Jeruk Baby

Ditulis: 16 September 2018

Namanya Jeruk Baby. Cara makannya tak perlu dikupas kulitnya. Cukup dipotong-potong, lalu disesap-sesap. Manis. Apalagi kalau habis disimpan di kulkas. Dingin. Seger. Apalagi disajikan di siang yang terik. Tidak hanya anak bayi yang suka. Saya suka. Anak-anak suka. Sekeluarga kami suka. Harganya relatif murah. Saat dolar naik juga tetap murah. Kami selalu punya persediaan di rumah.

Soal manfaat tak perlu ditanyakan. Bagus bagi kesehatan. Kandungan vitamin C-nya melimpah.

Tetapi memang ironis. Bagai pepatah. Habis manis sepah dibuang. Bukan arti kiasan. Memang seperti itu. Kalau setelah disesap, tak lagi berasa air dan manisnya, ya dilepeh, dibuang. Mau diapakan lagi? Paling akan jadi sampah, membusuk dan jadi pupuk. Kompos yang menyuburkan tanah.

Begitulah nasib jeruk baby. Nasib yang sama kadang juga berlaku pada manusia. Yang dikala dirasa tak berguna lalu diipinggirkan. Dipensiunkan. Itulah kehidupan. Selalu ada persaingan. Ada kompetisi. Yang sedang dianut di masa kini.

Yang belum mengalami bukan berarti terus berjaya. Hanya menunggu masa itu tiba. Itulah gunanya berubah. Tak berhenti pada satu arti. Bermanfaat tak melulu pada satu tempat. Kehidupan tak hanya pada satu tempurung. Masih banyak batok kelapa yang lain.

Hanya saja, manusia sering lupa. Untuk terus mengasah diri. Dengan berbagai kompetensi. Atau yang lebih banyak terjadi, manusia lebih suka berpuas diri. Lalu lupa, semuanya akan ditinggalkan. Bukan, manusia itu yang harus pergi. Karena tak dibutuhkan lagi.

Itu kodrati. Itu yang perlu disadari. Menerima kondisi. Bukan jadi bahan untuk sakit hati. Justru inilah momen untuk mengubah diri. Lalu pergi ke tempat lain yang tak kalah arti. Untuk kembali menempa diri, buat mengabdi.

Bagaimanapun selalu ada tempat dimana manusia itu dibutuhkan. Itulah sebagian esensi manusia diciptakan. Setidaknya dibutuhkan untuk menyesap jeruk baby yang menyegarkan. :)

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi