Musuh terbesar

-(Selasa, 11 Maret 2025)-

Apa resolusi anda tahun ini? Apakah sudah berjalan sesuai rencana? Bagaimana dengan tahun lalu?

Di akhir tahun, sebagian kita sudah membayangkan tahun depan akan melakukan ini, itu. Sudah berniat dan membulatkan tekad untuk menjadi ini dan itu. Bahkan ada yang menulisnya di postingan medsos. Bahwa akan begini, begitu. Terbaca dan terlihat keren. Misalnya, tahun 2025 akan rajin olah raga, akan diet, baca 1 minggu 1 buku, dll.

Apa yang terjadi? Tidak sedikit yang berakhir dengan “resolusi tinggal resolusi”. Rencana tinggal rencana. Dalam perjalanannya ada yang gagal melawan keinginan yang bertolak belakang dengan resolusinya. Yang sebagian kita tidak menyadari bahwa itu adalah musuhnya. Apakah itu?

Sesuai resolusi, setiap sabtu dan minggu, ia sudah berjanji pada diri sendiri untuk olahraga jalan kaki hingga 6000 langkah. Alarm berbunyi tepat pukul 5 pagi. Ia bangun untuk sholat subuh. Selepas sembahyang, ia ingat hari ini libur kerja. Wah, ada kesempatan buat tidur lagi. Nanti jam 8 baru olah raga. Pikirnya. Ia lupa pasang alarm. Jam 9 baru terbangun. Oh, kok sudah terang banget ya. Kayaknya matahari sudah terasa panas. Seolah ada bisikan begitu. Ah, nanti sore ajalah jalan kakinya. Di taman itu sore hari juga ramai, banyak yang olahraga. 

Pagi itu, ia gagal jalan kaki. 

Sore pun tiba. Ia lupa bahwa saat ini sedang musim hujan. Dari sejak sebelum ashar turun hujan rintik-rintik. Sampai jam 5 belum reda. Kok masih hujan, ya udah besok pagi aja olahraganya. Kemudian ia nelpon temannya. Kalau ndak hujan, nanti malam kita nongkrong di café mana? 

Malam minggu itu ia nongkrong bareng teman-temannya. Memang asyik bisa main bareng. Meski sebenarnya terlihat setiap orang sibuk dengan HP masing-masing. Hingga larut malam. Sampai café itu tutup.

Sampai rumah mata tak bisa terpejam. Insomnia. Mungkin karena minum kopi. Atau sudah lewat jam tidur. Akhirnya, buka netflix dan nonton film. Padahal sudah semuanya ia tonton. Ia pilih Captain America. Hingga ketiduran. Yang terjadi adalah justru para avenger itu nonton dirinya tidur sambil mendengkur. Jam enam terbangun.  Lihat HP, oh masih jam 6. Karena mata masih mengantuk, lanjutlah ia tidur hingga jam 9. 

Rencana olahraga pun buyar. 

Kadang, begitulah yang terjadi. Banyak kegagalan rencana atau resolusi tidak disebabkan oleh eksternal. Justru karena diri sendiri. Yang acapkali lebih berpihak pada rasa malas. 

Kenyataannya, pada beberapa momen, seolah individu manusia itu terbelah. Yang selalu berlawanan. Ketika akan melakukan suatu kebaikan, bersamaan pula timbul perlawanan. Utamanya rasa malas. Mau olahraga, dibayangi rasa malas. Mau baca buku, diganggu rasa malas. Mau bersih-bersih, digoda rasa malas. Dalam banyak hal inilah penyebab utama kegagalan manusia. Atas suatu rencana.

“Musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri”. 

Sudah sering kita mendengar atau membaca ungkapan itu. Gambaran diatas barangkali menjadi bukti kebenarannya. Celakanya, selain rasa malas, ada banyak rasa yang juga sering mengusik semua rencana. Mau diet, eh ada rasa lapar dan rasa pengen ngemil. Mau belajar public speaking, eh ada rasa malu. Mau olahraga, eh ada rasa pegal-pegal, rasanya pengen rebahan saja. Apalagi jika ditambah rasa yang lain. Akan semakin ampuh musuh itu. Seperti: rasa marah, rasa dendam, rasa iri, rasa benci, rasa takut, rasa sedih.

Selain rasa-rasa itu, dalam diri manusia juga terkandung sesuatu yang dalam agama disebut hawa nafsu. Ini pula menjadi musuh. Ada ungkapan, jihad terbesar adalah melawan hawa nafsu. Dan itu telah menemukan faktanya. Hampir segala persoalan di dunia ini bermula dari hawa nafsu itu. Nafsu serakah, nafsu berkuasa, nafsu syahwat, nafsu angkara murka. Jadi, jika tempo hari ada pertanyaan, orang macam apa itu? Ya barangkali orang yang masih dikendalikan oleh hawa nafsunya. 

Begitulah. Bagaimanapun salah satu tujuan puasa adalah untuk itu. Mengendalikan hawa nafsu. Melawan diri sendiri. Harapannya, selepas puasa bisa mendapatkan kemenangan. Hanya saja, tidak sedikit yang sehabis puasa, kembali ke kondisi semula. Ya tidak apa-apa. Bagaimana lagi, walau sejatinya rugi. Barangkali memang masih harus terus melatih diri. Serta menghayati perkataan ini.

"Menaklukkan diri sendiri adalah kemenangan yang paling mulia."  -  Plato.

Camkan!

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi