Sate-manco

-(Rabu, 9 April 2025)-

Satu hari itu saya masuk dua kampung yang unik. Pertama, kampung sate ayam. Di kota sebelah. Di kampung  itu ada rumah makan sate ayam terkenal. Ketika kami tiba disana, sudah ramai pengunjung.

Meski sudah "berjuang" sampai ke tempat itu, tapi berakhir kecewa.

Kami gagal makan sate disitu. Karena sudah habis. Lalu, kami  pindah ke tempat lain. Di tengah kota, yang dekat persimpangan itu. Yang juga banyak kios sate ayam. Kami memesan di dua tempat. Anak muda dan orang tua. Agar bisa membandingkan rasanya. Meski sebenarnya sama-sama enak, anda bisa tebak mana yang lebih enak.

Setelah puas makan sate, kami memutuskan untuk pulang. Di tengah jalan, timbul rencana membeli oleh-oleh khas. Maka, datanglah kami ke kampung kedua. Kampung manco. Yang masih satu kecamatan dengan kampung saya.

Manco. Itu nama kue atau panganan yang akan kami beli. Meski relatif dekat, tapi baru kali itu saya datang langsung ke kampung ini. 

Sudah lama saya penasaran dengan proses pembuatan manco itu. Yang dipercaya hanya bisa dibuat di kampung ini. 

Selama ini saya bertanya-tanya, bagaimana kue kering itu bisa menggelembung. Ada rongganya. Dimana kalo kita gigit, akan terlihat bolong. 

Biasanya ada 3 pilihan toping manco. Wijen, kacang dan beras. Perekatnya adalah gula merah. 

Karena penasaran, yang sebelumnya saya menunggu di luar, akhirnya saya ikut masuk ke dalam rumah. Saya lihat ada jemuran krecek berbentuk segitiga. Lalu saya wawancarai pembuat kue manco itu. Ternyata bahan untuk krecek manco adalah tepung ketan. Setelah kering, krecek digoreng. Saat digoreng itu krecek berubah menjadi kerupuk manco yang menggelembung alias berongga. Sepertinya itu bagian tersulit. Yaitu membuat kerupuk bisa menggelembung, yang tengahnya benar-benar kosong seperti balon. Kalau untuk mengoleskan gula dan menaburi wijen atau kacang, itu hal yang mudah. 

Saya bertanya, apakah benar manco hanya bisa dibuat di kampung ini. Dengan yakin ibu itu menjawab. Bahwa itu benar. Karena sudah diwarisi sejak nenek moyang dulu. Pernah ada orang di kampung itu yang merantau ke Jakarta dan berniat untuk membuat manco disana. Ternyata gagal. Akhirnya ganti usaha lainnya. 

Tentu saya tidak berusaha mengklarifikasi lebih lanjut. Hal itu sudah lama saya dengar sejak kecil. Kenyataannya, di kecamatan kami hanya di desa itu yang bisa membuat manco.

Barangkali itu cara orang-orang dulu agar manco tetap menjadi kue unik yang hanya diproduksi di kampung itu. Dan menjadi ciri khas. 

Begitulah. Bagaimanapun keunikan atau ciri khas bisa menjadi daya tarik. Yang barangkali ini bisa menjadi resep untuk menang di kontestasi lima tahunan.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi