Materi kebersihan

-(Senin, 9 Juni 2025)-

Meski sudah ada petugas kebersihan—baik yang bertugas mengumpulkan sampah maupun membersihkan toilet—tetap saja membuang sampah sembarangan bukanlah perilaku yang baik. Keberadaan petugas kebersihan bukanlah alasan untuk mengabaikan tanggung jawab pribadi terhadap kebersihan lingkungan, terlebih ketika sedang menunaikan ibadah haji, sebuah ibadah yang menuntut kesucian lahir dan batin.

Pemandangan yang cukup memprihatinkan tak jarang terjadi di tengah kerumunan massa di jalan atau di sebuah terowongan, ketika para jamaah berjalan kaki kembali dari Jamarat maupun Masjidil Haram. Di saat-saat seperti itu, muncul pula orang-orang yang merokok di tempat umum. Tindakan ini tidak mencerminkan kepedulian terhadap sesama jamaah. Sebaliknya, hal tersebut memperlihatkan sikap egois, karena tidak sedikit orang yang merasa terganggu oleh asap rokok.

Fenomena ini tentu menjadi keprihatinan tersendiri bagi umat Islam, mengingat dalam ajaran agama, kebersihan merupakan sebagian dari iman. Lebih menyedihkan lagi, tindakan tidak terpuji ini masih kerap dilakukan oleh sebagian jamaah haji asal Indonesia. Ini bukan hanya bertentangan dengan nilai-nilai keislaman, tetapi juga berpotensi mencoreng citra bangsa di mata dunia. Padahal, sebagai tamu di negara lain, kita memiliki kewajiban moral untuk menjaga nama baik Indonesia melalui perilaku yang mencerminkan kesadaran, kesopanan, dan kedisiplinan.

Saya menyadari, hal ini mungkin terasa bertentangan dengan pandangan yang pernah saya tulis sebelumnya tentang pentingnya menerima orang lain tanpa menghakimi. Namun, konteks kali ini berbeda. Di sini, saya membahas perilaku yang jika ditelaah lebih dalam sangat bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad SAW, terutama dalam hal menjaga kebersihan dan kepedulian sosial. Terlebih dalam ibadah haji, kita berbaur dengan jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia. Maka, menciptakan suasana ibadah yang tertib dan bersih merupakan bentuk penghormatan terhadap sesama sekaligus terhadap tempat suci yang kita datangi.

Pada umumnya, para jamaah haji Indonesia terkoordinasi dalam kelompok bimbingan ibadah haji. Setahu saya, sebelum keberangkatan, para jamaah telah dibekali materi dan pelatihan manasik haji yang diselenggarakan oleh Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), serta oleh Kantor Kementerian Agama (Kemenag). Saya sendiri pernah mengikuti bimbingan manasik oleh Kemenag tersebut yang berlangsung selama satu minggu. Namun, melihat kenyataan di lapangan, nampaknya perlu ada evaluasi dan penguatan dalam materi manasik, terutama yang menyangkut adab dan etika selama berada di Tanah Suci. Hal-hal seperti menjaga kebersihan lingkungan, tidak merokok sembarangan, dan menghormati ruang publik perlu mendapat porsi pembahasan yang lebih serius dan praktis.

Saya juga mendengar bahwa mulai tahun depan, pengelolaan haji akan berpindah ke Badan Pengelola Haji yang baru. Dengan adanya perubahan ini, sangat tepat jika materi bimbingan manasik yang diajarkan oleh KBIH dan Kemenag direviu dan diseragamkan, termasuk dengan menambahkan muatan khusus terkait kebersihan dan perilaku islami di Tanah Suci.

Menunaikan ibadah haji bukan hanya soal menyelesaikan rangkaian ritual, tetapi juga tentang memperbaiki diri dan membawa pulang nilai-nilai kebaikan yang bisa ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, momentum manasik haji seyogianya menjadi titik awal untuk menanamkan nilai tanggung jawab sosial, kepedulian terhadap sesama, dan akhlak mulia dalam skala yang lebih luas. Perubahan perilaku dimulai dari kesadaran, dan kesadaran dibentuk melalui pendidikan yang tepat. Menjaga kebersihan bukan hanya sekadar anjuran, tapi perintah agama yang seharusnya menjadi identitas setiap Muslim. 

Selain itu, bagi jamaah pria, dalam prosesi tahalul juga dianjurkan untuk memotong rambut kepala, bahkan menggundulinya. Tindakan ini bukan sekadar simbol fisik semata, tetapi bisa dimaknai sebagai bentuk penyucian diri dan pelepasan dari kebiasaan lama. Ia menjadi penanda dimulainya lembaran baru dalam kehidupan seorang Muslim—yang lebih bersih, lebih rendah hati, dan lebih bermakna secara spiritual.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi