Berita palsu

-(Sabtu, 15 Maret 2025)-

Saya mengikuti beberapa cerita film yang diangkat dari kisah nyata. Diantaranya seputar perang dunia II. Selain menyimak alur ceritanya, saya juga amati suasana dan kondisi fisik kehidupan masyarakat. Juga kota-kota di Eropa dan Amerika. Yang digambarkan dalam film itu. Saya melihat pada jaman itu, sudah banyak kemajuan. Yang dibangun oleh negara-negara Eropa. Dan tentu Amerika.

Berangkat dari cerita dan gambaran film-film itu, lantas saya ingat Roman Tetralogi Bumi Manusia. Yang pernah saya baca dulu. Diantaranya diceritakan anak-anak muda Hindia Belanda yang bersekolah di Eropa. Saya membayangkan, bagaimana mereka menjalani kehidupan di negara Eropa bersama masyarakatnya yang sudah maju dibandingkan di Hindia Belanda. Inilah yang barangkali menginspirasi mereka. Untuk berjuang mencapai kemerdekaan. Dengan suasana kota yang sudah maju begitu, berarti sekolah tempat mereka kuliah, tentu berkualitas. Pada jamannya. Disitu mereka belajar dan berorganisasi. Dan tentu mencari informasi tentang perkembangan politik dunia. Yang saya kira juga turut menjalani gaya hidup Eropa pada jaman itu. Sebagai proses adaptasi.

Maka, kita bisa membaca. Betapa pemikiran tokoh-tokoh nasional yang pernah mengenyam pendidikan Eropa itu sudah melampaui bangsanya. Saya membayangkan, mereka telah banyak membaca dan berdiskusi tentang pemikiran filsafat dari jaman Yunani kuno hingga abad pertengahan, termasuk pemikiran kontemporer pada masa itu.

Diluar imajinasi saya itu, tidak dipungkiri perang dunia II telah membawa banyak korban. Tapi perang itu juga telah mendorong pemikiran, ide-ide dan inovasi brilian yang membawa kemajuan sampai dengan sekarang. Riset dan percobaan yang dilakukan ditujukan salah satunya agar bagaimana mereka bisa unggul dalam perang. Seperti teknologi nuklir dan juga teknologi komputer. 

Sungguh, sejarah manusia adalah sejarah perang. Dari jaman kuno bahkan sampai sekarang. Yang perang-perang itu sudah banyak diceritakan dan menjadi banyak film. Tidak saja perang antar negara atau kerajaan. Tapi juga sudah dimulai dari jaman purba berupa perang antar kelompok, antar suku. Yang memperebutkan wilayah untuk bisa ditinggali. Atau sekedar memperebutkan makanan. 

Timbul pertanyaan, mengapa manusia berperang? Dorongan apa yang membuat manusia berperang? Dan tentu kita prihatin, di jaman peradaban yang sudah modern ini, mengapa masih ada perang? Setidaknya perang dagang. Ini makin menguatkan alasan, mengapa kerjasama, sinergi dan kolaborasi memang harus terus diajarkan dan dilatihkan sejak anak-anak.

Kenyataannya, dorongan untuk memenangkan perang itu juga membuahkan banyak strategi. Atau siasat. Bahkan tipu daya. Seperti dalam satu kisah film berikut.

Dalam perang dunia II, untuk mengalahkan Jerman, Inggris berniat akan terlebih dahulu menyerang dan merebut Sisilia di Italia yang merupakan sekutu Jerman. Jika rencana ini diketahui Jerman, pastilah Jerman akan mengerahkan pasukannya kesana. Untuk mengelabui Jerman, Inggris melalui para intelijennya membuat satu rencana. Yaitu dengan menyebarkan informasi palsu rencana penyerangan Inggris ke Yunani. Bagaimana agar Jerman termakan berita palsu itu? itulah yang dikisahkan dalam film yang saya simak ceritanya. 

Mereka mencari mayat manusia yang meninggal karena tenggelam. Atau yang mirip tenggelam. Ketemulah mayat itu. Lalu pada mayat itu akan ditaruh seolah dokumen rahasia tentang rencana penyerangan Inggris ke Yunani. Mereka merekayasa seolah mayat itu adalah tentara yang bertugas sebagai pembawa pesan. Mereka juga mengarang skenario identitas dan kehidupan orang yang sudah menjadi mayat itu. Mereka sudah membayangkan jika mayat ini diketemukan Jerman, pasti Jerman akan mengecek identitas si mayat dan menyelidiki latar belakangnya. Untuk memastikan apakah dokumen yang dibawa itu benar. Atau hanya tipu-tipu.

Singkat cerita, Jerman termakan berita palsu dan skenario itu. Dan dikabarkan bergerak menuju Yunani. Pada saat itulah kemudian Inggris menyerang Sisilia dan berhasil merebutnya.

Ini tentu siasat yang tidak mudah. Berminggu-minggu, mungkin berbulan-bulan mereka menyusun rencana. Segala kesalahan, risiko sudah dilakukan mitigasi dan diantisipasi.

Begitulah strategi untuk mengecoh lawan. Yang barangkali juga dilakukan oleh banyak pihak. Untuk bisa menang. Ini kemudian membawa kepada satu pemikiran. Bahwa informasi palsu tapi meyakinkan terbukti berhasil memperdaya lawan. 

Hal serupa barangkali juga terjadi di masa kini. Informasi yang tidak benar, tetapi dikemas dengan meyakinkan, bisa membentuk opini, mempengaruhi keputusan, bahkan mengubah arah peristiwa. Dunia yang terhubung internet justru membuat penyebaran berita palsu lebih cepat dibandingkan kebenaran itu sendiri. Maka, kewaspadaan menjadi kunci. Tidak mudah percaya. Memeriksa kembali sebelum menerima dan menyebarkan. 

Bagaimanapun itu adalah langkah sederhana tetapi sangat berarti.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi