Jalan tengah
-(Ditulis tanggal 4 Maret 2025)-
Saya merasa ada anomali. Di setiap bulan puasa. Begini asumsinya. Dari sebelumnya makan 3 kali sehari, dengan puasa menjadi 2 kali. Sahur dan buka. Artinya, mestinya berkurang konsumsi makanan. Yang itu juga akan berkurang kebutuhan pokok yang dibeli. Alias permintaan menurun. Yang terjadi malah sebaliknya. Setiap ramadhan, masyarakat dibayangi kenaikan harga. Yang terus dipantau pemerintah. Yang juga terus melakukan langkah-langkah antisipasi. Bahkan sebelum puasa tiba. Hingga kini. Setiap minggu, pemerintah melaksanakan rakor pengendalian inflasi. Lihat saja YT Kemendagri itu. Di setiap awal minggu. Yang sering di hari senin. Kadang hari selasa.
Setiap daerah dipantau kenaikan harganya. Jika ada daerah yang dirasa tinggi kenaikannya, akan dievaluasi. Apa yang tengah terjadi. Langkah apa yang mesti dilakukan. Dalam hal ini pemerintah memberikan peringatan agar pemda setempat segera bertindak. Umumnya adalah segera lakukan operasi pasar. Sambil menjalankan program jangka pendek dan jangka menengah untuk antisipasi kedepan. Jika diketahui inflasi karena pasokan yang sedikit, maka agar bekerja sama dengan daerah lain untuk mendatangkan pasokan kebutuhan pangan itu. Daerah yang bukan penghasil bawang merah, dapat saja bekerja sama dengan daerah lain, seperti Nganjuk dan Brebes, untuk bisa mendatangkan bawang merah. Karena disana melimpah.
Memberikan subsidi bisa juga dilakukan untuk menekan harga. Misalnya subsidi biaya angkut. Sehingga harga pangan yang dijual oleh pemasok tak lagi memperhitungkan biaya angkut. Mendorong petani untuk meningkatkan produksinya juga menjadi bagian upaya ini. Apalagi memberantas penimbunan barang. Pemda juga bisa membangun gudang penyimpanan pangan. Ketika barang melimpah, simpan di gudang. Sebaliknya, kala barang menipis, simpanan di gudang dikeluarkan. Dengan punya gudang, barangkali juga lebih mudah menolong petani. Saat musim panen, otoritas gudang dapat membeli panenan dengan harga sesuai ketentuan pemerintah. Sehingga petani mendapat untung.
Semua itu adalah beberapa strategi pengendalian inflasi. Yang semua pemda sudah tahu. Yang setelah tahu mesti melaksanakannya. Dengan konsisten. Yang ketika pemda itu berhasil mengendalikan inflasi dan dinilai bagus oleh pusat, maka akan diganjar insentif fiskal. Lumayan dapat tambahan pendanaan. Sekaligus menjadi penghargaan atas kerja keras yang dilakukan. Yang itu membanggakan dan menjadi prestasi Kepala Daerah.
Kenyataannya, inflasi telah menjadi momok bagi perekonomian. Salah satu yang ditakuti. Yang berusaha terus dikendalikan. Agar tidak liar. Karena jika harga-harga terus naik dan menjadi mahal, ini tentu akan menyengsarakan. Bagi semua orang. Apalagi mereka yang berpenghasilan pas-pasan.
Sebaliknya, deflasi. Ini juga tak dikehendaki. Karena juga akan berdampak buruk bagi pertumbuhan ekonomi. Bagi produsen, deflasi akan membuat mereka rugi. Seperti bagi petani, yang acapkali setiap panen, harga panenan malah anjlok. Akhirnya, nombok. Disinilah pemerintah mesti hadir. Memberikan solusi.
Bagaimanapun inflasi mesti dicegah. Deflasi juga dihindari. Berfluktuasi juga jangan. Maka, yang bagus dan selalu diharapkan adalah grafik yang stabil. Jika digambarkan, posisi stabil itu berada di pertengahan.
Pada akhirnya, yang baik, yang bagus, adalah selalu yang berada di tengah-tengah. Pada posisi keseimbangan. Intinya: tidak terlalu. Terlalu kiri, terlalu kanan, terlalu fanatik, terlalu cuek. Semuanya dikatakan tidak baik. Definisi terlalu itu sama dengan berlebihan. Berlebihan dalam ibadah pun, Nabi pernah mengingatkan. Agar tidak dilakukan. Karena itu menjadi tidak adil. Kepada diri dan kepada keluarganya. Sebaliknya pula. Terlalu foya-foya, mengejar kesenangan, juga diancam. Poinnya: yang serba terlalu itu agar dijauhi.
Masalahnya, algoritma saat ini acapkali melahirkan polarisasi. Kalau tidak kanan ya kiri. Kalau tidak hitam, berarti putih. Jika bukan pro, berarti kontra. Selalu begitu. Dengan kata lain, ketika kita menggunakan medsos, seringkali kemudian kita terjebak dalam polarisasi itu. Karena begitulah cara kerja algoritmanya. Meningkatkan keterlibatan. Saat medsos tahu kita suka dengan pemikiran yang kontra, maka ia akan merekomendasikan dan menampilkan pemikiran-pemikiran serupa. Bahkan yang lebih kontra lagi. Cek saja beranda YT anda. Atas channel yang pernah anda tonton, di waktu berikutnya ketika anda buka YT akan muncul channel serupa. Celakanya, banyak yang tidak menyadari hal itu. Akibatnya, ia hanya terpapar oleh informasi, perspektif dan opini yang sama. Maka, bisa jadi ia akan menjadi orang dengan pemikiran dan sikap yang terlalu kontra atau terlalu pro.
Padahal, titik keseimbangan itulah yang seharusnya dicari. Sebab, seperti yang pernah dikatakan Aristoteles: "Sikap yang terbaik adalah jalan tengah."