Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Tantangan Literasi

Ditulis: 28 Desember 2019 Percayalah IKU Literasi itu IKU yang  keren .  Pertama, ia mendorong setiap pejabat untuk mampu menuangkan informasi dan gagasan dalam bentuk tulisan. Yang dengan begitu, pejabat itu akan punya warisan. Apalagi jika tulisannya bagus dan jadi buku. Orang itu akan dikenang. Kita mengingat banyak tokoh karena tulisan atau buku-buku yang ia karang. Kedua, dengan implementasi jabatan fungsional, IKU literasi menjadi sangat relevan. Seorang pejabat fungsion al dituntut untuk bisa menuliskan laporan, membuat analisis dan menyusun rekomendasi. Persyaratan dan penilaian angka kredit -di banyak jabatan fungsional- dan untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi, juga mewajibkan untuk membuat buku. IKU ini sedikit demi sedikit akan mendorong orang untuk belajar menulis. Jika tulisannya terkumpul dan banyak, bisa menjadi satu buah buku. Sebelum menulis, juga dituntut untuk membaca buku. Ketiga, dengan model penilaian saat ini, dimana ada iming-iming nilai ya

Fungsional Bersinergi

Di channel FOXlife kita bisa menonton film serial tentang dunia kedokteran, seperti: The Good Doctor dan Million Little Things. Dalam film itu, terutama, kita bisa saksikan bagaimana para dokter bekerja dalam satu tim melakukan operasi bedah. Tidak hanya beberapa dokter, mereka juga dibantu oleh beberapa perawat. Untuk sebuah operasi yang besar atau terhadap satu penyakit yang memerlukan penanganan dengan cara dan teknik baru, ternyata tidak bisa ditan gani oleh satu dokter. Dibutuhkan satu tim yang mampu bekerja sama untuk melakukan tugas sesuai pembagiannya. Masing-masing punya peran penting. Yang jika satu peran atau tugas ini tidak dilakukan bisa berakibat fatal bagi pasien. Tentu dalam tim ini juga ada ketua atau koordinatornya. Dokter adalah jabatan fungsional. Perawat juga jabatan fungsional. Satu ketika, mereka harus bekerja mandiri. Tapi pada saat yang lain, mereka tetap memerlukan bantuan orang lain. Bagaimana mungkin dokter bedah bisa mengoperasi pasien sendirian tanpa

Adios

Ditulis: 16 September 2019 Datang lalu pergi. Hal yang biasa di organisasi ini. Dan alhamdulilah, saya bisa merampungkan masa penugasan saya di unit itu, kemudian pergi untuk sebuah tugas baru. Memang belum semuanya tuntas, masih ada pekerjaan yang tertunda dan masih panjang jalan ceritanya. Tapi ini hal yang biasa. Jamak terjadi. Menyisakan pending matters bagi pengganti. Sebagai seorang pengabdi pastilah semuanya ingin memberikan yang  terbaik  atas apa yang ia punyai. Apapun motivasinya, sese orang rela giat dalam berkarya. Ada yg giat karena pujian, ada yang giat karena tekanan, ada yang giat karena uang, ada yang giat karena kursi, ada yang giat karena legacy, ada yang giat karena utang budi, ada yang giat karena popularitas. Dan ada yang giat bekerja karena ibadah. Saya kira tak ada orang yang bebas dari motif-motif itu. Karena itu manusiawi. Pun mungkin yang terjadi pada diri saya. Entahlah. Saya bersyukur telah diberikan kesempatan mengecap pengalaman pada unit it

Pak Habibie

Ditulis: 11 September 2019 Le, sekolah tenanan, sregep sinau, ben pinter koyok Habibi. Nak, sekolah yang serius, rajin belajar, biar pintar kayak Habibi. Kira-kira begitu kudangan orang tua saya. Dan mungkin kudangan semua orang tua waktu saya kecil dulu. Harapan orang tua seperti itu terus terngiang. Setiap mendengar nama Pak Habibie, maka yang terlintas adalah pesawat terbang. Sesuatu yang sangat canggih. Hanya bisa dibuat oleh orang yang sangat pintar. Diantaranya Pak Habibie. T ak ayal lagi, Pak Habibie menjadi idola. Pun ketika pada jaman masih ada litsus dulu. Ketika ditanya siapa tokoh yang kamu idolakan, maka saya dan sebagian besar kawan-kawan menjawab: Pak Habibie. Selain jika ditanya pahlawan yang dikagumi, akan dijawab: Jenderal Sudirman. Tak hanya sekedar menjadi idola dan teladan, nama beliau juga menyelamatkan. Tak perlu repot dengan pertanyaan lanjutan. Begitulah. Pak Habibie adalah contoh. Semua orang tahu jasa dan kiprah beliau. Beliau adalah sim

Bebek Goreng

Ditulis: 2 September 2019 Hari ini, selepas sholat isya, saya pulang kantor. Karena tadi baru buka dengan teh manis dan cemilan, saya mampir di warung makan yang jual ayam bakar dan bebek goreng. Ramai sekali, banyak yang beli. Saya berbagi meja dengan dua orang lainnya, laki-laki dan perempuan. Saya pesan bebek goreng. Mereka, dua orang itu pesan ayam bakar. Sama-sama besar baik ayam goreng maupun bebek goreng. Sekepal tangan. Bagi saya itu sudah lumayan banyak. Diam-diam saya  perhatikan pesanan mereka berdua ini. Setelah tersaji satu hidangan ayam bakar, nasi, sambal dan lalapan mentimun, sang perempuan pesan lagi satu bebek goreng. Saya kira mau dibungkus. Sang laki-laki juga pesan satu bebek goreng plus ati ampela. Saya kira juga akan dibungkus. Betapa kagetnya saya, ternyata mereka makan semua. Selesai makan dan bayar, saya lanjutkan perjalanan pulang naik motor menuju mess. Sepanjang jalan, saya berpikir tentang kejadian tadi. Betapa setiap orang punya porsi masing

Hijrah

Ditulis: 1 September 2019 Selamat datang Muharram. Bulan dimana dulu Nabi berhijrah dari Mekkah ke Madinah. Pun bulan dimana sekarang banyak beredar nasehat untuk berhijrah. Dan juga bulan bertepatan sebagian orang sedang atau akan melakukan hijrah. Ada yang hijrah tempat, ada yang hijrah sikap, ada pula yang hijrah pemikiran dan gaya hidupnya. Sebagian diantaranya ada juga yang hijrah hatinya. Yang dalam hal ini seharusnya bermakna baik. Seperti hatinya menjadi pemaaf, tak mendendam, tak lag i iri dengki dan segala sifat-sifat hati bersih lainnya. Tentu pula ada hijrah hati yang bermakna ganda. Bagi pelakunya menganggap hal itu baik, tapi bagi pihak lainnya menyebutnya pengkhianatan. Meski sejatinya sudah ada lagu yang judulnya tak bisa ke lain hati. Sebuah lagu yang memotivasi untuk terus setia, walau diluar sana, godaan itu begitu dahsyat. Sebab pergaulan, kecantikan, kegagahan, kekayaan, kejauhan, segala macam keinginan dan karena media sosial. Hijrah artinya pindah.

Nostalgia Singa

Ditulis: 25 Agustus 2019 Setiap terbang naik singa, ada romantisme tersendiri. Selalu teringat satu periode penugasan yang membawa saya setiap dua pekan, pulang pergi terbang dengan singa ini. Pukul 17.00 teng, saya letakkan tangan di atas mesin absen itu dan bergegas melaju dengan revo biru. Sejam kemudian saya tiba di bandara. Kadang bila jadwal pesawat agak malam, saya mampir di warung dengan menu bebek goreng dan sambel hitam yang lumayan enak itu. Ada banyak kenangan yang digoreskan singa pada benak saya. Selain beberapa kali dapat snack, saya pernah dapat bonus nasi dan uang 300k. Walau dampaknya istri dan anak-anak terlantar menunggu lama kedatangan saya di Jogja, padahal mereka sudah tidak sabar ingin jalan-jalan ke Malioboro. Pernah pula kami seluruh penumpang sudah duduk manis di pesawat dan sudah bersiap di landasan pacu, tetapi tiba-tiba ada pengumuman bahwa terdapat kerusakan rem dan terpaksa kami harus ganti pesawat lainnya. Alhamdulillah, rem rusak itu

Experience

Ditulis: 23 Agustus 2019 Pengalaman itu memang berharga. Dengan pengalaman kita bisa berkisah. Mampu bercerita secara runut, karena peristiwa atau sesuatu hal atau pekerjaan itu benar-benar kita alami. Ketika kita dinilai tentang kompetensi terkait integritas atau sinergi atau visi atau pelayanan atau entah apapun nama kompetensi yang dengan istilah english itu, maka pengalaman akan bisa membuktikan bahwa seseorang telah melakukan hal tsb atau belum. Penilaian atas jawaban itu benar-ben ar tentang apa yang sudah kita lakukan, bukan sesuatu yang akan dilakukan. Ada seorang teman yang belakangan menyadari betapa pengalaman dan apa-apa yang dia hasilkan dalam bekerja, berkreasi telah membawanya sanggup untuk meraih pencapaiannya sekarang. Ketika dia ditanya apa prestasimu, dengan enteng dia menjawab dan mengisikan berbagai capaian yang memang sudah ia buktikan. Saat diminta jawaban tentang pengalaman dalam satu bidang, dengan ringan pula dia menjawab hal itu, karena selama i

Bisul

Ditulis: 13 Juli 2019 Orang kampung saya menyebutnya udun. Di awal bisul ini mulai terasa mengganggu, cukup menjadi alasan untuk beberapa kali ketemu dengan dokter Balkes yang cantik itu. Dikasih 3 jenis pil yang dia sarankan untuk diminum. Dua minggu saya minum pil itu. Ga pecah-pecah juga. Takut saya terus-menerus menumpuk racun dalam tubuh (karena katanya obat itu juga racun), saya berhenti minum obat dan saya biarkan bisul itu jadi parasit. Begitulah, disaat para pria punya hobi pelih ara burung, ikan hias, dll, saya malah pelihara bisul.  :) Akhirnya, saya ke dokter lain. Minta dibedah saja. Tapi, dokter itu menolak. Tidak baik, malah nanti infeksi, tunggu sampai mateng dan pecah sendiri. Agar mateng disarankan untuk makan tape. Saya telateni untuk makan tape ditambah olesan salep daripada minum obat kimiawi. Sejatinya, saya merasa aneh dengan bisul ini. Ia tumbuh seiring dengan isu SK. Karena itu, saya tidak terlalu yakin tape itu bisa memecahkan bisul. Sebab bisul

Jalan Pintas

Ditulis: 7 Juni 2019 Di dusun kami, lebaran tidak cukup 1-2 hari. Bisa seminggu. Pertanda selesainya lebaran dan acara silaturahmi adalah lebaran ketupat. Tapi itu tidak juga berlaku di dusun kami yang ada 2 pesantren itu. Akan masih banyak orang dengan rombongan mobil dan bus datang silaturahim ke para Kyai di Ponpes itu. Begitulah diantara tradisi Nahdliyyin. Sore itu, ba'da ashar, kami kembali berkeliling silaturahim ke rumah sanak famili. Kami menyebutnya dengan istilah "sejara h." Mungkin berasal dari kata ziarah. Setelah selesai silaturahim sesi sore itu, dari rumah terakhir kami hendak kembali ke rumah orang tua kami. Karena bila pulang lewat jalan yang tadi kami lalui agak jauh, saya berniat lewat jalan pintas melalui jalan setapak di kebonan. "Kita lewat situ aja ya," saya bilang begitu ke istri dan 2 Ode sambil telunjuk saya mengarah ke jalan setapak itu. "Nanti, ada nyamuk Bapak," kata Ode. Saya terbahak. &quo

Ikhlas

Ditulis: 3 Juni 2019 Mungkin rada antimainstream. Di bulan Ramadan, saya malah khatamkan novel. Bagaimana dengan Al-Quran. Tak perlu pengumuman. Nanti jadi riya'. (Yang sejatinya, bilang begini ini, bisa jadi syirik... Astaghfirullah) Kemarin saya rampungkan novel di bawah ini. Sinopsisnya banyak ditemukan di internet. Karena memang ini novel yang sudah lama. Saya saja yang baru menemukannya di perpus. Buktinya, ketika tahu saya baca novel ini, Ode langsung bilang: "Buaaguus Bapak... Aku  sudah baca. Sampai nangis." Di lain kesempatan, dia bilang sampai baper baca novel ini. "Please Kakak..., jangan kasih spoiler." Karena saya ingin menikmati cerita novel itu dan bisa surprise dengan endingnya. Beberapa novel yang sudah ada filmnya, saya enggan membacanya. Meski kata Ode: "Bapak harus baca novel Dilan. Lebih seru, lebih lucu daripada filmnya." Belakangan ini, saya cukup rajin membandingkan gaya tulisan para penulis novel. Maka, mau ti

Ketika Kehabisan Ide

Ditulis: 14 April 2019 Belakangan ini saya seperti kehabisan ide untuk menulis. Padahal ada banyak bahan yang bisa saya tulis. Termasuk saya sudah berhasil merampungkan beberapa novel. 4 tetralogi Buru karya Pramoedya. Saya baca di setiap perjalanan atau menjelang tidur malam. Dan beberapa novel lainnya. Tapi seperti buntu saja otak saya. Bahkan setelah membaca buku Creative Writing karya AS Laksana pun tetap tak membuat pikiran saya terbuka. Masih mentok, hingga saya memutuskan untuk menulis ini. Sebuah tulisan yang saya tidak tahu apa tujuan dan gambaran akhirnya. Saya hanya berusaha menulis uneg-uneg tentang kebuntuan saya dalam menulis. Siapa tahu tiba-tiba dapat ilham tentang topik yang mungkin menarik. Sejatinya saya tengah menerapkan resep dalam buku AS Laksana itu. Tetap menulis saat tak punya ide. Gagasan akan datang sendiri. Tangan dan otak punya cara kerja yang misterius dan luar biasa. Tangan akan bergerak menuliskan ceritanya. Asalkan, kita menulis tidak sambi

DB & Mutasi

Ditulis: 23 Maret 2019 Fase itu memang harus dilalui. Tak bisa di-skip, lompat ke tahap berikutnya. Empat sampai lima hari demam. Lalu trombosit turun. Lantas turun lagi. Dan lagi. Baru kemudian beranjak naik. Naik lagi. Kembali ke angka normal. Itulah demam berdarah alias DB. Tak ada obatnya. Jalan selamat yang dianjurkan: bedrest, diinfus dan minum yang banyak. Jadi, mau ga mau mesti opname di RS. Yang itu membuat RS kerap penuh pasien. Dan sebab itu menyeruak guyonan usil di benak saya. Lalu terucap kepada Ode, yang punya cita-cita jadi dokter itu. "Kakak..., jangan-jangan DB itu memang ga dibikin obatnya biar terus ada yang sakit, lalu RS dan dokter itu terus-terusan laku." "Ah bapak, bisa aja," ujar Ode sambil ketawa. Percayalah, itu hanya candaan. Yang memang kadang kadang ada kelakar yang kebablasan dan berakhir pada tuntutan. Seperti pada pemberitaan belakangan ini. Dimana ada media yang dituntut oleh Tim Sukses. Akibat meme yang katany

Bak Tom and Jerry

Ditulis: 8 Maret 2019 Selalu. Mereka adalah diantara yang membuat kita bahagia. Anak-anak. Bagi kedua orang tuanya. Sejak dalam kandungan. Bahkan, pertengkaran mereka. Dalam batas kewajaran. Pun tetap menghadirkan kelucuan. Yang membuat kita tertawa dan bahagia. Hari itu sang kakak pergi nge-Mall. Bersama teman-temannya. Pertama kali tanpa kami dampingi. Syukurlah ada orang tua salah satu temannya. Yang membersamai dan mengantar mereka. Mungkin orang tua temannya itu mirip dengan kami. Protektif. Maka, sang adik di rumah tanpa teman. Bagai anak tunggal. Tak terdengar celotehan saling bully diantara keduanya. Yang kadang kami pura-pura membela salah satunya. Atau kadang menegurnya jika sang adik sudah mulai menangis. Bak Tom and Jerry. Kumpul bertengkar, pisah saling merindukan. Jelas, sang adik iri kakaknya pergi nonton Captain Marvel. Apalagi saat dia lihat sang kakak pamer di status WA-nya: makan Udon. Di resto yang katanya dari Jepang itu. Dan, meluncurlah

