Menyoal kembali

-(Sabtu, 3 Mei 2025)-

Perihal kepergian bukanlah tentang meninggalkan. Selalu ada hasrat untuk kembali. Itu adalah kalimat yang saya tulis dan saya pilih untuk menjadi headline blog saya. Apa artinya? Kenapa menulis itu? Ada yang bertanya pada saya. 

Sebagai makhluk sosial, setiap orang tentu menjalani relasi dengan orang lain. Baik dalam satu ikatan persahabatan, keluarga ataupun ikatan batin yang tulus. Pada satu periode waktu, barangkali mereka tinggal atau selalu bersama-sama. Kadang penuh canda ceria, adakalanya juga penuh ketegangan. Yang itu menjadi dinamika sebuah hubungan. 

Kenyataannya, mustahil relasi itu berlangsung terus menerus. Kadang ada jeda, ada jarak oleh karena satu sebab. Yang antara kedua pihak itu tahu dan saling memahami. Adakalanya juga tanpa sepengetahuan pihak lainnya. 

Pada sebuah jeda, biasanya refleksi dan perenungan itu terjadi. Atas semua peristiwa. Saat jeda itulah hadir kembali masa silam dalam bentuk kenangan. Yang kadang menghanyutkan pikiran dan perasaan. Itulah satu momen yang bisa disebut hasrat kembali.

Tapi, yang juga bisa terjadi adalah memang benar-benar kembali. Karena telah selesai satu tugas yang dijalani. Yang oleh karena keberuntungan, kemudian kembali lagi ke tempat sebelumnya. Dan ini adalah sesuatu yang terus diharap-harapkan. Dalam setiap doa dan merasuki alam bawah sadar.

Bagaimanapun setiap ada pertemuan, akan berakhir dengan perpisahan. Yang kadang hanya bersifat sementara. Artinya, kelak di satu tempat bisa bersama lagi.

Bahkan setelah perpisahan dan sebelum pergi ke tempat baru, kita sudah terpikir momen kembali. Misalnya, anda akan pergi ke satu tempat, dan akan tinggal untuk beberapa lama. Ketika periode itu sudah ditetapkan, timbul rasa aman, rasa kepastian. Yang membuat kita tak terlalu memikirkan soal kembali. Berbeda ketika kita tak mampu memprediksi, belum juga berangkat, sudah membayangkan momen kembali. Artinya sudah berhasrat untuk kembali ke tempat awal.

Kepergian juga bisa terjadi karena satu pertimbangan lain. Yang sangat mungkin demi kebaikan. Untuk sebuah tujuan mulia. Yang kepergian seperti itu, biasanya dilakukan dengan langkah yang berat. Yang itu semakin berat, karena sudah terbersit keinginan untuk kembali. 

Begitulah. Pada akhirnya, semuanya akan kembali. Ke tempat dimana kita bermula.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi