Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2025

Titip doa

-(Minggu, 1 Juni 2025)- Pada saat berada di Masjidil Haram, saya menemukan dua pengalaman menarik yang berkaitan dengan seseorang yang sedang berdoa. Di tangannya terdapat sebuah buku dan tulisan. Saya sempat sepintas melihat isi tulisan tersebut, dan ternyata berisi doa-doa. Dari teks yang saya tangkap, dugaan saya adalah itu merupakan doa-doa titipan dari orang-orang terdekat, sanak kerabat, atau mungkin teman-temannya. Artinya, jika saya boleh menduga, buku yang dipegang itu adalah catatan titipan doa. Dari bahasa yang sempat saya baca, sepertinya itu menggunakan bahasa Melayu. Barangkali jamaah ini berasal dari Malaysia. Titip doa adalah hal yang sering dilakukan oleh masyarakat kita, manakala ada seseorang yang berangkat haji. Hanya saja, kadang pesan titip doa itu disampaikan secara lisan pada saat bertemu. Doa yang dititipkan biasanya adalah agar nanti bisa segera dipanggil untuk datang ke Baitullah. “Tolong nanti, nama saya dipanggil ya,” kira-kira begitu isi pesannya. Padahal,...

Salat Jumat

-(Sabtu, 31 Mei 2025)- Jumat kemarin, kami keluar dari hotel sekitar pukul 07.00 lebih. Saat itu, tidak ada lagi bus layanan jamaah yang beroperasi menuju Masjidil Haram. Sebenarnya, kami sudah mengetahui adanya pengumuman bahwa setiap hari Jumat, layanan bus berhenti beroperasi mulai pukul 07.00 dan akan kembali aktif pada pukul 14.00. Saya melihat banyak jamaah yang memilih berjalan kaki menuju masjid. Kami sendiri memutuskan untuk naik taksi dengan tarif 10 riyal. Taksi hanya bisa mengantar sampai ke bawah jembatan layang, kira-kira 500 meter dari pelataran Masjidil Haram. Artinya, kami tetap harus berjalan kaki menuju masjid. Dan begitulah kenyataannya. Karena begitu luasnya kawasan masjid, setiap jamaah dituntut untuk memiliki kaki yang kuat dan terbiasa berjalan jauh. Memang ada layanan kursi roda, namun tentu saja berbayar. Kami sepakat untuk masuk gedung baru Masjidil Haram yang megah itu. Hampir seluruh dinding dan lantainya berlapiskan marmer. Bahkan rak Al-Qur’an pun terbuat...

Tawaf

-(Jumat, 30 Mei 2025)- Bahwa tidak ada jamaah yang memiliki niat buruk selama melakukan tawaf—misalnya, dengan sengaja ingin memisahkan rombongan hingga tercerai-berai. Semua peristiwa itu terjadi secara alami, sebagai bagian dari dinamika tawaf itu sendiri. Yang saya maksud tentu adalah tawaf di pelataran Ka’bah. Di sana, setiap orang memiliki dorongan kuat untuk mendekati dinding Ka’bah. Selain itu, setiap individu atau rombongan memulai tawaf pada waktu yang berbeda-beda, sehingga waktu mereka menyelesaikannya pun tidak bersamaan. Kondisi ini menciptakan ketegangan-ketegangan tersendiri. Ketegangan muncul ketika semua orang berusaha mendekat ke Ka’bah pada saat yang sama. Ketegangan juga muncul saat satu kelompok selesai melakukan tawaf, sementara mereka masih berada di tengah kerumunan dan ingin keluar, padahal kelompok lain masih terus melanjutkan putaran mereka. Situasi ini paling sering terjadi di area setelah Hajar Aswad—sebagai titik awal dan akhir tawaf. Di titik inilah kadan...

Gelang karet

-(Kamis, 29 Mei 2025)- Mengandalkan ingatan dalam menghitung jumlah putaran saat tawaf atau sa’i adalah hal yang tidak disarankan. Terlebih lagi bagi yang sudah berusia senior—seperti saya. Karenanya, saya menggunakan alat bantu sederhana: gelang karet. Jumlahnya tujuh, sesuai dengan jumlah putaran tawaf. Semuanya saya kenakan di tangan kiri. Setiap kali selesai satu putaran, saya pindahkan satu gelang ke tangan kanan. Begitu seterusnya. Ada juga jamaah yang menggunakan tasbih tawaf, yaitu tasbih dengan tujuh butir. Atau, ada pula yang memakai alat hitung digital. Ketiganya saya bawa, tapi saya pribadi lebih memilih gelang karet—praktis dan mudah dipantau. Saya telah beberapa kali melaksanakan tawaf di pelataran (kita sebut saja lantai dasar) kemudian satu kali di lantai 1, dan satu kali lagi di lantai 2 atau rooftop. Masing-masing lantai memiliki tantangannya sendiri. Dan saya kira, bagi Anda yang berkesempatan untuk umrah, tidak ada salahnya mencoba semuanya—demikian pula dengan sa’i...

Pasar kaget

-(Rabu, 28 Mei 2025)- Ada gula ada semut. Peribahasa lama yang mengisyaratkan bahwa di mana ada sesuatu yang menarik, maka akan menarik pula orang-orang untuk datang. Ini barangkali juga bisa diartikan bahwa sesuatu yang berpotensi mendatangkan rezeki, maka orang juga akan berdatangan. Saya agak muter-muter, hanya untuk bilang bahwa kerumunan massa itu bisa membawa rezeki bagi pelaku UMKM. Begitu juga di sini. Sepertinya, setiap pagi di beberapa titik sepanjang trotoar depan hotel itu, ada semacam pasar kaget yang menjajakan beragam makanan Indonesia, juga pakaian serta pernak-pernik lainnya. Ini bisa menjadi sarana untuk memenuhi kerinduan para jemaah akan makanan atau camilan khas Indonesia. Saya lihat ada yang berjualan: pakaian, kopiah, gorengan seperti bakwan, telur, kerupuk, donat, kentang, buah (seperti pisang, apel, pir), bakso, dan juga pernak-pernik oleh-oleh seperti cincin akik, dan aksesoris lainnya. Sebenarnya, makanan yang diberikan oleh penyelenggara haji adalah masakan ...

Jelajah sudut

-(Selasa, 27 Mei 2025)- Sebab mengantar seorang ibu yang terlepas dari rombongannya itu, telah memunculkan gagasan baru: mengeksplorasi kota ini melalui city tour—yang insyaAllah aman dan gratis. Caranya, kami naik bus layanan jamaah dari setiap terminal yang berada di dekat pintu-pintu Masjidil Haram. Sesampainya di titik akhir, kami tetap berada di dalam bus itu untuk kembali lagi ke Masjidil Haram. Atau, jika diperlukan, diarahkan oleh pengemudi bus untuk naik ke bus di depannya dengan nomor yang sama yang sudah siap berangkat. Setidaknya, saya bisa memperoleh gambaran yang lebih utuh tentang kota ini. Saya bisa melihat topografi kota yang memang terdiri dari bukit-bukit atau gunung-gunung batu—yang benar-benar batu. Saya juga bisa melihat rumah-rumah penduduk yang berbentuk kotak-kotak tanpa genteng, barangkali karena suhu udara siang hari yang panas. Hampir semua bangunan dilengkapi dengan AC. Sepanjang perjalanan, saya melihat begitu banyak hotel di sepanjang jalan dari ketiga te...

Pergaulan global

-(Senin, 26 Mei 2025)- Setiap manusia memulai perjalanannya dalam bergaul dari lingkup yang paling kecil: keluarga inti. Dari situ, ruang pergaulan meluas secara bertahap. Pertama-tama dengan tetangga dan sanak saudara, kemudian berkembang saat seseorang memasuki dunia sekolah dasar, di mana ia mulai berinteraksi dengan teman-teman dari dusun atau desa yang berbeda, bahkan dari kecamatan lain. Ketika memasuki jenjang SMP dan SMA, jangkauan pergaulan semakin luas, mencakup antar kecamatan dan wilayah yang lebih besar. Puncaknya terjadi saat seseorang melanjutkan ke perguruan tinggi. Di fase ini, ia akan bertemu dengan teman-teman dari berbagai daerah: lintas kabupaten, provinsi, bahkan pulau. Dunia kerja melanjutkan proses ini, mempertemukannya dengan rekan dari berbagai penjuru tanah air, sehingga pergaulannya telah menjangkau level nasional. Semakin luas cakupan pergaulan, semakin terbuka pula wawasan seseorang. Ia tidak lagi melihat dunia hanya dari sudut pandang lokal, melainkan mul...

Apakah kebetulan?

-(Minggu, 25 Mei 2025)- Menjelang hari keberangkatan ke Tanah Suci, saya tergerak untuk menghubungi seorang teman Kemenag yang saya kenal ketika mengikuti manasik haji di tempat tugas itu. Tujuan saya sederhana: meminta nomor WA salah satu jamaah yang pernah ikut manasik bersama. Setelah mendapatkan nomor yang dimaksud, saya pun menghubunginya. Dalam percakapan WA singkat itu, ia menyampaikan bahwa ia menginap di hotel nomor sekian—sebuah sistem penomoran yang rupanya digunakan oleh pihak penyelenggara haji untuk mempermudah identifikasi hotel, menggantikan nama-nama hotel yang mungkin asing dan sulit diingat. Pagi itu, usai salat Subuh di pelataran Ka’bah, saya kembali bertemu istri dan bergerak ke tempat air zamzam. Ketika saya kembali dari mengambil air zamzam, saya melihat istri sudah bersama seorang perempuan berumur yang tampak kebingungan. Rupanya, ia terpisah dari suaminya dan rombongan saat melaksanakan tawaf, dan sayangnya ia tidak membawa telepon genggam. Beruntung, di bagia...

Satu kerinduan

-(Sabtu, 24 Mei 2025)- Pagi itu, sebelum waktu Subuh tiba, kami berangkat menuju Masjidil Haram. Dari depan hotel tempat kami menginap, kami menaiki bus yang beroperasi nyaris 24 jam untuk antar jemput jamaah. Gratis. Ada nomor Bus yang perlu kita hafalkan dan terminal mana ia berhenti. Dari terminal itu, jamaah akan berjalan kaki kurang lebih 1 km untuk menuju pintu Masjidil Haram.  Rupanya, bukan hanya kami yang memiliki niat untuk berangkat lebih awal; banyak jemaah lain yang juga ingin meraih keutamaan sholat Subuh di Masjidil Haram. Tak butuh waktu lama, bus pun segera terisi penuh dan meluncur menuju terminal yang dekat dengan salah satu pintu masuk Masjidil Haram. Yaitu yang dekat dengan Clock Tower itu. Yang ada Jam besar itu.  Jika hari pertama itu kami beribadah di pelataran Ka'bah, kali ini kami ingin mencoba pengalaman baru: melaksanakan sholat di lantai dua. Sesampainya di area masjid, kami mengikuti arus jemaah yang terus bergerak menuju tempat sholat. Pemandang...

Modernitas suci

-(Jumat, 23 Mei 2025)- Malam itu, kami menempuh perjalanan dari Jeddah menuju Mekkah melewati jalan raya—mungkin jalan tol. Dalam perjalanan, saya mengamati berbagai pemandangan yang menarik perhatian. Pada beberapa lokasi di sisi kanan dan kiri jalan, tampak deretan fasilitas modern seperti pusat kebugaran (gym dan fitness), Dunkin dan coffee shop lainnya, gerai makanan cepat saji seperti KFC dan Kudu, hingga tempat perawatan tubuh seperti massage & spa, serta barber shop. Tak ketinggalan pula dealer mobil seperti Toyota. Nama-nama dan jenis tempat tersebut jelas menggambarkan simbol modernitas dan gaya hidup kontemporer. Kehadiran fasilitas ini tidak bisa dilepaskan dari Mekkah sebagai kota suci yang dikunjungi jutaan umat Islam dari berbagai negara setiap tahunnya—mayoritas dari mereka adalah umat yang secara ekonomi tergolong mampu dan berasal dari latar belakang sosial yang beragam. Maka, wajar jika muncul kebutuhan yang beragam pula, baik dari sisi akomodasi, konsumsi, hingga...

Tanpa penilaian

-(Kamis, 22 Mei 2025)- “Ya Allah, bantu aku melihat ciptaan-Mu tanpa kacamata pengalamanku.” Menjalani perjalanan ibadah bersama banyak orang merupakan pengalaman yang penuh hikmah, namun juga menantang. Dalam perjalanan seperti ini, kita akan bertemu dengan individu-individu dari latar belakang yang berbeda—dari segi budaya, profesi, pengalaman hidup, hingga cara berpikir. Perbedaan ini, bila tidak dikelola dengan baik, bisa menimbulkan gesekan batin maupun konflik kecil yang berujung pada rasa jengkel dan emosi. Salah satu tantangan yang sering muncul adalah kecenderungan untuk menganggap bahwa kebiasaan kita adalah standar umum. Kita sering kali mengira bahwa orang lain memiliki selera, nilai, dan cara pandang yang sama. Padahal kenyataannya, setiap individu membawa latar belakang dan pola hidup yang unik. Maka tak jarang kita mendapati hal-hal yang tidak kita sukai dalam kebiasaan orang-orang di sekitar kita. Dalam konteks ini, komunikasi memegang peran penting. Komunikasi yang ter...

Terbang menuju

-(Rabu, 21 Mei 2025)- Hari keberangkatan kami tiba. Sekitar pukul 12 siang, pesawat yang membawa rombongan kami lepas landas. Dua setengah jam kemudian, kami transit di Bandara Kualanamu untuk mengisi bahan bakar. Sehari sebelumnya, kami telah dilepas secara resmi dari kabupaten masing-masing dan diterima di asrama embarkasi. Seluruh jamaah dari satu kloter dikumpulkan di aula penerimaan dan dibagi ke beberapa rombongan. Di sana, kami mendengarkan sambutan dari panitia dan penjelasan mengenai hak-hak jamaah haji. Setelah acara pembukaan, setiap jamaah dipanggil satu per satu untuk menjalani pemeriksaan kesehatan akhir. Di ruangan khusus, kami bertemu dengan dokter yang mengecek data melalui aplikasi di laptop mereka. Kami ditanya nama serta apakah mengonsumsi obat secara rutin. Jika dinyatakan sehat, kami diarahkan keluar untuk menerima dokumen penting: paspor, salinan visa, boarding pass, dan uang living cost. Kami juga diberikan Alat Pelindung Diri (APD) serta dipasangkan gelang iden...

Gelang-gelang

-(Selasa, 20 Mei 2025) Identitas merupakan hal yang sangat penting dalam perjalanan fisik dan ruhani itu. Namun, yang dimaksud di sini bukanlah pangkat, jabatan, pekerjaan, atau status sosial.  Kenyataannya, ketika manusia lahir ke dunia, ia tidak membawa identitas apa pun. Ia hanya seonggok daging bernyawa. Identitas pertama yang diberikan kepadanya adalah nama, disertai dengan pencatatan tanggal lahir.  Seiring waktu, kehidupan sosial menempelkan berbagai peran kepada individu. Peran-peran inilah yang kemudian menjadi bagian dari identitas sosial, bahkan sering kali menjadi sumber kebanggaan. Dan kadang kesombongan. Padahal, semua atribut itu tidak ada artinya di hadapan Sang Khalik.  Meski begitu, dalam perjalanan ruhani, setiap orang tetap perlu mencatat identitas dasarnya. Bukan untuk menunjukkan jabatan atau kedudukan, tetapi semata demi kejelasan dan menghindari kekeliruan, terutama dalam situasi genting. Identitas ini dicantumkan di berbagai wadah, baik besar maup...

Memenuhi panggilan

-(Senin, 19 Mei 2025)- Apakah setiap perjalanan menuju selalu harus disertai perpisahan? Akhirnya, saya tiba di momen ini—momen yang membawa perasaan campur aduk: antara rasa syukur dan kesedihan. Perasaan yang saya sadari perlu dikelola dengan baik agar tetap berada dalam titik keseimbangan. Ini adalah kali kedua saya datang ke tempat ini. Pengalaman pertama terjadi saat saya melakukan survei lokasi untuk sebuah acara besar tingkat provinsi. Saat itu, kami sudah melakukan berbagai persiapan: dari menyusun konsep bersama event organizer hingga menentukan dress code. Tempat ini adalah salah satu lokasi yang kami survei secara langsung. Namun, semua rencana itu akhirnya harus dibatalkan. Pandemi COVID-19 datang seperti serangan mendadak dari "negara api". Segala yang telah disiapkan tinggal menjadi catatan rencana. Saya masih ingat, ketika survei pertama itu, saya menyempatkan diri berfoto di depan sebuah replika ikonik. Dan kini, saya kembali ke tempat yang sama—bukan sekadar ...

Sosok berpengaruh

-(Minggu, 18 Mei 2025)- Pernahkah Anda merasakan kehadiran seseorang yang membuat hati tenang, seolah kehadirannya mampu meredakan segala masalah? Mungkin itu adalah seseorang yang kita sayangi atau yang dekat dengan kita. Bahkan tanpa melakukan apa pun, kehadirannya sudah cukup memberikan rasa nyaman dan ketenteraman. Dalam organisasi, hal serupa juga bisa terjadi. Ada kalanya seseorang yang bukan pemimpin tertinggi, justru menjadi sosok yang memperkuat keputusan-keputusan penting. Ketika ia menyampaikan pendapat, banyak orang langsung merasa yakin dan menjadikannya sebagai dasar keputusan yang diambil bersama. Sosok seperti ini bisa dikatakan sebagai seorang influencer. Penulis buku kepemimpinan terkenal, John C. Maxwell, mengatakan bahwa kepemimpinan adalah soal pengaruh. Artinya, tak peduli apa jabatannya, ketika seseorang mampu memberikan pengaruh terhadap lingkungannya, maka pada dasarnya ia adalah seorang pemimpin. Pertanyaannya, mengapa manusia bisa dipengaruhi? Apakah ada sema...

Bubur tumpang

-(Sabtu, 17 Mei 2025)- Saya mengajaknya berjalan kaki menuju tempat yang berbeda dari biasanya. Kali ini, saya katakan bahwa saya ingin sarapan makanan klasik: bubur lemu dengan sambal tumpang.  Sambal tumpang adalah jenis sambal khas yang hanya ada di daerah ini dan sekitarnya. Artinya, sambal ini sulit ditemukan di luar provinsi ini, apalagi di luar Pulau Jawa.  Lalu, bagaimana dengan bubur lemu? Sebenarnya, bubur seperti ini bisa ditemukan di banyak tempat—terutama di rumah sakit—karena memang berbahan dasar bubur nasi. Namun, yang membedakan adalah rasa dan kekhasannya. Bubur lemu memiliki rasa yang lebih gurih karena campuran santannya yang lebih banyak.  Biasanya, bubur lemu dengan sambal tumpang disajikan dalam satu piring, lengkap dengan sayur dan lauk. Tapi kali ini saya memintanya disajikan secara terpisah: bubur lemu, sambal tumpang, sayuran, dan lauk masing-masing di wadah tersendiri.  Dengan sajian yang terpisah ini, saya bisa menikmati rasa tiap elemen ...

Jejak inspiratif

-(Jumat, 16 Mei 2025)- Ketika seseorang yang kita kenal berpulang, apa yang kemudian terlintas di benak kita?  Saya terdiam ketika membaca kabar di grup WhatsApp tentang seseorang yang telah tiada. Sosok yang  saya kenal dan tentu sangat saya hormati. Padahal, beberapa minggu yang lalu, saya membicarakan sosok ini bersama tim, mengenai pelajaran berharga yang pernah diberikan.  Lalu saya membuka Facebook. Saya teringat banyak foto kegiatan kedinasan yang pernah saya unggah. Di dalam foto-foto itu, ada sosok tersebut. Artinya, dulu kami kerap menjalani banyak hal bersama.  Nyaris setiap hari saya dipanggil ke ruangan kerja untuk menerima arahan serta penugasan yang ingin segera direalisasikan. Saya berusaha mengeksekusi setiap rencana dengan sebaik-baiknya.  Adakalanya seluruh tim dikumpulkan untuk rapat, guna mendengar gagasan-gagasan baru terkait upaya akseleratif. Saya sering terheran-heran dengan ide dan analisis yang muncul. Bagaimana mungkin seseorang mampu...

Haus validasi

-(Kamis, 15 Mei 2025)- "Semakin tinggi seseorang menjunjung egonya, semakin besar pula kecenderungannya mencari validasi—meski kadang tak disadari."  Barangkali itulah yang terjadi pada saya kemarin.  Setelah menyelesaikan urusan pajak kendaraan di Samsat, saya pergi ke tukang cukur. Biasanya saya hanya minta rambut dirapikan, tapi kali ini saya meminta potongan yang lebih cepak—lebih banyak bagian rambut dicukur. Ada beberapa percakapan dengan tukang cukur itu yang membuat saya merasa senang. Saya merasa mendapat validasi darinya. Mungkin itu memang bagian dari strateginya untuk menarik dan mempertahankan pelanggan: membuat pelanggan merasa nyaman dan dihargai.  Hal seperti ini sebenarnya juga penting untuk menjadi perhatian bagi instansi atau kantor layanan publik. Salah satu strategi yang sudah diterapkan oleh Samsat di daerah ini adalah penghapusan atau pemutihan tunggakan pajak kendaraan dari tahun-tahun sebelumnya. Kebijakan semacam ini tentu membuat banyak orang te...

Pagi bersemangat

-(Rabu, 14 Mei 2025)- Pagi kemarin, ia sangat bersemangat mengajak saya ke gedung baru milik Pemda itu. Dengan berjalan kaki. Rupanya, sudah beberapa kali ia berjalan kaki mengelilingi gedung baru tersebut. Bagaimanapun, kami memang mesti intens berjalan kaki untuk jarak yang agak jauh dan waktu yang agak lama. Selain memang bagus untuk kesehatan, ini juga menjadi latihan kami—barangkali kelak diperlukan dalam situasi tertentu. Akhirnya kami tiba di lokasi. Matahari sudah mulai bersinar menyengat tubuh. Kami kemudian berjalan mengelilingi gedung baru yang megah itu. Rupanya, seluruh dinas ditempatkan di gedung ini. Maka tak heran, gedung tersebut memiliki halaman parkir yang sangat luas. Dari pintu masuk utama ke gedung, mungkin berjarak sekitar setengah kilometer. Di kanan dan kiri jalan masuk utama itu, tersedia tempat parkir yang memadai. Di depan gedung, ada lapangan yang bisa digunakan untuk upacara, bermain bola, atau olahraga senam bersama. Di bagian belakang gedung, saya lihat ...

Buku kecil

-(Selasa, 13 Mei 2025)- Saya temukan kembali buku kecil itu. Benar-benar kecil. Kalau dimasukkan ke saku baju kiri atas, masih tersisa ruang 1–2 cm. Sudah kelihatan lusuh. Di cover warna putih itu, ada dua kata yang dulu saya tulis tangan dengan spidol merah: judul buku itu dan inisial nama saya. Cover putih itu sebenarnya adalah cover pengganti—alias tambalan—karena cover aslinya sudah rusak. Seingat saya, cover aslinya berwarna hijau. Supaya lembar-lembar kertas isi buku itu tetap kuat dan tidak lepas satu sama lain, saya tambahkan tiga staples: atas, tengah, dan bawah. Sebelum saya pasang cover putih dari kertas karton itu, rupanya lembar-lembar kertas isi buku sudah saya satukan dulu dengan stiker disket zaman dulu. Kertas stiker disket itu tentu ada perekatnya. Dulu dipakai untuk menuliskan keterangan atau catatan tentang isi disket. Di stiker yang saya lekatkan di buku itu, ada tulisan: IBM Format. Apa itu disket? Bagi generasi Boomer, X, dan Y, barangkali sudah paham. Tapi bagi ...

Tiga dilupakan

-(Senin, 12 Mei 2025)- Bahwa kesederhanaan bukanlah kekurangan, tapi ia esensi. Bahwa fokus adalah kekuatan. Bahwa hadir sepenuhnya dalam satu momen lebih penting daripada mencoba melakukan segalanya sekaligus. Tidak banyak orang yang memahami dan mengamalkan tiga poin itu. Pada saat seorang Steve Jobs menganggap tiga hal itu penting, sebagian besar orang masih mengagungkan hal sebaliknya. Kemewahan dianggap luar biasa dan menjadi cita-cita. Hidup yang sederhana malah terlihat kurang ambisius. Fokus, kini menjadi perilaku yang semakin langka. Saking banyaknya informasi yang membanjiri pikiran, kita gampang terdistraksi. Emosi terpancing oleh apa saja yang dilihat, dibaca dan didengar—baik karena FOMO, iri, marah, sedih, hingga kecewa. Notifikasi datang tanpa henti dari beberapa medsos di HP. Yang membuat isi kepala jadi padat oleh hal-hal yang sebenarnya tidak penting.  Begitu juga dengan hadir sepenuhnya, atau yang dikenal sebagai mindfulness. Ini pun tak lagi mudah bagi orang-ora...

Buku suka-suka

-(Minggu, 11 Mei 2025)- Dunia tidak diubah oleh orang-orang yang mengikuti arus. Dunia berubah karena seseorang, di suatu tempat, tidak puas dengan apa yang ada, dan memutuskan untuk menciptakan apa yang seharusnya.  Itu adalah dua kalimat yang saya ambil dari satu bab pada buku yang ditulis AI. Yang tentu saja saya yang memintanya, dengan menuliskan prompt.  Artinya, kapan saja, dimana saja saya ingin membaca sebuah buku dengan materi atau isi yang saya betul-betul inginkan, dengan mudah saya bisa membuatnya.  Tadi pagi saya ingin membaca atau mengetahui pemikiran Steve Jobs. Anda sudah tahu siapa dia. Saya ingin tahu lebih dalam pandangan-pandanganya. Maka, saya tulis prompt di salah satu mesin AI. Lalu, beberapa bab dalam buku itu ditulis dengan cepat. Setiap satu bab selesai ditulis, saya akan segera membacanya. Kemudian, saya minta untuk lanjut menulis bab berikutnya, lalu saya baca bab itu. Untuk buku Jobs ini belum selesai semua bab-nya. Saya akan melanjutkannya di...

Kesabaran

-(Sabtu, 10 Mei 2025)- Sebentar aku ke toilet dulu. Kata saya, yang kemudian dia menunjukan arah toilet. Sementara saya ke toilet, dia masuk ke aula itu.  Selesai urusan di toilet, saya bergegas menuju aula. Saya menyalami petugas itu dan seluruh peserta pria. Dari penampilannya, saya bisa menebak orang-orang itu berafiliasi pada organisasi mana saja. Saya tahu akan ada perbedaan pendapat soal tatacara peribadatan. Tapi, saya berpikir positif, justru ini membuka ruang fleksibilitas, alias tidak kaku pada satu pendapat. Dalam pelaksanaannya terkadang dihadapkan pada kondisi yang tidak mudah.  Kami hadir di aula itu atas undangan petugas. Yang barangkali merasa perlu untuk memberikan pembekalan dan setidaknya gambaran pelaksanaan serta kondisi yang akan dihadapi.  Ini juga menjadi awal silaturahmi bagi kami untuk mulai saling mengenal satu sama lain. Yang diharapkan akan tumbuh rasa persaudaraan. Yang nanti akan sangat diperlukan untuk saling tolong menolong dan gotong roy...

Menyoal makanan

-(Jumat, 9 Mei 2025)- Pengen makan yang dimana? Sebuah pertanyaan yang ia ajukan, beberapa menit setelah kami bertemu. Yang dulu itu, yang dekat keraton itu. Saya menjawab begitu. Ia sudah langsung paham, apa yang saya maksud dekat keraton. Padahal yang saya maksud itu sesungguhnya adalah puro mangkunegaran. Meski sudah sering ke kota ini, saya masih tak hafal nama-nama tempat. Rasa baru pada lidah saya atas tengkleng waktu itu masih terekam di otak. Dan itu saya suka. Untuk itu, saya ingin mencicipinya lagi. Yang tentu dengan menu utamanya: sate bakar.  Kenyataannya, kualitas rasa selalu menjadi daya tarik utama. Yang akan membuat pelanggan untuk datang kedua kalinya, lalu ketiga, keempat dan bahkan mungkin setiap kali berkunjung ke suatu daerah. Selain itu, kecepatan penyajian nampaknya juga menjadi faktor penting. Aspek krusial lainnya adalah soal harga. Maka, worth it atau tidak, kerap menjadi kesimpulan dari konsumen setelah merasakan tiga aspek itu. Meskipun kesimpulan ini ka...

Menuju jeda

-(Kamis, 8 Mei 2025)- Saya menengok ke kanan lalu balik ke belakang untuk terus memandangi kantor itu dengan segala perasaan yang sulit untuk dituliskan. Saya hanya melihatnya dan berusaha menyadari apa yang saya lakukan. Saya ingin merekam momen itu dan menyimpannya dalam-dalam. Yang entah sampai kapan akan terus bertahan dalam memori saya.  Ketika mata saya tak bisa lagi melihat kantor itu, saya hanya bisa memandangi suasana jalanan kota yang lengang dengan lampu jalan yang temaram.  Sebenarnya sebelum melintasi kantor itu -tepatnya setelah keluar dari jalanan perumahan dan masuk jalan utama, saya sudah mulai memperhatikan suasana malam. Lampu-lampu temaram yang berada di pinggir jalan dan juga di garis pemisah jalan itu, terlihat menawan. Yang pemandangan itu semakin menegaskan adanya kemajuan di kota ini.  Tak bisa dipungkiri, ada kedeltaan dari keadaan sekarang dibandingkan dengan pertama kali saya datang ke kota ini. Artinya, kota ini terus berbenah menuju visi ter...

Sinergi hari jadi

-(Rabu, 7 Mei 2025)- Ada yang menarik di peringatan hari jadi kabupaten itu. Bupati dan wabup tampil bersama saat memberikan sambutan. Ketika bupati menyampaikan sambutan, wabup ikut mendampingi di atas panggung. Dikatakan, ini menjadi komitmen mereka untuk terus kompak.  Begitu juga ketika gubernur memberikan sambutan. Wagub ikut mendampingi di atas panggung. Bahkan bergantian menyampaikan sambutan. Barangkali semua itu merupakan hasil dari pelajaran masa lalu. Bahwa ketidakkompakan justru lebih banyak memdatangkan kemudharatan. Yang sebenarnya semua pihak juga sudah paham.  Itu adalah sebagian pelajaran yang bisa saya peroleh dari kehadiran kami di acara peringatan hari jadi itu. Semua setuju dan menyakini bahwa kekompakan, sinergi, kolaborasi adalah kunci sebuah kesuksesan bersama. Dengan kata bersama, maka hasilnya adalah kebahagiaan. Bukan sekedar kesenangan individu. Dalam buku seven habits disebutkan seperti ini. Dengan sinergi itu 1+1 tidak sama dengan 2, tapi bisa men...

Adaptasi

-(Selasa, 6 Mei 2025)- Saya termasuk orang yang bisa mengingat beberapa cerita film. Ada yang keseluruhan, ada pula yang cuman beberapa potong cerita. Dari film itu. Contohnya film The Shawshank Redemption. Bukan tentang tokoh utamanya, tapi ada tokoh lain yang menurut saya, ceritanya menarik dan bisa relate dengan kehidupan nyata. Ada seorang tua yang karena saking lamanya tinggal di penjara, dia seolah sudah menjadi bagian dari penjara itu. Sehingga, ketika ia menyelesaikan masa hukuman, ia justru merasa sedih. Mesti berpisah dengan orang-orang, para sahabatnya, yang sudah menemani hidupnya selama itu. Ia sebenarnya tak ingin pergi dari tempat itu. Ia ragu apakah ia akan sanggup hidup di luar sana. Dimana tak ada lagi orang yang akan ia temui. Tak ada lagi yang akan peduli. Ia sudah merasa khawatir saat akan pergi. Tapi, apa boleh buat, ia mesti meninggalkan tempat itu. Ia kemudian tinggal di satu kamar. Ia kemudian bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Tapi, disitulah ia mera...

Menghapus jejak

-(Senin, 5 Mei 2025)- Sudah lebih dari sepuluh menit saya buntu. Kehabisan bahan tulisan. Untuk malam ini. Sebenarnya ada beberapa hal yang bisa saya tulis. Terutama terkait aktivitas saya hari ini.  Pertama, tentang kebiasaan kami di setiap hari senin. Kami rutin mengawali pekan dengan apa yang kami sebut sebagai "I love monday". Kami membuat jadwal, bergantian dari masing-masing kami untuk sharing informasi tentang apa saja diluar tusi. Seperti hari ini tadi, mengangkat tema tentang hari buruh. Tempo hari tentang Lagu Indonesia Raya. Pernah juga tentang atomic habits. Pun pernah tentang pengalaman berkunjung ke IKN. Setidaknya 3 hal yang ingin dan bisa kami capai dari rutinitas senin pagi ini. Melatih kami untuk public speaking bagi yang mendapatkan giliran. Lalu, melatih kami untuk menjadi pendengar. Dan saling belajar dari informasi atau pengalaman yang dibagikan.  Aktivitas kedua, yang sebenarnya ingin saya tulis adalah tentang kehadiran kami di acara panen padi apung. H...

Filsafat otodidak

-(Minggu, 4 Mei 2025)- Saya mulai mengenal filsafat setelah bertemu dengan novel Dunia Sophie. Yang bertahun-tahun baru selesai saya baca. Yang saat membaca satu bagian, saya sudah tak ingat bab sebelumnya, karena sudah terlalu lama. Artinya, saya kurang serius membaca. Hasilnya: saya belum paham filsafat. Kemudian saya menemukan video-video di YT yang menjelaskan tentang pemikiran beberapa filosof. Ada satu masa, dimana beberapa video saya ulang-ulang menyimaknya. Bahkan menjadi pengantar tidur. Akibatnya, saya tetap belum paham benar pemikiran tokoh-tokoh itu. Paling hanya sedikit penjelasan yang saya pahami. Bersyukurnya, setidaknya saya sudah tak asing dengan beberapa tokoh. Misalnya ada yang menyebut nama Plato, Kant, Hegel, Sartre, Derrida, saya tak akan lagi bertanya-tanya siapa mereka. Tokoh apa mereka ini. Saya sudah tahu. Meski saat ditanya apa pemikirannya, saya belum tentu paham. Barangkali inilah implikasi belajar filsafat secara otodidak. Tak ada tekanan yang memaksa say...

Menyoal kembali

-(Sabtu, 3 Mei 2025)- Perihal kepergian bukanlah tentang meninggalkan. Selalu ada hasrat untuk kembali. Itu adalah kalimat yang saya tulis dan saya pilih untuk menjadi headline blog saya. Apa artinya? Kenapa menulis itu? Ada yang bertanya pada saya.  Sebagai makhluk sosial, setiap orang tentu menjalani relasi dengan orang lain. Baik dalam satu ikatan persahabatan, keluarga ataupun ikatan batin yang tulus. Pada satu periode waktu, barangkali mereka tinggal atau selalu bersama-sama. Kadang penuh canda ceria, adakalanya juga penuh ketegangan. Yang itu menjadi dinamika sebuah hubungan.  Kenyataannya, mustahil relasi itu berlangsung terus menerus. Kadang ada jeda, ada jarak oleh karena satu sebab. Yang antara kedua pihak itu tahu dan saling memahami. Adakalanya juga tanpa sepengetahuan pihak lainnya.  Pada sebuah jeda, biasanya refleksi dan perenungan itu terjadi. Atas semua peristiwa. Saat jeda itulah hadir kembali masa silam dalam bentuk kenangan. Yang kadang menghanyutkan ...

Gergaji baru

-(Jumat, 2 Mei 2025) Salah satu cara mengasah gergaji adalah belajar hal baru.  Ketika kita menebang pohon sementara gergaji sudah tumpul, langkah yang kita lakukan adalah mengasahnya kembali. Membiarkan gergaji tumpul dan terus menggunakannya, akan membuat kerja menebang pohon itu menjadi tidak efektif. Bukan lagi tidak efektif, bisa jadi malah gagal.  Begitu juga ketika kita bekerja. Gergaji adalah perumpaan dari kompetensi atau keterampilan yang kita miliki untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan itu mesti terus kita asah agar kita semakin efektif dalam menyelesaikan tugas. Tak kalah penting adalah tetap menjaga kompetensi dan skill itu relevan dengan jaman sekarang.  Bahkan, adakalanya kita perlu mengganti gergaji kita itu dengan gergaji yang baru. Yang lebih modern. Yang sudah pakai mesin. Yang lebih cepat dalam memotong pohon dan kayu. Yang juga meringankan beban dan tugas kita. Yang membuat kita punya waktu untuk mengerjakan tugas lain yang lebih strategis. Dan be...

Mindfulness

-(Kamis, 1 Mei 2025)- Kenyataannya, sebagian orang lebih banyak hidup di masa lalu dan masa depan. Saya menggunakan kata sebagian, agar lebih "aman". Karena itu masih prasangka saya. Kata ini juga membebaskan saya dari tuntutan pengungkapan data. Dibandingkan misalnya saya menggunakan kata banyak. Kata ini bisa memicu pertanyaan. Berapa angkanya. Berapa persentasenya. Darimana angka itu.  Karenanya, saya memilih kata sebagian, meski sejatinya saya ingin mengatakan banyak. Atau jangan-jangan semua orang begitu. Mengapa? Pertama, ini yang saya rasakan. Betapa pikiran ini selalu menghadirkan peristiwa silam dan imajinasi masa depan. Dengan peralihan yang sangat cepat. Bahkan saat makan pun kadang saya lengah, dengan sesuatu yang tiba-tiba hadir dalam pikiran. Sehingga tak merasakan manisnya pepaya. Atau gurihnya mandai. Jika dicermati, sesuatu dalam pikiran itu hanya dua kemungkinan: masa yang telah lewat dan bayangan yang belum terjadi atau diinginkan terjadi. Itulah yang saya ...