Titik temu
-(Kamis, 12 Juni 2025)-
Beginilah kalau kurang update… Awalnya saya kira istilah WC itu hanya dikenal di Indonesia, digunakan untuk menyebut tempat buang air kecil dan besar. Ternyata, saya keliru. Ketika berada di lingkungan Masjidil Haram, saya melihat tulisan WC terpampang besar-besar. Bahkan, letaknya sangat strategis dan mudah terlihat dari kejauhan.
Yang menarik, sebelum atau sesudah kata WC itu terdapat angka, seperti 1WC, WC3, dan seterusnya. Setelah saya perhatikan, sepertinya ada sembilan titik WC yang tersebar di kawasan Masjidil Haram. Ini membuat saya penasaran: apa sih sebenarnya kepanjangan dari WC? Setelah gugling, ternyata WC adalah singkatan dari Water Closet.
Tanpa disadari, tulisan WC yang besar dan jelas itu ternyata sangat membantu. Selain menjadi petunjuk fasilitas penting, WC juga berfungsi sebagai titik temu atau titik kumpul bagi para jamaah. Di tengah lautan manusia yang memenuhi Masjidil Haram, mencari seseorang bukanlah perkara mudah. Karena itu, WC—misalnya WC 3—bisa dijadikan penanda tempat bertemu setelah sholat fardhu atau jika terpisah dari rombongan, teman, atau pasangan.
WC di Masjidil Haram tak hanya berisi kamar kecil, tapi juga dilengkapi tempat wudhu. Dan di sinilah saya mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang sudah lama saya simpan.
Saya pernah merasa heran ketika berada di daerah Banua. Di sana, tempat wudhu masjid-masjidnya dilengkapi dengan tempat duduk di depan setiap keran air. Ini berbeda dari kampung saya, di mana kami terbiasa wudhu sambil berdiri. Saya sempat bertanya-tanya, apa maksud dari tempat duduk itu? Apakah mereka mengambil air wudhu sambil duduk? Dari mana idenya?
Saya pernah akan mencoba duduk, tapi tempatnya basah, jadi saya batal melanjutkan. Saya tidak benar-benar memahami tujuannya… sampai saya melihat sendiri di WC Masjidil Haram.
Di sana, setiap tempat wudhu memang dilengkapi tempat duduk. Dan fungsinya sangat terasa: ketika mengenakan sepatu, saya bisa duduk dengan nyaman saat melepas atau memakainya kembali. Bahkan, dudukan di samping saya bisa digunakan untuk menaruh barang-barang atau tas. Praktis dan membantu sekali. Dan tempat duduk wudhu itu selalu kering. Kenapa? Karena ada petugas kebersihan yang bekerja 24 jam secara bergantian. Mereka akan mengeringkan setiap tempat duduk yang terkena cipratan air.
Rasanya seperti Tuhan sedang menjawab pertanyaan saya selama ini. Mungkin, warga Banua terinspirasi dari fasilitas wudhu di Masjidil Haram. Mungkin ada jamaah yang pernah berhaji dan kemudian menerapkan ide tersebut di kampung halamannya.
Kenyataannya, ada beberapa teman yang juga menunaikan ibadah haji tahun ini. Di antara mereka, ada yang sebelum keberangkatan ke Tanah Suci cukup sering berkomunikasi dengan saya—sekadar saling bertanya kabar dan berbagi informasi seputar persiapan haji masing-masing.
Pagi itu, selepas sholat Subuh, kami pun bersepakat untuk bertemu. Titik temu yang disepakati: di dekat WC 3. Tempat yang mudah dikenali di tengah padatnya jamaah.
Alhamdulillah, silaturahmi itu akhirnya terlaksana. Kami bisa bertemu, saling menyapa, dan berbagi info meski hanya sejenak. Semoga pertemuan itu membawa keberkahan bagi semuanya.