Kebugaran
-(Rabu, 23 April 2025)-
Kemarin saya ikut tes kebugaran. Tidak ada yang mewajibkan. Tapi saya penasaran. Seberapa bugar diri saya.
Saya kecelek. Tadinya saya mengira saya akan menjadi orang pertama yang hadir. Karena ontime. Ternyata, saya keliru. Sudah banyak orang yang hadir. Dan memang harusnya begitu. Hadir lebih awal dari waktu pelaksanaan. Dalam banyak hal kita bisa mengukur kinerja pihak tertentu dari kedisplinannya menghadiri acara. Apakah hadir lebih awal, atau telat. Satu kali barangkali masih belum bisa kita simpulkan. Tapi kalau lebih dari 3 kali, silakan anda bisa ambil kesimpulan.
Satu kali saya menghadiri acara. Ternyata pimpinan daerah sudah hadir lebih awal. Saya kira ini sangat bagus untuk memberikan contoh. Saya dengar juga, kepala daerah itu suka datang lebih cepat. Sehingga pejabat yang lain akhirnya malu, dan menjadi lebih disiplin.
Saya kira, soal kedisiplinan waktu ini mesti menjadi perhatian dan ditegakkan. Dan itu dimulai dari atas, dengan contoh nyata. Tak ada yang salah jika pimpinan hadir duluan. Tak akan menurunkan jabatan dan derajatnya. Justru itu menjadi teladan yang bagus.
Dan saya perhatikan alur tes kebugaran itu. Dimulai dari mengambil berkas ceklis setelah antri dan dipanggil nomor antriannya. Orang menyerahkan KTP kepada petugas. Berdasarkan KTP, petugas mencatatkan nama dan identitas lainnya dalam berkas ceklis itu. Lalu bergeser ke meja sebelahnya. Tiba giliranya akan ditanya-tanya, tentang sakit, minum obat, kebiasaan, dll. Kemudian bergeser ke cek tensi darah. Lalu, diukur tinggi badan, berat badan dan lingkar perut.
Setelah itu, diambil setetes darah untuk cek gula darah. Lantas, akan diarahkan ke dokter untuk konsultasi atas seluruh hasil pemeriksaan tadi.
Dokter bilang. Lingkar perut masih over. Padahal saya sudah berjuang keras. Kata saya. Ya sudahlah perjuangan masih harus diteruskan.
Dokter kemudian mengarahkan ke meja lain. Saya bergegas ke meja itu, dan diberi nomor dada. Saya diminta lari 4 putaran mengelilingi lapangan di depan pendopo itu. Begitu salah satu pengarahan yang disampaikan ketika semua peserta berkumpul untuk pemanasan lebih dulu.
Selesai pemanasan, larilah rombongan saya. Karena tak paham apa muaranya, saya pun santai larinya. Kalau diukur, kira-kira pace 9-10. Sangat keong. Satu putaran berhasil. Ada petugas yang mencatat dan memberikan arahan. Putaran kedua aman. Selesai putaran ketiga, petugas bilang: sisa satu putaran lagi. Di saat akhir beginilah biasanya saya lebih semangat. Saya berhasil selesaikan lari itu dengan kecepatan konstan.
Catatan waktu lari saya, kemudian dicatat dalam satu lembar kertas berjudul kartu menuju bugar. Selain berisi tips latihan, disana juga tertilis isian hasil tes. Ada pula tabel kategori tinggkat kebugaran jantung-paru, sesuai jenis kelamin dan kelompok umur. Yang kesimpulannya adalah kebugaran saya masuk kategori cukup.
Aduh. Batin saya. Jika tahu begini, saya tadi akan lari lebih kencang.
Ya sudahlah, gapapa. Ini tentu menjadi pengalaman berharga. Bagi saya. Yang ternyata ada ilmu baru yang saya jadi tahu. Untungnya lembar kertas hasil tes itu, diserahkan ke saya untuk saya miliki. Dengan tabel infornasi yang ada disana, saya berniat akan mengulang lagi. Lari di depan pendopo itu. 4 kali putaran. Dengan lebih kencang. Agar hasilnya meningkat menjadi kategori baik. Syukur-syukur baik sekali. Sudah tentu tanpa memaksakan diri. Karena sesungguhnya olah raga yang baik adalah olah raga rekreasi. Bukan kompetisi. Untuk seusia saya. Apalagi diatas saya. Begitu kata dokter. Yang saya tonton di YT.
Begitulah. Sebuah upaya preventif dan edukasi yang menarik. Yang dilakukan unit terkait. Pun menunjukkan kepedulian pemerintah pada masyarakat. Agar tetap sehat.