Adaptasi
-(Selasa, 6 Mei 2025)-
Saya termasuk orang yang bisa mengingat beberapa cerita film. Ada yang keseluruhan, ada pula yang cuman beberapa potong cerita. Dari film itu. Contohnya film The Shawshank Redemption. Bukan tentang tokoh utamanya, tapi ada tokoh lain yang menurut saya, ceritanya menarik dan bisa relate dengan kehidupan nyata.
Ada seorang tua yang karena saking lamanya tinggal di penjara, dia seolah sudah menjadi bagian dari penjara itu. Sehingga, ketika ia menyelesaikan masa hukuman, ia justru merasa sedih. Mesti berpisah dengan orang-orang, para sahabatnya, yang sudah menemani hidupnya selama itu. Ia sebenarnya tak ingin pergi dari tempat itu. Ia ragu apakah ia akan sanggup hidup di luar sana. Dimana tak ada lagi orang yang akan ia temui. Tak ada lagi yang akan peduli. Ia sudah merasa khawatir saat akan pergi. Tapi, apa boleh buat, ia mesti meninggalkan tempat itu.
Ia kemudian tinggal di satu kamar. Ia kemudian bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Tapi, disitulah ia merasa tak ada lagi orang yang bisa menerimanya. Tidak seperti teman-temannya dulu. Ia merasa sudah tak sanggup lagi beradaptasi dengan dunia luar itu. Ia sudah kehilangan makna hidupnya. Lalu...
Pada akhirnya kemampuan beradaptasi menjadi kunci untuk bisa bertahan dimanapun berada. Secepatnya menemukan kembali makna hidup, menjadi penting untuk dilakukan. Agar hidup lebih bersemangat. Dan bergairah. Itu barangkali buah pelajaran yang bisa dipetik dari ranting pohon cerita itu. Selain pula, itu menjadi pengingat akan bahaya zona nyaman. Ketika diri sudah seolah menjadi bagian dari tempat itu, maka kita perlu waspada.
Kenyataanya, ketika kita berada di satu masa pada sebuah tempat, dengan ritme dan irama kehidupan yang sama dan terus menerus, toh ternyata menghasilkan perasaan nyaman.
Ketika kemudian mengetahui akan terjadi perubahan dalam hidupnya, setidaknya akan timbul respon kesedihan. Meski dengan kadar yang kecil, manakala kepergian itu adalah sesuatu yang diharap-harap. Kesedihan itu akan semakin terasa, pada saat berada di ujung hari, ternyata menemukan hal-hal yang mestinya ia lakukan selama ini. Yang bermuara pada penyesalan.
Walaupun demikian, hidup mesti terus berjalan. Dan batin akan kembali menemukan caranya untuk sembuh.