Logo visi
-(Minggu, 22 Juni 2025)
Dalam perjalanan ke beberapa tempat, termasuk ketika memperhatikan banyak gedung toko dan lainnya, ada satu hal yang menarik perhatian saya. Saya mendapati sebuah logo yang banyak ditempel di berbagai tempat. Barangkali ini sebagai bentuk sosialisasi dan internalisasi kepada masyarakat, termasuk kepada jamaah dari luar negeri.
Logo itu adalah tentang Visi 2030 Kerajaan Saudi Arabia. Memang di logo itu tidak disebutkan apa saja visinya, tapi setidaknya dengan maraknya logo tentang visi tersebut, akan memancing orang untuk tahu apa yang akan dicapai pada tahun 2030. Saya kira ini juga menjadi upaya untuk membentuk mimpi bersama, dan untuk mendapatkan dukungan serta sokongan dari masyarakat. Bisa jadi, ini juga menjadi cara untuk menyiapkan warga Arab Saudi dalam menyongsong visi besar tersebut.
Apa yang dilakukan Arab Saudi ini mengingatkan saya pada pentingnya menyampaikan visi secara konsisten dan visual. Logo bukan sekadar gambar—ia merupakan simbol yang dapat membangkitkan rasa ingin tahu, menyatukan semangat, dan memperkuat arah tujuan bersama. Di ruang-ruang publik, kehadiran logo itu berfungsi sebagai pengingat yang terus-menerus kepada rakyatnya bahwa mereka adalah bagian dari perjalanan besar menuju masa depan yang telah dirancang.
Nah, berkaca dari apa yang dilakukan oleh Arab Saudi, saya kira negara kita bisa mencontoh pendekatan tersebut. Selama ini, kita sudah lama dan sering mendengar tentang Visi Indonesia Emas 2045. Memang benar, visi itu sering disampaikan melalui media, pidato kenegaraan, dan dokumen perencanaan pembangunan. Namun, saya belum melihat upaya yang lebih masif untuk sosialisasi dan internalisasi visi tersebut—misalnya dalam bentuk pembuatan dan penyebaran logo visi Indonesia Emas yang bisa tampil secara konsisten di berbagai ruang publik.
Atau barangkali karena 2045 masih terasa terlalu jauh, maka yang bisa dilakukan dalam waktu dekat adalah memperjelas visi jangka menengah: lima atau sepuluh tahun ke depan, sebenarnya apa yang ingin kita raih? Dan jika itu bisa dikemas secara visual, komunikatif, dan menyentuh emosi masyarakat, maka upaya sosialisasinya akan jauh lebih efektif.
Saya kira sebuah visi yang terus didengungkan merupakan upaya yang positif untuk membangun narasi bersama dan juga tujuan bersama yang ingin dicapai. Dalam perjalanan sejarah, kita mengetahui bahwa dengan narasi besar yang dipahami dan diyakini bersama, manusia dalam jumlah besar dapat bekerja sama secara luar biasa—melampaui batas geografis, ekonomi, bahkan perbedaan ideologi.