Mengalirkan Kebuntuan Pada Gaya Tulisan

Ditulis: 27 September 2018

Ada kalanya saya buntu. Tidak bisa menulis. Sejatinya malah sering buntu daripada lancar. Menulis itu memang butuh ide, gagasan. Tanpa itu dijamin macet. Mau memulai paragraf pertama pun mentok.

Sekarang ini pun sebenarnya saya tidak punya ide untuk menulis. Saya coba cari-cari ide di otak saya. Kosong. Saya gali perasaan saya. Hampa. Jadi, sepertinya saya kehabisan ide.

Lalu, saya paksakan untuk menulis. Tentang apa yang saya alami. Kebuntuan saya ini.

Sejatinya, saya ingin mencontoh. Apa yang dilakukan oleh Pak Dahlan Iskan. Setiap hari dia menulis. Di blognya itu. Disway.id itu. Yang selalu menarik itu. Yang setiap habis subuh saya selalu membacanya. Lalu, saya copas untuk saya share ke beberapa grup wa.

Kalau pun Anda perhatikan, saya memang sedang meniru gaya tulisan beliau. Kalimat pendek-pendek. Mungkin tak sesuai kaidah tata bahasa. Tapi anehnya, justru itu menarik. Setidaknya menurut saya. Dan beberapa orang yang saya kenal.

Saya kira, gaya tulisan Pak Dahlan ini pas untuk jaman sekarang. Era milenial. Anak mudanya yang tak mau bertele-tele, tentu suka dengan gaya tulisan itu. Sekali baca, paham. Mudah dicerna. Gaya ini juga cocok untuk media sosial. Yang ada di setiap genggaman orang. Siapa yang tak mau menggunakannya, dijamin kalah.

Bukan berarti gaya tulisan yang lain tidak bagus. Semua punya gaya masing-masing. Lagian, itu penilaian saya yang subyektif. Yang saya suka dengan gaya Pak Dahlan.

Soal kebuntuan menulis, saya mungkin bisa kasih resep. Yang tidak manjur. Tak apa. Begini.

Tentu, membaca adalah kunci untuk bisa menulis. Jadi, bacalah buku yang banyak. Berapa buku yang bisa anda habiskan setiap bulan? Ada yang bisa 4-5 buku. Artinya 1 buku tiap sepekan. Ada yang 2 buku. Ada yang 1 buku. Tapi saya tidak yakin orang seperti itu banyak jumlahnya. Yang melimpah adalah yang tidak membaca buku sama sekali. Lebih asyik baca WA, status, IG dan games. Begitulah kondisinya. Kesadaran untuk membaca perlu ditingkatkan. Dimulai dari diri kita sendiri. Saya juga. Dengan membaca buku, harapannya akan membantu kita untuk memperoleh gagasan untuk sebuah tulisan. Membaca juga bisa membantu memberikan kita contoh diksi-diksi yang lebih bagus.

Begitulah cara yang benar untuk mendapatkan ide. Selain ide juga bisa kita gali dari dialog, diskusi atau forum-forum yang lain.

Adapun cara lain yang sepertinya terbukti juga ampuh adalah dengan cara memaksakan diri untuk menulis. Maksudnya adalah bila Anda buntu, tetaplah untuk menulis. Tulis apa yang sedang Anda alami. Soal kebuntuan itu. Ceritakan saja kondisinya. Dengan mengalir saja. Dari apa yang ada di pikiran, tuangkan dalam tulisan. Lalu, perhatikan apa yang terjadi.

Saya yakin, Anda akan kaget karena kini Anda sudah mendapatkan satu halaman tulisan dan tangan Anda sepertinya belum juga berhenti untuk terus menuangkan ide-ide yang tiba-tiba terkuak dan meluncur deras.

Ah, kenapa tiba-tiba saya berubah menjadi menggunakan kalimat panjang?

Begitulah, kalau Anda tidak percaya, silakan buktikan sendiri.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi