Optimisme
-(Sabtu, 29 Maret 2025)-
Sepanjang perjalanan dari bandara, saya mencoba menjadi pengamat. Yang bisa menjadi tips untuk menghilangkan kejenuhan dan menikmati keadaan. Salah satu yang saya amati adalah kabel-kabel di udara. Mulai dari kota ini sampai ke kota itu. Setidaknya ada 4 kota yang saya lewati.
Kesimpulannya: semuanya tak sedap dipandang mata. Begitu banyak kabel dalam satu tiang dan satu jalur. Andai ada burung terbang lewat, pasti terjerat.
Tak sedap itu juga ada pada foto. Coba saja difoto, salah satu rumah atau gedung kantor. Dari seberang jalan. Apa yang terlihat di foto? Anda sudah tahu. Ada banyak kabel melintas di depan gedung atau rumah. Yang membuat foto gedung menjadi kurang bagus.
Saya membayangkan andai kantor itu ikut penilaian WBBM, dan diminta untuk membuat profil kantor, saya kira angel itu tak akan muncul dalam video.
Kadang, kita berusaha membuat kantor terlihat bagus dan indah dipandang. Hanya saja lingkungan dan kondisi sekitar kurang peduli dengan estetika. Dan itu diluar kendali kita.
Meski tak enak dilihat, dari banyaknya kabel itu, kita bisa berasumsi. Banyak warga yang rumahnya tersambung dengan kabel-kabel itu, entah kabel listrik, telepon atau internet. Artinya mereka punya kemampuan ekonomi untuk berlangganan. Silakan anda bisa menyimpulkan.
Tentu, tak sepanjang jalan itu hanya kabel yang saya lihat. Ketika masuk tol, sudah tak nampak lagi, kabel yang semrawut itu. Tapi saya melihat padatnya kendaraan. Mobil-mobil para pemudik. Terlihat dari plat nomornya.
Sesekali mobil yang saya tumpangi mengerem dan berjalan pelan. Lalu berusaha menerobos dari bahu jalan. Kondisi jalan tol yang saya saksikan itu, menguatkan dugaan saya, mudik idulfitri tetap ramai. Melihat itu, saya berusaha optimis: kondisi ekonomi tetap terjaga.
Kenyataannya, saat kami buka puasa di mall itu, saya lihat banyak pengunjung yang memadati lantai atas, tempat kuliner. Belum yang di lantai bawah yang disulap seolah street food. Juga ramai.
Karena ada yang harus kami tunggu, kami duduk-duduk di kursi meja sekitar street food. Sambil mengobrol, saya mengamati pengunjung yang datang ke mall. Nampak ceria dan bahagia. Dengan dandanan yang menunjukkan kalangan kelas menengah. Melihat ramainya mall itu, di tengah kekhawatiran terhadap kelas menengah, saya tetap berusaha optimis bahwa kondisi ekonomi tetap terjaga.
Anda sudah tahu. Untuk merayakan idulfitri, sebagian orang mempersiapkan diri agar tampil menarik dan menawan. Salah satunya dengan pergi ke salon. Saat saya mengantar istri, saya bisa melihat banyak orang yang datang, hingga salon itu kewalahan.
Ketika pulang dari salon dan melewati pasar, saya juga melihat keramaian pasar yang tidak seperti biasanya. Artinya, banyak orang datang ke pasar untuk bertransaksi. Yang ini, anda sudah tahu apa kesimpulan saya.
Begitulah. Sementara ada pihak yang beropini negatif, dari apa yang saya saksikan itu, saya memilih untuk tetap optimis.