Teknokratis

-(Kamis, 24 April 2025)-

Dalam diskusi itu, tiba-tiba melintas pikiran baru di kepala saya. Yang kemudian saya sampaikan pikiran itu. Yang jika saya tulis kira-kira seperti ini. 

Bayangkan ketika ada orang sakit di RS. Ia harus ditolong dengan satu alkes, tapi tak ada. RS belum punya. Akhirnya meninggal dunia. Padahal alat itu harusnya sudah bisa dibeli dengan anggaran yang sudah tersedia sejak awal tahun. Tapi gara-gara telat eksekusi, akhirnya ada "momen bermanfaat" yang terlewat. Atau dibalik begini. 

Ada beberapa pasien di RS daerah. Yang mesti ditolong dengan satu alkes. Untunglah alkes itu sudah berhasil dibeli. Sehingga dapat digunakan dan berhasil menolong pasien. Artinya, kecepatan proses pengadaannya telah membawa manfaat. Tertolongnya para pasien. 

Tentu hal tersebut adalah teknik persuasif saya untuk bagaimana mendorong percepatan. Dengan memberikan imajinasi, kejadian yang bisa saja terjadi. Narasi atau fiksi itu saya sampaikan, agar memudahkan pemahaman betapa pentingnya akselerasi kegiatan yang menghasilkan output. Yang dapat segera memberikan manfaat bagi masyarakat. Semakin lama output itu diwujudkan, semakin banyak pula "momen manfaat" yang terlewat. 

Cara persuasif lain yang lebih teknokratis adalah dengan menyampaikan data. Yang dapat divisualisasikan menjadi suatu perkembangan atau perbandingan. Ini yang selalu kami sajikan ketika berbicara dengan pihak-pihak yang ingin kami dorong kinerjanya. 

Kenyataannya, selalu saja ada tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan atau proyek. Ini yang mereka sampaikan kepada kami. Soal juknis. Nampaknya terus berulang setiap tahun. Saya berusaha mengkonfirmasi. Saya khawatir jika ternyata cuman salah paham. Jangan sampai pusat merasa sudah kasih petunjuk, tapi daerah merasa belum. 

Dan jawabannya adalah memang belum ada petunjuk. Untuk bidang itu. Rincian apa saja yang harus dibeli, spek-nya bagaimana, ini yang katanya mereka tunggu. 

Mengapa sangat lama? Inilah yang juga menjadi pertanyaan. Atau mestinya paradigmanya yang perlu diubah. Dalam beberapa hal yang lebih kecil, alangkah baiknya jika itu diserahkan saja pada unit daerah. Yang mungkin lebih paham atas apa yang dibutuhkan. Termasuk menyesuaikan dengan kondisi di setiap daerah. 

Begitulah. Nampaknya langkah mendorong percepatan yang kami tempuh mesti lebih teknokratis. Dengan lebih banyak data, peta pikiran dan pohon masalah. Sehingga solusi yang ditawarkan lebih komprehensif.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi