Pengayaan Tusi

Ditulis: 3 Maret 2019

Kita akhirnya tersihir dengan kata "disruption". Masuk ke alam bawah sadar lalu menyetujuinya. Tak sekedar setuju tapi percaya bahwa itulah satu-satunya jalan keluar.

Semua karena penerapan teknologi di semua lini. Dunia dalam genggaman. Begitu taglinenya. Yang kalau semua manusia di bumi ini berprinsip begitu, mungkin semuanya akan mati. Semua pengen duduk santai pegang smartphone dan hidupnya terlayani. Lalu, siapa yang memproduksi beras, daging, telur, dan segala macam kebutuhan primer. Jika dihitung-hitung masih banyak hal lain dalam hidup ini mesti dikerjakan langsung oleh manusia.

Untuk membuat sambal masih butuh ulegan tangan. Setidaknya sambal ulegan tangan itu lebih nikmat daripada ulegan mesin. Termasuk pekerjaan lain yang tetap butuh sentuhan tangan manusia. Yang mempunyai sisi humanis. Tak mungkin mengandalkan mesin untuk bersimpati dan berempati. Yang dalam melaksanakan tugas, sikap dan rasa itu juga penting. Apalagi tugas pelayanan.

Memang disadari banyak bagian pekerjaan yang telah tergantikan dengan mesin maupun aplikasi. Lantas, sumber daya berupa waktu dan tenaga manusia menjadi berlimpah. Ini yang kemudian disebut inefisiensi, bila terus dibiarkan melimpah dan menganggur.

Ada sebagian kalangan menuntut perampingan tenaga manusia. Yang itu ujungnya akan berlanjut pada keinginan untuk mengurangi unit dimana manusia itu bekerja.

Sangat rasional argumentasinya. Bahwa semua sudah bisa dikerjakan dengan mesin dan aplikasi. Tak perlu tenaga yang banyak dan tak perlu unit sampai terkecil. Bahkan semua cukup dilakukan oleh satu unit.

Argumentasi berikutnya adalah tersirat dalam pertanyaan ini. Apakah belanja TI telah mampu mengurangi belanja pegawai. Dan kita tahu muara dari pertanyaan ini.

Disinilah kemudian kita harus bersyukur. Tuhan memberi kita otak untuk berpikir. Untuk mencari solusi terbaik. Itulah tantangan. Tidak langsung tunduk pada satu pemikiran yang menghendaki perampingan. Inilah pula gunanya kita sekolah dan kuliah. Menjadi terpelajar. Yang itu mestinya membuat kita adil sejak dalam pikiran. Apalagi dalam tindakan. Begitu salah satu pesan dalam Buku Bumi Manusia.

Bila kita teliti lebih dalam, selama ini ada pekerjaan-pekerjaan yang belum tertangani. Ada yang sama sekali belum dikerjakan. Atau sudah dikerjakan tapi belum optimal. Yang dikerjakan pada permukaannya saja. Atau manfaatnya belum maksimal. Hal itu bisa saja terjadi karena keterbatasan sumber daya baik waktu, tenaga maupun kompetensinya.

Maka, dengan surplusnya waktu dan tenaga akibat penerapan teknologi, bisa dialihkan untuk menangani pekerjaan-pekerjaan itu. Yang pada akhirnya tugas dan fungsi itu menjadi makin kaya dan membawa manfaat bagi semua.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi