Menyoal makanan
-(Jumat, 9 Mei 2025)-
Pengen makan yang dimana? Sebuah pertanyaan yang ia ajukan, beberapa menit setelah kami bertemu. Yang dulu itu, yang dekat keraton itu. Saya menjawab begitu. Ia sudah langsung paham, apa yang saya maksud dekat keraton. Padahal yang saya maksud itu sesungguhnya adalah puro mangkunegaran. Meski sudah sering ke kota ini, saya masih tak hafal nama-nama tempat.
Rasa baru pada lidah saya atas tengkleng waktu itu masih terekam di otak. Dan itu saya suka. Untuk itu, saya ingin mencicipinya lagi. Yang tentu dengan menu utamanya: sate bakar.
Kenyataannya, kualitas rasa selalu menjadi daya tarik utama. Yang akan membuat pelanggan untuk datang kedua kalinya, lalu ketiga, keempat dan bahkan mungkin setiap kali berkunjung ke suatu daerah. Selain itu, kecepatan penyajian nampaknya juga menjadi faktor penting. Aspek krusial lainnya adalah soal harga.
Maka, worth it atau tidak, kerap menjadi kesimpulan dari konsumen setelah merasakan tiga aspek itu. Meskipun kesimpulan ini kadang bersifat subyektif.
Tak butuh waktu lama, kami tiba di warung itu. Tempatnya sederhana, tak terlalu luas. Setelah dapat meja dan kursi, kami segera memesan 2 menu: sate bakar dan tengkleng. Yang atas kuliner ini, sebagian orang sudah menjauhinya.
Karena itu, kami bersyukur dan selalu berusaha untuk bisa terus mengkonsumsi menu-menu seperti itu. Alias agar tak ada pantangan atau larangan dari dokter.
Untuk itu, kami tetap harus berhati-hati dan berusaha selalu menjalani gaya hidup sehat. Setidaknya olah raga jalan kaki, mengurangi karbo dan gula. Lebih banyak mengkonsumsi protein, sayur, buah dan air putih. Yang sejatinya semua orang juga sudah paham.
Tapiii, apakah itu hal yang mudah dijalani?
Tidakkk...