Pengayaan Tusi

Ditulis: 3 Maret 2019 Kita akhirnya tersihir dengan kata "disruption". Masuk ke alam bawah sadar lalu menyetujuinya. Tak sekedar setuju tapi percaya bahwa itulah satu-satunya jalan keluar. Semua karena penerapan teknologi di semua lini. Dunia dalam genggaman. Begitu taglinenya. Yang kalau semua manusia di bumi ini berprinsip begitu, mungkin semuanya akan mati. Semua pengen duduk santai pegang smartphone dan hidupnya terlayani. Lalu, siapa yang memproduksi beras, daging, telur, da n segala macam kebutuhan primer. Jika dihitung-hitung masih banyak hal lain dalam hidup ini mesti dikerjakan langsung oleh manusia. Untuk membuat sambal masih butuh ulegan tangan. Setidaknya sambal ulegan tangan itu lebih nikmat daripada ulegan mesin. Termasuk pekerjaan lain yang tetap butuh sentuhan tangan manusia. Yang mempunyai sisi humanis. Tak mungkin mengandalkan mesin untuk bersimpati dan berempati. Yang dalam melaksanakan tugas, sikap dan rasa itu juga penting. Apalagi tugas pel

Munajat

Ditulis: 24 Pebruari 2019 Menurut KBBI, munajat artinya doa sepenuh hati kepada Tuhan untuk mengharapkan keridhaan, ampunan, bantuan, hidayat, dan sebagainya. Setiap orang pastinya pernah melakukan itu. Bagi pemeluk teguh, nyaris setiap waktunya adalah bermunajat. Karena meyakini keberadaannya sebagai hamba. Tak ada daya upaya kecuali dengan pertolongan-Nya. La hawla wala quwwata illa billah. Begitulah semestinya. Sepantasnya begitu. Memang harus begitu. Dan benar begitu. Sebagai insan yang memahami hakekatnya. Maka, apapun yang ia lakukan semata-mata untuk beribadah, bermunajat mengharap ridha-Nya. Semua ada pada niat dan hati yang ikhlas. Itu yang membedakan antara aktivitas duniawi dan ukhrawi. Sudah jelas, bila bekerja diniatkan untuk ibadah dan perwujudan rasa syukur, ya itu juga ibadah. Ada dalilnya. Tak perlu disangkal. Silakan ketik di Gugel: hadits tentang bekerja. Sayang, sepertinya masih ada saja yang belum terima kalau bekerja itu ibadah. Atau mung

Bumi Manusia

Ditulis: 23 Pebruari 2019 Saya sedang hanyut. Dalam cerita Minke. Di Bumi Manusia itu. Roman yang ditulis Pramoedya. Satu buku dari tetralogi. Sejatinya saya agak malu. Novel setenar itu, baru sekarang membacanya. Saya menunggu gratisan. Akhirnya kesampaian. Novel itu ada di perpustakaan kantor. Pertama kali nemu di rak buku, bak ketemu seseorang yang dirindukan. Girang. Buku itu masih ditangan saya. Setia menemani saya. Menjelang tidur malam saya membacanya. Siapa tahu bisa mimpi ketemu Annelies. Yang cantik gemilang itu. Pun saya membacanya di perjalanan maupun di kesunyian. Di sela-sela kegiatan. Sudah setengah buku saya baca. Makin lama makin penasaran. Dengan ceritanya. Saya menjadi tahu gambaran kehidupan orang pribumi dan Eropa di Hindia Belanda. Saya tidak bermaksud mengulasnya. Biarlah Anda membacanya sendiri. Mendapat pemahamannya sendiri. Mendefinisikan sendiri. Karena saya tidak jago untuk membuat definisi. Apalagi mendefinisikan tentang seseorang. Menilai

Duren & Pilpres

Ditulis: 17 Pebruari 2019 Duren alias durian. Kami suka. Nyandu, ketagihan. Atau levelnya barangkali sudah maniak. Dan untunglah sekeluarga suka. Jadi, tak ada yang tersiksa. Kadang, merasa aneh, ada orang yang ga suka duren. Yang nyium baunya saja sampai pusing dan mual. Aneh seaneh anehnya. Dan mungkin orang itu juga berpikir sama. Kenapa ada orang yang maniak duren dengan bau yang menyengat itu. Yang dilarang masuk ke pesawat, juga masuk hotel. Dengan sebutan forbidden fruit. Dia  pun akan berpikir tentang saya sebagai aneh seaneh anehnya. Sama persis posisinya ketika saya juga berpikir: orang yang hobi makan jengkol adalah orang aneh seaneh anehnya. Begitulah kehidupan ini. Tak semua dengan cita rasa yang sama. Persis pilihan presiden. Ada yang cita rasanya pada nomor 1, ada yang nomor 2. Yang nomor 1 merasa aneh dengan orang yang milih nomor 2, begitu sebaliknya. Lantas, jika ada orang yang mencaci maki duren sebagai buah yang bikin dia pusing, mual, apakah saya

Teladan & Komitmen

Ditulis: 16 Pebruari 2019 Orang hidup itu memang butuh teladan. Contoh yang bagus. Nabi Muhammad adalah sebaik-baiknya panutan. Uswatun hasanah. Itu dalam soal agama dan perilaku. Bahkan dalam semua sisi kehidupan. Pun dalam menulis. Butuh contoh. Kiblat saya Pak DI. Saya rutin membaca tulisannya. Sebagaimana pernah saya tulis, saya merelakan diri untuk dipengaruhinya. Khususnya dalam menulis. Saya juga ingin mencontoh beliau. Soal komitmen. Pak DI punya blog yang sudah setahun dan dia menulis setiap hari. Itu komitmennya. Saya juga pengen punya komitmen. Tapi belum sanggup setiap hari. Seminggu sekali dulu. Saya tulis di kereta. Dengan smartphone. Tentang ini saya patut berbangga. Bisa sama dengan Pak DI. Yang nyaris semua tulisannya itu diketik di HP. Dari semua tulisan Pak DI yang di blog itu kemudian dikumpulkan dan dibukukan. Seperti buku-buku beliau sebelumnya. Yang sebagian besar merupakan kumpulan tulisannya di koran. Ada juga buku yang merupakan kumpulan catat

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

Ditulis: 9 Pebruari 2019 Mata saya tetiba tertarik pada tulisan di tembok. Yang bunyinya seperti judul tulisan ini. "Apapun yang bisa kamu bayangkan adalah kenyataan." Saya berusaha mencernanya. Mencoba mencari buktinya. Setidaknya, saya bilang pada seseorang di dekat saya akan menulisnya. Benarkah quote itu? Saya menduga, kalimat itu diucapkan atau ditulis Pablo dalam suatu konteks atau kejadian. Itu yang saya belum tahu. Dan belum berusaha mencari tahu. Sebagaimana banyak terjadi belakangan ini. Ucapan, video, rekaman seseorang hanya disajikan sepotong. Yang kemudian memunculkan persepsi negatif. Yang juga menjadi tren untuk menghantam lawan. Yang akhirnya menimbulkan fitnah. Kadang memang itu tujuannya. Lagi lagi semua bersumber dari persaingan politik. Tidak lebih. Pada sekitar tahun 1998, saya menulis cerita. Entah sekarang tercecer dimana cerpen itu. Belum pernah saya posting. Dalam cerita itu saya mengkhayalkan kehidupan saya di masa depan bersama

Perbendaharaan Menyapa pada Hari Kejepit

Ditulis: 5 Pebruari 2019 Bagaimanapun saya mengucapkan terima kasih kepada Gus Dur. Yang telah mewariskan Imlek sebagai libur. Itu sebagian legacy beliau. Setiap presiden meninggalkan warisannya. Monas dan Istiqlal adalah diantara warisan Bung Karno. Dengan warisan-warisan itu, kemudian mereka terus dikenang. Terus hidup dalam ingatan bangsa ini. Lalu, hal baik apa yang akan Anda wariskan di tempat pengabdian Anda? Sudah tentu saya mesti berterima kasih kepada masyarakat Tionghoa. Yang mempunyai Imlek. Meski saya tak merayakannya, saya turut menikmati liburannya. Malah, ada hari kejepit yang bila kita bekerja di hari itu rasanya kok sakit. Ya namanya juga kejepit. Tentu akan sakit, meski ada kejepit yang enak. Maksud saya, sebagian kita kemudian mengambil cuti di hari kejepit itu. Yang lalu itu menjadi sebuah liburan yang lumayan panjang. Asyik bukan? Saya diantara yang mengambil cuti sehari itu. Meski ternyata, saya sendiri yang cuti. Istri tetap masuk sekolah, anak-anak