Dukungan modal
-(Kamis, 13 Maret 2025)-
Bahkan sebelum ada arahan, kami memang sudah merencanakan. Untuk bertemu dengan para kepala daerah yang baru dilantik itu. Untuk bersilaturahmi, untuk menyampaikan informasi. Memberikan evaluasi dan barangkali rekomendasi. Harapannya, dari apa yang kami sampaikan semakin memperkuat komitmen dan fokus kepala daerah. Dalam mengoptimalkan dana transfer dan peningkatan ekonomi.
Hari itu kami diterima. Kami sudah menyiapkan beberapa slide. Saya menerangkan isinya. Bahwa sebagai pimpinan daerah yang baru tentu memiliki program unggulan. Yang itu dibiayai dari anggaran. Yang berasal dari pendapatan daerah. Baik dari pendapatan asli daerah maupun dari dana transfer dari pusat. Saya pernah menghitung persentase dana transfer. Angkanya diatas 80%. Artinya sangat dominan. Alias sangat bergantung pada dana transfer dari pusat. Karena itu, saya mengatakan bahwa alokasi yang sudah menjadi jatah bagi daerah ini, semestinya bisa diserap secara optimal. Tidak saja diserap maksimal sampai dengan akhir tahun, tapi juga diupayakan lebih cepat. Ikan sepat, ikan gabus. Agar bisa segera digunakan untuk kepentingan masyarakat. Sesekali saya singgung bahwa daerah ini punya dana transfer yang relatif tinggi. Utamanya dana bagi hasil. Bahkan lebih tinggi dari beberapa daerah lainnya.
Di kesempatan itu, kami juga sampaikan kinerja KUR dan UMi. Yang pada sesi diskusi, tiba-tiba muncul ide di kepala saya. Karena saya tahu daerah ini punya simpanan uang yang banyak, saya sampaikan agar pemda ini turut mendukung program KUR dan UMi. Tidak saja melakukan pendataan debitur potensial dan monitoring ketepatan, tapi juga sharing pendanaan. Saya katakan, bisa saja pemda melakukan kerjasama dengan PIP selaku pengelola UMi untuk sharing pendanaan kredit UMi. Dan bisa pula pemda memberikan tambahan subsidi bunga KUR, untuk semakin meringankan beban pelaku usaha mikro.
Nampaknya tertarik. Dan semoga begitu. Dan kami siap membantu melakukan mediasi untuk sebuah kerjasama yang akan membantu UMKM. Itu kami sampaikan. Untuk memberikan dukungan. Saya katakan jika ini bisa dilakukan daerah ini, barangkali akan menjadi sebuah inovasi. Dan karena belum banyak pemda yang melakukan, ini bisa menjadi sesuatu yang keren.
Kenyataannya, program pemberdayaan UMKM memang sudah menjadi konsen pemerintah. Tentu UMKM disini termasuk para petani. Apalagi dengan program ketahanan pangan itu. Yang harus berhasil membawa swasembada pangan. Dan salah satu upayanya adalah memberikan dukungan permodalan.
Selain KUR dan UMi, sejatinya ada juga dorongan dari pemerintah agar kelompok tani mendirikan lembaga keuangan sendiri. Namanya lembaga keuangan mikro agribisnis alias LKMA. Ketika anggota kelompok tani memerlukan modal kerja, mereka sudah punya LKMA. Yang menarik, LKMA ini bisa mendapatkan dukungan tambahan modal. Bisa dari KUR untuk para anggotanya. Atau kerjasama dengan PIP, sehingga bisa menyalurkan UMi.
Saya merasa, sesungguhnya ini bisa menjadi peluang bagi para petani. Hanya saja, nampaknya perihal LKMA ini belum banyak yang mengetahui. Setidaknya disini. Karena itu saya mencoba untuk mempromosikannya. Saya share pedoman umum pengembangan LKMA itu ke WAG sekda. Barangkali pemda bisa memfasilitasi. Dan semestinya bisa melakukan ini.
Bicara tentang petani, tentu tak lepas dari konteks desa. Dan ini membawa saya pada ingatan di masa silam. Jaman SD dulu ada satu buku pelajaran yang di dalamnya memberikan gambaran tentang suatu desa. Namanya Sukamaju. Sebuah desa yang makmur, tenteram dan damai. Beberapa gambar di buku itu juga memperlihatkan Desa Sukamaju yang bersih dan indah. Rumah penduduk tertata rapi, bersih asri, dengan pagar bambu dan pekarangan yang ditumbuhi tanaman sayur-sayuran. Yang gambaran itu masih membekas di benak saya. Bahkan, ketika mendengar lagu “desaku yang kucinta”, yang terlintas adalah gambaran Desa Sukamaju itu. Mungkin gambaran Desa Sukamaju itu terlalu kuat. Bagi saya.
Tentu, itu gambaran desa pada jaman dulu, yang mungkin tak lagi relevan dengan kondisi saat ini. Dari segi fisik terutama. Seperti, jika dulu belum banyak kabel yang bertebaran di atas, sekarang kita bisa saksikan sudah mulai banyak terlihat. Bahkan kabel itu ada di sawah-sawah. Karena mesin pompa air sudah menggunakan tenaga listrik. Di pinggir jalan juga terlihat kabel-kabel internet. Yang memang dengan begitu, masyarakat menjadi lebih modern. Mumpung belum banyak, ada baiknya mulai dipikirkan bagaimana menata kabel-kabel itu menjadi lebih tertata dan rapi. Jangan kemudian seperti yang terjadi di kota-kota. Yang karena sejak awal luput dari perhatian, akhirnya menjadi seperti sekarang ini. Ada banyak kabel yang terlihat semrawut tak tertata. Kalau sudah begitu, entah mau mulai dari mana. Untuk memperbaikinya.
Untung Socrates sudah tiada. Sehingga tak repot merespon pertanyaannya. Tentang kabel-kabel itu.