Investasi

-(Minggu, 30 Maret 2025)-

Kemarin malam adalah tarawih terakhir. Untuk ramadan ini. Alhamdulillah, tiada satu malam pun yang saya lewatkan tanpa tarawih. Alias full. Meski kadang tarawih sendiri di rumah. Ketika hujan atau saat perjalanan. 

Jumlah rakaat juga menyesuaikan. Kadang 20, kadang 8. Kadang 2 rakaat satu salam, kadang 4 rakaat satu salam. 

Lalu, apakah ada isian gugel form untuk tarawih full? Sebagaimana gugel form khatam Qur'an. Tentu saya bercanda dengan pertanyaan itu. Karena memang tak ada. Barangkali khatam itu dianggap lebih tinggi tingkatannya dibandingkan full tarawih. Karena lebih effort. Karena setidaknya 1 hari mesti 1 juz. Yang setelah mengisi gugel form itu, akan diberikan reward. Sebuah upaya mulia memberikan motivasi. Untuk investasi akhirat. Terlepas dari pro kontra, tapi kita patut menghargai dan mengapresiasinya. 

Terlepas pula dari urusan reward atau pahala, sebenarnya dengan keberhasilan meraih target itu, sudah menciptakan rasa kebahagiaan sendiri. Bagi orang itu. Ini yang barangkali membuat kita paham, mengapa sebagian orang melakukan satu kegiatan rutin yang tidak biasa. Seperti 1 hari lari 5km, 1 hari menulis 1 tulisan, 1 minggu baca 1 buku, dll. 

Saya kira dengan membuat target dan menjalani aktivitas itu secara disiplin akan bermuara pada sebuah habit. Ketika kebiasaan itu berubah jadi budaya, maka selanjutnya berevolusi menjadi karakter. Lalu menjadi prinsip hidup. Yang ketika tak sesuai akan membuat rasa yang tidak nyaman. Merasa berdosa dan menyesal. Sehingga seseorang akan terus melakukan kebiasaannya itu. 

Bayangkan saja, ketika seseorang punya target menabung atau berinvestasi setiap bulan. Dan disiplin. Entah berapapun penghasilannya. Ada dorongan dari dalam dirinya untuk mati-matian bisa melakukan itu. Apakah ia akan mencari tambahan penghasilan, ataukah ia akan menekan pengeluaran. Pada saat itulah ia akan fokus pada targetnya. Dan ketahuilah: "Tidak ada yang lebih kreatif...lebih destruktif...daripada orang cerdas yang terfokus pada sebuah tujuan". Satu ungkapan yang saya temukan dalam novel Inferno, karya Dan Brown. 

Tempo hari saya baca di koran nasional. Sebuah tulisan berisi informasi yang menurut saya inspiratif, terkait kebiasaan berinvestasi emas. Yang tak hanya dilakukan oleh orang kaya. Masyarakat umum pun ada sebagian yang punya kebiasaan itu. Diceritakan ada yang konsisten menabung emas dengan berat yang tidak sampai 1 gram. Sesuai dengan kemampuannya. Setiap bulan. Soal keunggulan investasi emas, anda sudah tahu. Lebih liquid dibandingkan investasi lainnya. 

Yang soal investasi emas ini, saya lantas jadi berpikir dengan data tentang tabungan masyarakat. Katanya, nilai tabungan masyarakat menurun. Yang kemudian diasumsikan bahwa masyarakat mulai makan tabungan dan sebagai pertanda negatif atas kondisi ekonomi. 

Siapapun bisa membuat hipotesa seperti itu, sebagaimana saya juga bisa berhipotesa begini. Jangan-jangan masyakarat terutama kelas menengah sudah paham pentingnya investasi. Yang itu membuat mereka memindahkan dana tabungannya ke investasi. Seperti investasi emas itu. Siapa yang tidak tertarik, lihat saja grafik harga jual dan harga belinya, yang terus merangkak naik. Apalagi sekarang ada produk emas digital. Yang tak lagi repot-repot harus datang ke counter. 

Begitulah. Kadang, data memang satu. Tapi perspektif bisa beragam.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi