Puasa Berita
Ditulis: 2 Pebruari 2019
Sudah lama menahan diri. Kali ini muntap juga. Begitu biasanya. Seseorang yang pendiam, kalau marah, mungkin akan lebih menakutkan dari si tukang marah. Nekat.
Kementerian pencetak utang. Tuduh mereka. Seenaknya. Demi menjatuhkan lawan. Hingga tak berpikir panjang. Timbulkan rasa tidak terima. Lalu berbuah tidak suka. Kalau memang itu tujuannya. Tambahkan lagi tuduhan lainnya. Yang ngawur. Yang pasti hoax. Yang akan blunder (lagi).
Sepertinya kedua tim itu memang sama-sama kreatif. Bikin isu untuk dijadikan bahan menyerang lawan. Setiap saat. Ketika kubu yang ini tersudut, lalu balik serang dengan isu lain. Begitu sebaliknya. Hasilnya: kebencian, permusuhan. Untuk meraih kekuasaan.
Maka, menjadi sangat beralasan, jika seorang kawan memantapkan diri untuk puasa dari medsos. Bahkan baca berita. Nonton berita. Setidaknya hingga April ini.
Memang, sampai dengan pemilu nanti, rasanya kita akan disuguhi informasi. Yang sudah bisa kita tebak ujungnya. Dari para politisi. Yang ingin menduduki kursi.
Begitulah nasib kita, yang bukan politisi ini. Mesti menerima informasi. Yang sejatinya tidak perlu perlu amat kita konsumsi. Tapi, mestinya kita tidak menyerah diri. Apakah kita akan terima saban hari dilumuri dengan rasa benci?
Maka, komitmen seorang teman yang puasa berita itu, rasanya patut untuk dicontoh. Setidaknya menginspirasi diri ini. Untuk makin beralih ke buku-buku. Yang lebih bermutu.