satu. Keranjang yang satu bisa menampung isi dari satunya lagi sehingga akan terdapat satu keranjang yang kosong. Saya sampaikan itu ke adik saya. Saya bilang ingin memakai keranjang yang kosong itu.

Belum juga adik saya ini menjawab, tiba-tiba adik saya yang kedua yang sejak awal mendengarkan pembicaraan kami, bicara. "Aku juga ingin memakai keranjang itu. Mangga-manggaku juga butuh keranjang, " katanya. Lalu saya merespon dengan pertanyaan singkat: "Lalu gimana?"

Coba yang dilihat bukan hanya keranjang yang ada disini. Coba lihat keranjang-keranjang milik adik-adik kita yang di kampung. Siapa tahu ada yang bisa digabungkan dan keranjang yang kosong dibawa kesini untuk kita gunakan.

Begitulah pembicaraan keluarga juragan mangga sore itu. Warna jingga semburat di langit barat. Burung-burung mudik ke sarangnya. Gelap mulai merayap. Lampu-lampu mulai dinyalakan. Masih tersisa tanda tanya, atas semua konsekuensinya.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi