Stroberi ekonomi
-(Kamis, 10 April 2025)-
Hari Sabtu lalu kami menempuh perjalanan. Melalui Sarangan, Cemoro Sewu dan Tawangmangu. Sejak sebelum Sarangan kendaraan sudah ramai, tapi lancar. Tidak ada kemacetan berarti. Di beberapa spot, saya lihat banyak orang beristirahat, sambil menikmati suasana. Atau mungkin tempat itu tujuannya.
Kami baru berhenti setiba di Cemoro Sewu. Satu tempat yang beberapa kali kami kunjungi dan menyimpan kenangan. Betapa dulu, saya diajak kesini tanpa persiapan baju hangat. Yang kemudian diajak mendaki sampai ke puncak tertinggi Gunung Lawu. Sebuah pengalaman pertama menjadi pendaki gunung.
Kami langsung tahu harus berhenti dan parkir dimana.
Selepas sholat dhuhur di masjid itu, kami jalan-jalan di kebun stroberi, sambil menikmati pemandangan dan jagung rebus. Tentu, foto-foto adalah hal yang mesti dilakukan.
Saya amati tanaman stroberi itu. Yang ternyata ditanam di media karung yang dijejer dan ditata rapi. Bagi pengunjung yang ingin beli stroberi, dipersilakan untuk memetik sendiri. Ini tentu menjadi pengalaman menarik bagi orang-orang kota yang berlibur kesini.
Meskipun tengah hari, tapi tak terasa panas. Malah tadi waktu ambil wudhu, rasanya seperti menyiram air es ke muka. Sesekali terlihat seperti kabut yang turun perlahan, lalu pergi.
Setelah puas menikmati suasana Cemoro Sewu, kami melanjutkan perjalanan untuk menuju Tawangmangu, dan nanti akan terus ke arah Karanganyar, sampai menemukan rumah makan yang menjadi tujuan kami.
Ketika melewati Cemoro Kandang, terlihat ramai sekali. Lebih ramai daripada Cemoro Sewu. Setelah melewati tempat wisata itu, kami memilih menempuh jalan lama, yaitu Gondosuli. Dengan jalanan yang lebih curam. Tapi sepi kendaraan dan memang itu yang kami harapkan. Agar tak bertemu macet di jalur baru itu.
Kenyataannya, kami tetap bertemu kemacetan setelah pertigaan itu. Kendaraan merambat pelan-pelan. Rem saya injak dalam-dalam. Karena jalanan menurun tajam. Setelah melewati terminal itu, perjalanan kami relatif lebih lancar. Kami sempat berhenti sebentar di terminal itu, untuk mendinginkan mesin dan rem. Sekalian memberikan kesempatan mereka untuk membeli cemilan.
Lalu, tibalah kami di tempat tujuan. Sebuah rumah makan dengan sajian menu dusun khas jawa. Yang ternyata juga ramai dengan pengunjung.
Begitulah. Di hari kesekian lebaran itu, saya masih melihat banyak keramaian sepanjang perjalanan, termasuk di warung-warung dan resto. Saya merasa senang. Itu menandakan kegiatan ekonomi dan perputaran uang terus berjalan. Yang ini juga berarti kondisi ekonomi masih tetap terjaga.
Apalagi setelah menyaksikan acara simposium ekonomi bersama presiden itu. Yang ternyata indikator-indikator ekonomi yang disampaikan oleh para pembicara, menunjukkan kondisi ekonomi yang masih terjaga. Sepanjang menonton acara itu sampai selesai, saya merasakan aura yang sangat postif dan rasa optimisme akan kondisi ekonomi. Saya meyakini acara itu mampu mengembalikan kepercayaan para pelaku ekonomi dan investor. Pun menjadi pilihan strategi komunikasi yang sangat cerdas.
Bagaimanapun kehadiran presiden dan kebersamaan selama sekitar 4 jam itu, memberikan sinyal positif dan menjadi teladan bagi para pemimpin, terutama kepala daerah. Ada saatnya untuk duduk bersama, sejenak mendengarkan usulan, aspirasi dan gagasan cerdas dari semua pihak.
Kini, saatnya untuk memperkuat sinergi dan kolaborasi. Barangkali untuk beberapa waktu, tinggalkan dulu kompetisi.