Kuadran dua
-(Sabtu, 26 April 2025)-
Ini yang bikin saya GR. Bagaimana tidak? Hujan itu turun setelah saya tiba di rumah. Begini kisahnya.
Ketika terdengar azan ashar, langit sudah mendung. Awan menghitam. Saya agak ragu. Apakah berangkat sholat ashar di masjid atau di rumah. Saya putuskan berangkat ke masjid. Dengan harapan tidak turun hujan sampai dengan saya balik lagi ke rumah.
Sholat jamaah di masjid itu memang sangat tumakninah. Untuk sholat dhuhur dan ashar saya merasa cocok di masjid itu. Dengan imam itu. Dalam setiap gerakan sholat, bacaan saya bisa selesai, sebelum imam berpindah ke gerakan berikutnya.
Barangkali kita pernah mengalami. Ketika kita sholat, imam terlalu cepat pindah ke gerakan berikutnya, padahal kita belum selesai dengan bacaan kita. Meski sebagai makmum, tapi batin kita merasa tidak nyaman, karena harus buru-buru dengan bacaan sholat kita.
Selesai salam, saya tak berlama-lama membaca wirid dan doa. Saya bergegas pulang. Kira-kira 10 menit kemudian terdengar suara hujan turun. Di saat itulah saya merasa GR. Merasa disayang Tuhan.
Dalam buku yang ditulis Steven R. Covey, yang berjudul Seven Habits, disebutkan bahwa meditasi, berdoa, termasuk sembahyang ashar itu adalah aktivitas yang tergolong dalam kuadran 2. Yaitu tidak mendesak, tapi penting. Ini adalah kuadran yang harusnya setiap orang bisa melakukan karena akan bermanfaat bagi hidupnya. Contoh aktivitas kuadran 2 yang lain adalah olahraga dan juga melakukan refleksi. Bagi setiap orang kegiatan ini memang tidak mendesak untuk dilakukan. Yang kadang mereka belum menyadari jika aktivitas itu penting. Yang karena tidak mendesak, sebagian orang bersikap santai dan menunda-nunda, bahkan bermalas-malasan. Padahal penting dalam kehidupannya.
Covey membagi kuadran itu menjadi 4. Kalau tadi kuadran 2, maka ada kuadran 1: mendesak dan penting; kuadran 3: mendesak, tapi tidak penting; dan kuadran 4: tidak mendesak dan tidak penting.
Yang kuadran terakhir ini, nampaknya yang justru sering menyita perhatian banyak orang. Bagaimana kita disuguhi isu atau kabar yang tak penting lagi untuk dipersoalkan.
Tapi, tampaknya justru inilah yang paling kompatibel dengan otak manusia. Buktinya isu, gosip, hal tak berguna, justru yang diminati banyak orang.
Padahal kunci kehidupan yang efektif adalah menghabiskan lebih banyak waktu di kuadran 2. Yang sebagian orang belum menyadarinya.
Bagaimana dengan anda?