Kambing Hitam Bernama: "Tidak Mood"

Ditulis: 27 Januari 2019

Nyaris sebulan saya tidak menulis. Mungkin malah lebih. Saya tak berani memeriksa tulisan saya di FB. Kuatir ketahuan kalau saya sudah lama tidak menulis. Sebagaimana ketakutan sebagian orang untuk medical check up, karena khawatir tahu apa yang sedang diderita. Meski dari postur tubuh pun orang sudah akan tahu, kalau gendut itu isinya ya lemak dan kolesterol. Sebagaimana saya yang sudah dua minggu ini tidak rutin joging. Yang tadi pagi saya beranikan diri untuk timbang badan, ternyata naik 2 kilogram. Astaghfirullah.

Begitulah fakta kita. Sebagai manusia, ada yang memilih jalur gemuk dan ada yg pilih jalur kurus. Semua adalah pilihan, meski ada sebagian karena takdir. Mungkin itu juga takdir saya. Sulit sekali membuat badan ini lebih kecil. Terutama bagian perut. Walah, kok malah curhat. Tapi, gapapa. Begitulah proses menulis. Acap kali diawali dengan kegalauan yang dituangkan dalam tulisan yang akhirnya berbentuk curhatan. Itu hal yang wajar. Tak perlu dirisaukan. Jangan seperti sebagian orang yang enggan menulis karena takut hanya berisi kegalauan. Padahal ide tulisan sebagian diantaranya berasal dari kegalauan atas suatu kondisi baik lingkungan maupun sebuah tatanan.

Pada dasarnya saya ingin mencontoh Pak DI, yang setiap hari menulis di blognya itu. Dengan kisah-kisah perjalanannya yang menarik itu. Tapi, semua baru sebatas niat. Tidak mampu dilakukan. Buktinya, sudah lama saya tidak menulis.

Padahal, kalau dipikir banyak bahan yang bisa saya tulis. Mulai dari apa yang saya ketahui dari rapat-rapat yang saban hari itu. Yang mungkin bisa saya pilihkan mana yang patut diketahui banyak orang. Atau dari perjalanan yang saya lakukan. Atau dari apapun yang saya alami setiap hari. Sejatinya itu bisa menjadi bahan tulisan, layaknya Pak DI yang tidak pernah kehabisan bahan.

Saya sadar. Banyak orang juga sadar. Semua bisa kita tuliskan. Tapi mengapa masih saja kerap buntu dan mentok. Seperti yang saya alami.

Jawabannya adalah karena saya tidak sedang mood untuk menulis. Mungkin sebagian besar orang setuju dengan alasan saya itu. Tapi benarkah demikian.

Sejatinya tidak persis benar. Ketika kita buntu untuk menuliskan sesuatu, itu lebih karena kita memang benar-benar tidak ingin menulis. Lalu "rasa tidak mood" kita jadikan kambing hitam.

Begitulah kata-kata yang tersusun dalam kalimat seorang motivator. Yang intinya ingin memberikan motivasi agar orang lain melakukan sesuatu yang baik. Awalnya berharap semua bisa berjalan dari kesadaran pribadi. Tapi, jika sesuatu itu ingin dijadikan habit lalu meningkat menjadi budaya, maka sebuah pemaksaan dalam suatu kewajiban sepertinya menjadi jalan yang mesti ditempuh.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi