Ikhlas

Ditulis: 3 Juni 2019

Mungkin rada antimainstream. Di bulan Ramadan, saya malah khatamkan novel. Bagaimana dengan Al-Quran. Tak perlu pengumuman. Nanti jadi riya'. (Yang sejatinya, bilang begini ini, bisa jadi syirik... Astaghfirullah)

Kemarin saya rampungkan novel di bawah ini. Sinopsisnya banyak ditemukan di internet. Karena memang ini novel yang sudah lama. Saya saja yang baru menemukannya di perpus. Buktinya, ketika tahu saya baca novel ini, Ode langsung bilang: "Buaaguus Bapak... Aku sudah baca. Sampai nangis." Di lain kesempatan, dia bilang sampai baper baca novel ini.

"Please Kakak..., jangan kasih spoiler." Karena saya ingin menikmati cerita novel itu dan bisa surprise dengan endingnya. Beberapa novel yang sudah ada filmnya, saya enggan membacanya. Meski kata Ode: "Bapak harus baca novel Dilan. Lebih seru, lebih lucu daripada filmnya."

Belakangan ini, saya cukup rajin membandingkan gaya tulisan para penulis novel. Maka, mau tidak mau saya mesti membaca novel novel dari para penulis terkenal. Sebut saja: Pramoedya, Sapardi Djoko Damono, Ayu Utami, Andrea Hirata, Tere Liye, Eka Kurniawan. Untunglah 2 Perpustakaan itu saling melengkapi. Tak perlu keluar banyak duit untuk membeli bukunya.

Andai ada award bagi peminjam buku teraktif, mungkin saya dapat emas. Setidaknya perak atau perunggu. Kalaupun plastik juga tidak masalah. Wong tidak ada yang ngasih juga. Kenapa 2 perpus itu tak ada ide begitu?

Begitulah. Tema besar novel itu tentang "cinta tak harus memiliki". Yang memang berakhir seperti itu. Tokoh utama itu memutuskan untuk menjauh, tak akan kembali lagi. Setelah akhirnya ia tahu bahwa cintanya tak bertepuk sebelah tangan. Bahwa pria malaikat yang selalu ia impikan, sungguh mencintainya. Bahkan sejak ia belum remaja. Yang pria itu merasa tak pantas mencintainya, karena usia yang terpaut jauh. Yang sempat ia marah ketika pria itu menikah dengan perempuan lain. Yang kelak ia tahu hanyalah sebuah pelarian. Yang detilnya, silakan dibaca sendiri.

"Bahwa hidup harus menerima... penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti... pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami... pemahaman yang tulus." Satu pesan yang menarik dalam novel itu.

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Sebuah pelajaran untuk tidak membenci keadaan dan mengikhlaskan semuanya.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi