Campur aduk

-(Sabtu, 28 Juni 2025)-

Di setiap eska yang terbit, selalu ada tiga perasaan yang muncul: bahagia, sedih, dan campur aduk; atau senang, kecewa, dan di antara keduanya — ada rasa senang tapi ada pula rasa kecewa. 

Barangkali memang sudah menjadi sifat dasarnya, keputusan semacam ini tak pernah bisa menyenangkan semua orang. Bahkan bagi mereka yang penempatannya sesuai harapan, terkadang rasa puas itu berubah menjadi kecewa ketika mendapati rekan lain justru mendapat tempat yang dianggap “lebih baik”. 

Maka kemudian muncul beragam pertanyaan di benak: Mengapa belum juga pindah ke kampung halaman? Mengapa orang itu sudah kembali ke pusat? Kenapa tidak di sana saja? Mengapa balik lagi kesitu? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini seringkali justru membuat hati semakin gundah gulana. 

Hanya saja, eska sudah kadung terbit. Yang berarti, mau tidak mau, kita harus berangkat ke tempat baru. Itulah konsekuensi dari sebuah pilihan hidup. Tugas pun menanti, tanggung jawab pun berpindah. 

Cara paling ampuh untuk meredakan gundah adalah dengan meyakini bahwa semua ini adalah jalan terbaik yang Tuhan berikan kepada kita. Tak semua ekspektasi harus terpenuhi saat ini juga. Lagi pula, manusia tak pernah benar-benar tahu apa yang akan terjadi di masa depan. 

Mutasi, rotasi, atau penempatan bukan hanya soal di mana kita berada, tetapi juga tentang bagaimana kita belajar beradaptasi. Sebab pada akhirnya, yang membuat kita bertumbuh bukanlah zona nyaman, melainkan tantangan baru yang memaksa kita membuka cakrawala lebih luas. 

Seperti halnya sebuah pengalaman kecil yang saya alami: suatu ketika saya datang ke Masjid Nabawi menjelang waktu Maghrib. Karena datang agak mepet, saya hanya kebagian tempat di lantai, bukan di area yang berkarpet. Tentu saja saya sempat kecewa — mestinya saya bisa dapat tempat yang lebih nyaman. Tapi saya sadar, menerima dengan lapang dada adalah cara terbaik. Saya tetap sholat sunnah rawatib di lantai tanpa karpet, meski tanpa sajadah. 

Lalu, ketika iqamah dikumandangkan dan jamaah berdiri, saya melihat ada celah di area berkarpet. Seseorang mempersilakan saya masuk. Saya pun berpindah ke situ. Tak disangka, di barisan depan masih ada ruang kosong. Orang di samping saya maju, dan bagian kosong itu tak ada yang mengisi. Akhirnya, saya pun mendapatkan tempat yang lebih lapang, tak perlu berdesakan. Alhamdulillah. 

Bagitulah. Tak mengapa menyambut eska itu dengan bahagia, sedih, atau campur aduk sekalipun. Karena siapa tahu, di tempat baru nanti, kita justru menemukan hal-hal baik yang tak pernah kita sangka sebelumnya.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

Pengembangan Organisasi

"Penajaman" Treasury Pada KPPN