Kesabaran

-(Sabtu, 10 Mei 2025)-

Sebentar aku ke toilet dulu. Kata saya, yang kemudian dia menunjukan arah toilet. Sementara saya ke toilet, dia masuk ke aula itu. 

Selesai urusan di toilet, saya bergegas menuju aula. Saya menyalami petugas itu dan seluruh peserta pria. Dari penampilannya, saya bisa menebak orang-orang itu berafiliasi pada organisasi mana saja. Saya tahu akan ada perbedaan pendapat soal tatacara peribadatan. Tapi, saya berpikir positif, justru ini membuka ruang fleksibilitas, alias tidak kaku pada satu pendapat. Dalam pelaksanaannya terkadang dihadapkan pada kondisi yang tidak mudah. 

Kami hadir di aula itu atas undangan petugas. Yang barangkali merasa perlu untuk memberikan pembekalan dan setidaknya gambaran pelaksanaan serta kondisi yang akan dihadapi. 

Ini juga menjadi awal silaturahmi bagi kami untuk mulai saling mengenal satu sama lain. Yang diharapkan akan tumbuh rasa persaudaraan. Yang nanti akan sangat diperlukan untuk saling tolong menolong dan gotong royong. 

Barangkali petugas itu juga perlu membangun sebuah narasi yang diharapkan menjadi pengikat kami untuk bisa bekerja sama dalam jumlah yang tidak sedikit. 

Petugas itu membuka acara dan mulai menjelaskan mengenai tugas yang akan ia emban dan menerangkan gambaran yang perlu diketahui oleh setiap peserta. Sesekali ia menjelaskan perbedaan hukum dan tatacara, dimana setiap orang diberikan kesempatan untuk memilih. Yang tentu disertai tanggung jawab atas pilihan tersebut. 

Tidak hanya satu arah, di kesempatan itu juga dibuka ruang diskusi dan tanya jawab. Dan benar dugaan saya, ada peserta yang menyampaikan pendapat berbeda tentang satu hukum terkait satu peribadatan. Dengan modal pikiran terbuka, bagi saya itu menjadi hal yang menarik. 

Menanggapi pendapat itu, petugas menerangkan bahwa pihaknya berupaya menjalankan prinsip kehati-hatian dan untuk menjaga kesempurnaan. Yang kemudian, tetap mempersilakan setiap orang untuk memilih sesuai dengan dalil yang ia yakini. Sebuah tanggapan yang bijaksana. Batin saya berkata demikian. 

Kenyataannya, beberapa orang yang memberikan nasihat, selalu berkata akan pentingnya kesabaran. Begitu pula dengan petugas itu. Pun pesan para pembimbing saat saya ikut di tempat saya bertugas itu. 

Sabar artinya sikap menahan diri. Setahan-tahannya tanpa mengeluh, tanpa emosi, tanpa amarah, tanpa putus asa. Yang ada hanya ikhlas, lapang dada, tetap tenang, pasrah dan tawakal. 


Kelihatannya mudah saat diucapkan atau dituliskan, tapi ini memang tidak gampang. Karena itu, definisi ini mesti saya camkan dalam-dalam. 

Selain latihan fisik nampaknya ini yang perlu saya siapkan dan saya latih dengan sungguh-sungguh. Saya akan berlatih agar tak lagi membatin "kesuwen rek". Saya juga mesti mengatur kembali ritme langkah kaki saya yang panjang-panjang itu. Agar tetap membersamai rombongan. 

Oleh karena itu, nampaknya saya perlu mempersuasi atau mensugesti diri untuk bisa bersabar. 

Bahwa sabar bukan kelemahan, tapi kekuatan jiwa. Ia adalah pakaian tak terlihat yang akan melindungi diri dari amarah, kelelahan, dan rasa putus asa. 

Bahwa ketika setiap detik bersabar, Tuhan melihat itu.

Setiap antrean, panas, langkah lelah — semua dicatat sebagai ibadah jika dihadapi dengan sabar. Bahkan diam pun bisa menjadi pahala. 

Bahwa sabar bukan menahan, tapi melepaskan ego. 

Begitulah. Beberapa poin tentang sabar. Yang barangkali menjadi semakin lengkap dengan sebuah afirmasi ini. 

“Saya melihat apa yang terjadi, tanpa mengubahnya, tanpa menghakimi — agar hati saya tetap bersih dalam menuju Tuhan.”

“Saya hadir sepenuhnya di tempat ini, bukan demi kenyamanan, tapi demi menyempurnakan ibadah kepada-Nya.”

“Saya bersabar bukan karena kuat, tapi karena saya ingin Tuhan ridha kepada saya.”

“Saya bernapas, saya berjalan, saya berdzikir — dengan tenang dan penuh kesadaran, karena saya sedang menuju Tuhan.”

“Saya tidak mengejar pemahaman dunia — saya menyerahkan diri kepada yang Maha Memahami.”

“Kesabaran ini adalah persembahan kecil saya untuk Tuhan yang Maha Pengasih.”

Dan bagaimanapun anda juga mesti bersabar. Atas apa yang selalu ditunggu-tunggu itu. Yang dulu sering keluar di hari Jumat itu.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi