Sangu halal bihalal

-(Senin, 7 April 2025)-

Kemarin mereka unboxing. Atas semua angpau lebaran. Di dusun saya namanya sangu. Di daerah Solo sekitar disebut fitrah. Mereka sengaja menunggu seluruh agenda anjangsana itu selesai. Hasilnya: perolehan sang adik lebih banyak dari sang kakak. Kira-kira dua kalinya. 

Artinya: usia anak berbanding terbalik dengan nilai sangu lebaran. Mengapa demikian? Atas dasar apa orang-orang lebih memilih memberi angpao kepada anak kecil daripada anak yang sudah besar. Padahal dari segi kebutuhan, anak besar punya kebutuhan lebih banyak. 

Tentu saja, itu keresahaan dan pertanyaan yang tidak serius. Semi bercanda. Yang semata-mata, karena alasan rasa ingin tahu. Dalam ilmu sosiologi barangkali menarik untuk dijadikan bahan penelitian. Apakah itu karena kesadaran orang-orang ataukah hanya sekedar meneruskan tradisi. Artinya dari dulu memang sudah begitu. Anak yang sudah besar tak lagi mendapat fitrah. Karena dianggap dia akan malu dikasih sangu. 

Dalam beberapa kasus, memang ada yang malu. Ketika mau kasih angpao ke ponakan, dia bilang: sudah bekerja, dan menolak angpao itu. 

Tapi, saya tetap curiga, sebenarnya orang-orang itu hanya mewarisi tradisi, yang mungkin belum tahu sejarah asal muasalnya fitrah atau sangu lebaran. Seperti saya. Pun saya juga belum tahu asal muasal istilah minal aidin wal faizin dan halal bihalal. Karena keduanya tak ditemukan dalam Qur'an, Hadits dan bahkan di Arab sendiri tak ada tradisi itu. 

Kenyataannya ada dua acara halal bihalal yang saya ikuti, yang mengundang penceramah dari luar keluarga. 

Selama acara saya berusaha keras untuk tidak main HP. Apalagi saat ceramah. Jadi saya paham isi dua ceramah di dua acara halal bihalal yang berbeda itu. 

Saya agak kecewa dengan isi ceramah pada halal bihalal yang pertama. Kenapa malah lebih banyak membahas soal yang sangat patriarki. Apa karena yang hadir lebih banyak kaum hawa. Yang saya kira anda bisa menebak isinya. Yang karenanya saya tak mau mengulasnya. 

Saya lebih suka dengan isi ceramah pada halal bihalal kedua. Yang saya merasa ada tambahan wawasan atas isi ceramahnya. Berikut diantaranya. 

Bahkan kebaikan pun juga menimbulkan masalah bagi pihak lain, apalagi keburukan. Contohnya: sekolah madrasah ibtidaiyah yang berkembang pesat merupakan hal yang baik. Bagi guru-guru, wali murid, siswa dan masyarakat. Tapi meski baik, hal ini juga mendatangkan masalah bagi SD di sekitarnya yang akhirnya kekurangan murid. Penceramah itu memberi contoh lagi. Bahwa ia bisa hadir di acara halal bihalal dan bisa berceramah merupakan hal yang baik bagi dirinya, bagi hadirin. Tapi ini tetap menjadi masalah karena ia harus mempersingkat ceramahnya di tempat sebelumnya. Yang ternyata dikeluhkan oleh panitia di tempat sebelumnya. Kurang lama, katanya. 

Saya pikir ini ada benarnya. Sesuatu kebaikan tetap saja menimbulkan masalah bagi pihak lain. Saya kira anda bisa memberikan contoh yang lain. Seperti kebijakan atau program pemerintah. Yang dirancang untuk memberikan kebaikan bagi rakyat, tetap saja ada pihak yang merasa itu telah menimbulkan masalah. 

Contoh yang lebih nyata lagi adalah soal tarif barang masuk ke negara itu. Yang sedang heboh itu. Tentu, bagi pemerintah dan rakyat negara itu dianggap baik. Tapi, tidak baik bagi negara lain. Bahkan memunculkan masalah. 

Pun dalam contoh yang lebih kongkret lagi. Ketika anda dipindah dari kalimantan ke jawa, yang merupakan kampung halaman, tentu keputusan itu baik bagi anda, bagi keluarga, bagi organisasi dan mungkin juga baik bagi masyarakat. Tapi itu menjadi masalah bagi orang yang anda gantikan. Karena ia harus keluar jawa. 

Kadang ada yang lebih parah. Ketika seseorang menerima anugerah, yang itu baik bagi orang itu dan keluarganya, ada saja orang lain -tanpa alasan apapun- menjadi tidak suka, benci bahkan meriang. 

Begitulah. Acapkali kebahagiaan pada pihak tertentu, justru menjadi penderitaan bagi pihak lainnya. Itulah pentingnya saling memaafkan melalui halal bihalal.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi