Gergaji baru
-(Jumat, 2 Mei 2025)
Salah satu cara mengasah gergaji adalah belajar hal baru.
Ketika kita menebang pohon sementara gergaji sudah tumpul, langkah yang kita lakukan adalah mengasahnya kembali. Membiarkan gergaji tumpul dan terus menggunakannya, akan membuat kerja menebang pohon itu menjadi tidak efektif. Bukan lagi tidak efektif, bisa jadi malah gagal.
Begitu juga ketika kita bekerja. Gergaji adalah perumpaan dari kompetensi atau keterampilan yang kita miliki untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan itu mesti terus kita asah agar kita semakin efektif dalam menyelesaikan tugas. Tak kalah penting adalah tetap menjaga kompetensi dan skill itu relevan dengan jaman sekarang.
Bahkan, adakalanya kita perlu mengganti gergaji kita itu dengan gergaji yang baru. Yang lebih modern. Yang sudah pakai mesin. Yang lebih cepat dalam memotong pohon dan kayu. Yang juga meringankan beban dan tugas kita. Yang membuat kita punya waktu untuk mengerjakan tugas lain yang lebih strategis. Dan berdampak.
Karena itu, mari kita teruskan baris pertama diatas.
Baru-baru ini ada beberapa wawasan yang bisa saya pelajari ketika malam, selepas subuh atau di akhir pekan.
Salah satunya adalah tentang cara kerja otak manusia. Selalu ada dua sisi ketika menguasai suatu ilmu. Termasuk ilmu tentang cara kerja otak itu. Yang bersifat positif dan negatif.
Banyak hal positif yang bisa dibuat manusia setelah paham cara kerja otak, seperti: memperbaiki kualitas hidup dan meningkatkan kesehatan mental serta pendidikan. Tapi ada pula hal lain atas pemanfaatan ilmu itu untuk tujuan-tujuan tertentu. Yang orang bisa menganggapnya sebagai hal negatif. Seperti digunakan untuk persuasi model baru yang sangat halus, yang alih-alih membujuk, tapi sudah mengarah pada memanipulasi pikiran.
Dengan mengetahui cara kerja otak itu, sekarang orang bisa membuat satu rangsangan yang dapat menstimulasi emosi, sehingga orang itu ingin membeli sesuatu tanpa berpikir rasional.
Masih tentang cara kerja otak, saya kemudian menemukan sebuah pendekatan dalam kepemimpinan. Yang disebut dengan model scarf. Yang dikembangkan oleh David Rock. Kata ini merupakan akronim 5 kata. Begini.
Status. Rasa dihargai atau direndahkan. Otak selalu membandingkan posisi sosial kita dengan orang lain. Otak merasa aman dengan pujian, sebaliknya merasa terancam ketika dikritik.
Certainty. Kebutuhan akan kejelasan dan prediksi. Otak cemas jika tidak ada kepastian. Ia butuh prediksi agar bisa merespon. Artinya, otak merasa aman ketika ada kejelasan.
Autonomy. Kebebasan memilih. Apakah saya punya pilihan. Otak merasa aman ketika ada pilihan. Sebaliknya.
Relatedness. Rasa koneksi sosial. Otak merasa terancam saat dikucilkan. Dan merasa aman ketika diterima.
Fairness. Persepsi keadilan. Otak akan terancam ketika mendapati ketidakadilan. Dan merasa aman saat ada transparansi.
Apa yang terjadi ketika otak merasa terancam. Ia akan mengaktifkan amigdala. Lalu akan berakibat reaktif dan emosional. Sebaiknya, ketika aman, akan aktif prefrontal cortex, yang berakibat perilaku reflektif dan rasional.
Begitulah. Dengan pengetahuan lama yang bisa menjadi gergaji baru itu, barangkali kita bisa memimpin dengan cara yang lebih baik.