Kuah kuning
-(Rabu, 30 April 2025)
Ketika berhenti olahraga, pagi mulai beranjak siang. Sinar mentari sudah terasa menyengat. Perut sudah terdengar keroncongan. Selepas jalan kaki 10 km itu, saya arahkan perjalanan menuju tempat sarapan. Yang kali ini akan menjadi sarapan yang terlambat. Tapi ritme tubuh saya sudah menyesuaikan. Karena telah menjadi kebiasaan di setiap akhir pekan.
Minggu lalu saya juga ke tempat ini. Dengan menu masakan yang khas. Ada ikan bakar, pepes dan ikan kuah kuning. Mana ada di dusun saya dulu, masih pagi makan begini?
Artinya, setiap daerah punya budaya masing-masing. Termasuk budaya makan dan masakan. Karena itu, saya bersyukur, otak dan tubuh saya cepat beradaptasi ketika berada di tempat baru. Kuncinya adalah mindset. Sehingga, upaya meningkatkan kompetesi sosial kultural itu mesti ditempuh dengan dimulai dari mindset. Yaitu bagaimana membuat orang itu memiliki pikiran terbuka. Dan juga fleksibel. Yang itu juga akan menjadi modal daya tahan ketika menghadapi tekanan.
Saya menunjuk kepala patin dengan kuah kuning itu. Lalu saya bilang nasi setengah. Sudah sejak lama saya mengurangi nasi. Saya memilih memenuhi piring dengan sayur dan protein. Mendengar nasi setengah, sepertinya ada pengunjung lain yang heran. Yang tentu saja saya tak mungkin melarangnya, untuk merasa heran atau aneh.
Setelah ditanya sayurnya apa, saya menjawab mandai dan 2 bakwan jagung. Sejurus kemudian, tersajilah makanan yang saya pesan itu. Nasi setengah, semangkok kepala patin kuah kuning, tumis mandai, bakwan jagung dan tentu saja sambal. Meski ada sendok, saya memilih langsung menggunakan jari-jari tangan. Untuk makan. Yang tentu saja sudah tersedia kobokan. Lalu saya menyantap makanan itu dengan lahap.
Setiap kali makan, saya berjuang keras untuk mindfullness. Saya ingin benar-benar menikmati momen makan itu. Merasakan rasa makanan itu dengan sungguh. Dan memang saya mesti fokus, saat menikmati kepala patin itu. Jangan sampai ada sisa duri yang ikut ketelan.
Kalau menuruti keinginan, sebenarnya saya selalu ingin nambah. Baik nasi maupun lauknya. Tapi, buru-buru saya ingat target dan komitmen saya. Untuk mempertahankan postur sekarang. Syukur-syukur bisa dikurangi lagi. Setidaknya 2-3 kg lagi, saya akan mencapai bobot ideal.
Pun saya ingat pesan Nabi. Berhenti makan sebelum kenyang. Itu bukan hal yang mudah. Tapi perlu diterapkan. Karena itulah kunci kesehatan.