Sate gule

-(Kamis, 3 April 2025)-

Saya masih ingat momen itu. Saat pertama kali makan sate solo. Merasa aneh. Makan sate kok garingan. Nasi, sate, lalapan: kubis, bawang merah, tomat. 

Makan sate model begitu tak ada di daerah saya. Adanya sate gule. Nasi disiram kuah gule dan jeroan. Ada sambel kacang dan irisan daun jeruk purut. Ditambah beberapa tusuk sate. Yang bisa juga ditaruh di piring tersendiri. Dari deskripsi ini anda sudah bisa membayangkan perbedaannya dengan sate solo. Yang tentu ada persamaannya: sama-sama dari daging kambing. 

Sate gule adalah salah satu kuliner yang selalu menggoda untuk kami nikmati setiap pulang kampung. Ada warung sate gule yang sudah lejen, yang sudah berdiri sejak tahun 1970. Begitu klaim yang tertulis di banner warung itu. Sudah barang tentu itu bukan perkara mudah. Karena siapa yang kuat berdiri selama itu?

Saya tahu warung itu sejak kecil dulu. Sebelumnya berada di dalam pasar. Entah kenapa, kemudian pindah ke luar pasar. 

Dulu, beberapa kali diajak makan di warung sate gule itu. Saya senang sekali. Karena rasanya yang lezat. Yang kenangan makan di warung itu melekat di memori. 

Ada juga warung sate gule di dekat puskesmas. Lokasinya berlawanan arah dengan warung yang pertama tadi. Jika didasarkan pada posisi rumah kami. Yang pertama ke arah kiri, yang kedua sebaliknya, ke kanan. 

Biasanya makan sate gule di dekat puskesmas itu ketika habis periksa di puskesmas. Alias, makan sate gule menunggu saat sakit. Yang nafsu makan menjadi berkurang. Mungkin pertimbangan ortu dulu, biar makannya tetap lahap dan banyak, sehingga lekas sehat. Artinya, sate gule dianggap sebagai puncak makanan dengan kenikmatan tertinggi. Waktu itu. 

Begitulah. Pada sebagian orang, pengalaman kuliner masa kecil telah menjadi kenangan yang terus melekat. Akan masa lalu. Yang menyimpan makna begitu dalam. 

Kelak, kenangan itu akan mempengaruhi pilihan atau keputusan. Ketika memilih tempat makan. Meski sudah banyak aneka macam kuliner yang mungkin lebih enak, tapi ada rasa yang lebih dari itu. Yaitu rasa yang membawa kembali ingatan dan emosi yang pernah kita alami.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi