Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

Masjid Taif

-(Selasa, 17 Juni 2025)- Setiap tempat memiliki sesuatu yang bisa dipelajari. Bila itu merupakan hal baik dan bermanfaat, tidak ada salahnya untuk kita tiru dan terapkan di tempat kita sendiri. Itulah yang saya rasakan saat berkunjung dan melaksanakan salat di Masjid Abdullah bin Abbas di kota Taif, Arab Saudi. Setelah menunaikan salat di bagian belakang masjid, saya berjalan menuju bagian tengah dan kemudian ke bagian depan, dekat tempat imam. Di sana, saya menemukan dua hal menarik yang sangat berkesan dan memberi inspirasi. Pertama, saya melihat adanya fasilitas sandaran permanen di beberapa titik dalam masjid. Bentuknya seperti bangku panjang, yang panjangnya kira-kira lima meter. Fasilitas ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat duduk, tetapi juga sebagai sandaran bagi jamaah yang mungkin kesulitan duduk tegak dalam waktu lama, atau bagi mereka yang tidak bisa berdiri saat salat. Saya mencoba duduk di salah satu sandaran itu. Rasanya nyaman sekali. Posisi duduk menjadi lebih rile...

Botol plastik

-(Senin, 16 Juni 2025)- Salah satu kebutuhan utama manusia adalah air minum. Dengan suhu ekstrem yang kadang di atas 40 derajat Celsius, air menjadi hal penting untuk dikonsumsi jamaah haji agar tidak dehidrasi, yang bisa berakibat fatal. Untuk memenuhi kebutuhan logistik air minum, salah satu cara yang praktis dan efisien adalah penggunaan botol plastik. Ini juga bisa mencegah kontaminasi. Setiap hari, dalam frekuensi tiga kali, setiap jamaah mendapatkan jatah satu botol air minum. Jika kurang, telah tersedia galon isi ulang di setiap lantai hotel. Ketika di Arafah, di setiap tenda telah disiapkan tumpukan botol air minum, begitu juga di tenda Mina, juga telah disiapkan berbotol-botol air minum. Semuanya, jika saya perhatikan, sangat melimpah dan tidak habis ketika jamaah selesai di Arafah atau di Mina. Di dekat setiap terminal bus atau di pinggir jalan, sering saya lihat para dermawan membagikan air minum dalam kemasan botol. Itu tentu disambut baik dan gembira oleh para jamaah haji....

Pelataran Ka'bah

-(Minggu, 15 Juni 2025)- Sore itu, kami berangkat menuju Masjidil Haram dengan menaiki bus layanan gratis. Setelah puncak haji, pelataran Ka’bah kembali dibuka untuk jamaah, baik yang mengenakan pakaian ihram maupun tidak. Kami pun berniat menunaikan salat Maghrib dan Isya di pelataran Ka’bah. Sesampainya di sana, sesuai rencana, dia masuk ke area khusus wanita untuk mencari tempat salat. Sementara itu, saya akan melakukan tawaf sunnah terlebih dahulu. Seperti biasa, tujuh gelang karet saya kenakan di tangan kiri sebagai penanda putaran. Dari sudut Hajar Aswad, saya memulai tawaf di tengah padatnya jamaah. Jarum jam besar di tower gedung itu telah mendekati pukul tujuh malam—waktu Maghrib hampir tiba. Saat saya telah menyelesaikan dua putaran, saya menghentikan langkah di antara Hijr Ismail dan Rukun Yamani, lalu mulai membentuk shaf salat bersama para jamaah lain yang juga berhenti sejenak dari tawaf. Sebagian jamaah tetap melanjutkan tawaf, namun lebih ke bagian pinggir pelataran kar...

Jumat keramat

-(Sabtu, 14 Juni 2025)- Akhirnya, kami mengalami situasi yang membuat naluri purba saya menangkap sinyal bahaya. Kami berada di tengah kerumunan padat, tepat di titik pertemuan antara arus jamaah yang berjalan berlawanan arah. Lokasinya dekat dengan dua tangga—naik dan turun—yang saat itu masih ditutup. Situasinya mulai mencekam, desakan semakin kuat, dan kami yang berada di tengah, sulit untuk bergerak, baik mundur maupun maju. Untungnya, beberapa jamaah berinisiatif memaksa petugas untuk membuka akses tangga. Ketika itu, ada dua pilihan: naik atau turun. Sekilas, saya menangkap isyarat dari seorang petugas kebersihan yang menyarankan untuk naik. Kami pun mengikuti saran itu dan naik ke lantai atas. Ternyata, di sana masih cukup lega. Saya bahkan masih bisa memilih tempat sholat di dekat rak sepatu. Begitu juga dengan dia, di area jamaah wanita masih cukup lapang, sehingga kami tak perlu berjauhan. Kami bisa saling mengawasi dan mudah bertemu kembali setelah sholat. Peristiwa itu terj...

Air Zamzam

-(Jumat, 13 Juni 2025)- Dalam kisah perjuangan Bunda Siti Hajar mencari air untuk anaknya, Ismail, tercatat sebuah momen yang kemudian menjadi bagian penting dalam sejarah Islam. Saat berlari-lari antara Bukit Shafa dan Marwa, dalam kondisi gundah dan harap, ia berusaha keras demi menemukan seteguk air bagi anaknya yang kehausan. Dalam ikhtiar yang tulus itu, atas izin Allah, memancarlah air dari tanah tandus — yang kini kita kenal sebagai Air Zamzam. Air zamzam, yang memancur dari sumber suci di dekat Ka’bah, hingga kini terus mengalir dan menjadi salah satu elemen penting dalam ibadah haji dan umrah. Bahkan, meminum air zamzam selepas sholat dua rakaat setelah thawaf merupakan sunnah yang sangat dianjurkan. Untuk memfasilitasi para jamaah yang ingin mengambil berkah dari air zamzam, pihak otoritas Masjidil Haram telah menyediakan kran-kran khusus serta tabung-tabung air zamzam yang ditempatkan di berbagai sudut area masjid. Para jamaah pun kerap mengantre, baik untuk meminumnya langs...

Titik temu

-(Kamis, 12 Juni 2025)- Beginilah kalau kurang update… Awalnya saya kira istilah WC itu hanya dikenal di Indonesia, digunakan untuk menyebut tempat buang air kecil dan besar. Ternyata, saya keliru. Ketika berada di lingkungan Masjidil Haram, saya melihat tulisan WC terpampang besar-besar. Bahkan, letaknya sangat strategis dan mudah terlihat dari kejauhan. Yang menarik, sebelum atau sesudah kata WC itu terdapat angka, seperti 1WC, WC3, dan seterusnya. Setelah saya perhatikan, sepertinya ada sembilan titik WC yang tersebar di kawasan Masjidil Haram. Ini membuat saya penasaran: apa sih sebenarnya kepanjangan dari WC? Setelah gugling, ternyata WC adalah singkatan dari Water Closet. Tanpa disadari, tulisan WC yang besar dan jelas itu ternyata sangat membantu. Selain menjadi petunjuk fasilitas penting, WC juga berfungsi sebagai titik temu atau titik kumpul bagi para jamaah. Di tengah lautan manusia yang memenuhi Masjidil Haram, mencari seseorang bukanlah perkara mudah. Karena itu, WC—misalny...

Terlelap di Harom

-(Rabu, 11 Juni 2025)- Pukul 21.30 kami masih berada di Masjidil Haram. Saya duduk-duduk di pelataran halaman masjid, sembari menunggu dia yang sedang pulas tertidur. Ada satu keinginannya selama di tanah suci ini: setiap hari ia ingin melaksanakan salat fardhu di Masjidil Haram dan melihat Ka’bah. “Mumpung di sini,” katanya, “kapan lagi bisa salat dan beribadah di masjid suci ini?” Hari itu, belum ada layanan bus bagi jamaah. Bus-bus masih terfokus untuk melayani jamaah yang pulang dari Mina. Setelah semua jamaah selesai, baik yang memilih nafar awal maupun nafar tsani, barulah layanan bus reguler akan kembali beroperasi. Sementara itu, mengandalkan taksi pun bukan pilihan yang ideal. Selain karena polisi melarang kendaraan mendekati area masjid—sehingga penumpang diturunkan cukup jauh dari pintu masuk—ongkosnya pun sering kali tidak masuk akal. Barangkali ini kesempatan para sopir untuk mencari rezeki lebih, dan kami pun pernah mengalaminya, tepat sehari sebelumnya saat ingin segera ...

Madrasah kepemimpinan

-(Selasa, 10 Juni 2025)- Pelaksanaan haji reguler, menurut saya, merupakan sarana yang sangat bagus untuk membentuk dan menggembleng para pemimpin. Baik pemimpin yang duduk dalam jabatan politik, maupun mereka yang berada dalam lingkungan pemerintahan atau birokrasi. Tentu yang dimaksud di sini adalah haji reguler, bukan haji plus apalagi haji furoda. Mengapa haji reguler? Karena dalam pelaksanaannya, banyak hal yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi proses pendidikan mental, sosial, dan spiritual yang sangat relevan bagi siapa pun yang sedang atau akan memegang peran kepemimpinan. Pertama: Dibentuk Kelompok dan Regu Dalam haji reguler, para jamaah akan dibentuk menjadi kelompok atau regu. Proses ini mendorong setiap orang untuk bekerja sama, saling membantu, dan peduli pada rekan-rekannya. Nilai kebersamaan dan solidaritas muncul dari interaksi harian di antara sesama jamaah, yang tentu sangat penting bagi seorang pemimpin dalam menjalankan fungsi sosialnya. Kedua: Kejutan...

Materi kebersihan

-(Senin, 9 Juni 2025)- Meski sudah ada petugas kebersihan—baik yang bertugas mengumpulkan sampah maupun membersihkan toilet—tetap saja membuang sampah sembarangan bukanlah perilaku yang baik. Keberadaan petugas kebersihan bukanlah alasan untuk mengabaikan tanggung jawab pribadi terhadap kebersihan lingkungan, terlebih ketika sedang menunaikan ibadah haji, sebuah ibadah yang menuntut kesucian lahir dan batin. Pemandangan yang cukup memprihatinkan tak jarang terjadi di tengah kerumunan massa di jalan atau di sebuah terowongan, ketika para jamaah berjalan kaki kembali dari Jamarat maupun Masjidil Haram. Di saat-saat seperti itu, muncul pula orang-orang yang merokok di tempat umum. Tindakan ini tidak mencerminkan kepedulian terhadap sesama jamaah. Sebaliknya, hal tersebut memperlihatkan sikap egois, karena tidak sedikit orang yang merasa terganggu oleh asap rokok. Fenomena ini tentu menjadi keprihatinan tersendiri bagi umat Islam, mengingat dalam ajaran agama, kebersihan merupakan sebagian...

Cahaya kebaikan

-(Minggu, 8 Juni 2025) Barangkali memang kualitas para jamaah itu berada di atas rata-rata. Saya tidak melihat raut muka yang menunjukkan emosi atau tanda-tanda ketidaksabaran. Setidaknya, itulah yang saya saksikan dari para jamaah yang saya temui secara langsung. Dengan kondisi kepadatan penghuni tenda yang luar biasa dan antrian panjang saat menuju toilet, para jamaah justru terlihat begitu sabar dan ikhlas dalam menjalaninya. Tidak terdengar keluhan, tidak terlihat gerutuan. Bahkan, dalam situasi yang bagi sebagian orang bisa memicu ketegangan, saya menyaksikan justru sebaliknya—kepedulian dan empati tumbuh di antara mereka. Saya bahkan mengalami langsung sebuah kejadian kecil namun bermakna. Saat sedang mengantre toilet, seorang jamaah yang telah lebih dulu menunggu dengan tulus menawarkan gilirannya kepada saya. Mungkin ia menangkap gelagat saya yang mulai resah. Tentu saja saya menolak tawaran itu, dan mempersilakan dia untuk masuk terlebih dahulu. Tapi sikapnya itu membekas—ada ...

Ibadah fisik

-(Sabtu, 7 Juni 2025)- Kenyataannya, ibadah haji adalah ibadah yang sangat mengandalkan kekuatan fisik. Jamaah dituntut untuk memiliki kaki yang kuat dan stamina yang terlatih. Tanpa persiapan fisik yang memadai, perjalanan spiritual ini bisa menjadi beban yang berat, baik secara jasmani maupun rohani. Setibanya di Mina, salah satu rangkaian utama adalah melontar jumrah aqabah. Dari tenda kami, total jarak perjalanan pulang-pergi mencapai sekitar 10 - 11 kilometer. Dengan jalan kaki. Dan itu bukan hanya sekali. Perjalanan itu akan diulang kembali selama dua hingga tiga hari tasyrik untuk melontar tiga jumrah lainnya: ula, wustha, dan aqabah. Sebelum itu, jamaah juga telah menjalani rangkaian umrah wajib, yang terdiri dari tawaf dan sa’i. Aktivitas ini dilakukan dengan berjalan kaki mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali dan kemudian berjalan cepat bolak-balik antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Jarak total yang ditempuh bisa mencapai 7 hingga 8 kilometer, tergantung rut...

Senja Harom

-(Jumat, 6 Juni 2025)- Hari itu, saya meminta giliran untuk mengambil jatah makanan pagi dan siang untuk kelompok kami. Karena kami telah merencanakan untuk berangkat ke Masjidil Haram setelah salat Dzuhur dan berada di sana hingga selesai salat Isya. Artinya, untuk jatah makan malam, gantian salah satu dari rekan kami yang akan mengambilnya. Sekitar pukul satu siang lewat, kami pun berangkat menuju Masjidil Haram. Biasanya ketika naik bus, kami menyapa dan mengkonfirmasi kepada sopir mengenai tujuan bus: “Harom?” Itu adalah sebutan pendek untuk Masjidil Haram. Sesampainya di sana, kami berniat untuk beriktikaf sambil menanti waktu salat Ashar. Dalam masa menunggu tersebut, alhamdulillah saya bisa menyelesaikan satu juz Al-Qur’an. Suasana yang sakral di dalam Masjidil Haram sangat mendukung untuk tenggelam dalam bacaan ayat-ayat suci dan dzikir. Selesai salat Ashar, kami sepakat keluar sejenak untuk ke toilet—sebuah kebutuhan yang cukup lama tertahan. Saat itulah, kami menyadari ada ba...

Armuzna

-(Kamis, 5 Juni 2025)- Tibalah kami di puncak ibadah haji—Armuzna: Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Barangkali, inilah pergerakan manusia terbesar di dunia menuju satu titik untuk melakukan satu ibadah yang sama. Bayangkan jutaan manusia dari berbagai bangsa dan bahasa, bergerak secara bersamaan dalam ruang dan waktu yang terbatas. Maka, tak terelakkan betapa hal ini menuntut manajemen kerumunan massa, manajemen transportasi, logistik, serta layanan kesehatan yang benar-benar andal dan tidak main-main. Dari berbagai pemberitaan, kita telah mendengar skenario-skenario teknis dan strategis yang telah disiapkan oleh pihak penyelenggara haji. Semua ini tentu bertujuan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan puncak haji. Maka, kita patut bersyukur dan memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas berbagai upaya perbaikan, penyempurnaan, serta inisiatif-inisiatif baru demi kenyamanan dan keselamatan jamaah. Jika pun masih ada tantangan, itu adalah sesuatu yang tak terhindarkan karena dinamika...

Ujian

-(Rabu, 4 Juni 2025)- Suara batuk sudah menjadi hal yang biasa terdengar, baik di Masjidil Haram, masjid-masjid sekitar hotel, maupun di lingkungan hotel tempat para jamaah menginap. Rupanya, cukup banyak jamaah yang mengalami gangguan kesehatan seperti batuk, pilek, bahkan demam. Kerumunan massa yang sangat padat tampaknya menjadi media yang sangat mudah bagi penularan virus. Karena itu, anjuran untuk menggunakan alat pelindung diri seperti masker sering kali disampaikan. Namun demikian, penyebaran virus tetap saja terjadi, mengingat interaksi antarmanusia sangat sulit dihindari dalam situasi ibadah haji. Alhamdulillah, petugas kesehatan selalu sigap dan siap siaga dalam memberikan pelayanan. Mereka siaga memeriksa kondisi jamaah yang sakit dan memberikan obat-obatan yang dibutuhkan. Sebenarnya, banyak jamaah juga telah membawa persiapan pribadi sejak dari tanah air, termasuk obat-obatan umum dan multivitamin. Sejak awal, sebagian besar jamaah sudah berusaha mempersiapkan diri sebaik ...

Umroh

-(Selasa, 3 Juni 2025)- Hari itu, kami telah merencanakan untuk melaksanakan umroh sunnah. Berbekal hasil survei kami ke Tan’im hari sebelumnya, kami memutuskan mengambil miqat di sana dengan memanfaatkan transportasi umum Bus Makkah. Waktu keberangkatan kami tetapkan selepas sholat Subuh di Masjidil Haram. Agar tidak terlalu jauh berjalan kaki ke terminal bus, pagi itu kami memilih untuk sholat di pelataran luar Masjidil Haram yang berdekatan dengan terminal tempat Bus Makkah berada. Setelah sholat Subuh berjamaah, kami segera menuju terminal. Loket tiket ternyata sudah dibuka, meskipun hanya satu loket yang melayani. Ternyata, banyak jamaah lain yang juga hendak naik bus tersebut. Saya ikut mengantre tiket. Di tengah antrean, beberapa orang di depan saya mengingatkan jamaah lain agar tertib dan tidak menyerobot ke depan. Teriakan “One line, one line!” menggema, membentuk antrean yang lebih rapi dan tertib. Saat giliran saya tiba, saya berkata kepada petugas, “Tan’im, two person.” “Ei...

Merayakan perbedaan

-(Senin, 2 Juni 2025)- Kenyataannya, perbedaan adalah sebuah realitas yang tidak bisa dihindari. Ia hadir dalam rupa-rupa bentuk: postur tubuh, warna kulit, cara berpakaian, bahasa, perilaku, hingga detil-detil kecil yang jika disebutkan satu per satu akan sangat panjang daftarnya. Berada di kota suci ini, saya teringat pada beberapa film fiksi ilmiah seperti Star Trek dan Star Wars yang menampilkan kehidupan berbagai makhluk dari beragam suku bangsa dan planet. Di sana, perbedaan bukanlah sesuatu yang ditolak, melainkan diterima sebagai bagian dari lanskap kehidupan yang luas. Hal yang sama saya saksikan secara nyata di Masjidil Haram—bukan dalam bentuk alien atau makhluk asing, tetapi dalam rupa manusia dari penjuru dunia. Bahkan dalam tata cara ibadah pun, yang sejatinya bersumber dari pokok ajaran yang sama, terdapat perbedaan di ranah cabang. Misalnya, sebagian jamaah shalat dengan tangan bersedekap, sementara ada yang tidak, berdiri tegak lurus seperti sikap siap saat upacara. Pe...

Titip doa

-(Minggu, 1 Juni 2025)- Pada saat berada di Masjidil Haram, saya menemukan dua pengalaman menarik yang berkaitan dengan seseorang yang sedang berdoa. Di tangannya terdapat sebuah buku dan tulisan. Saya sempat sepintas melihat isi tulisan tersebut, dan ternyata berisi doa-doa. Dari teks yang saya tangkap, dugaan saya adalah itu merupakan doa-doa titipan dari orang-orang terdekat, sanak kerabat, atau mungkin teman-temannya. Artinya, jika saya boleh menduga, buku yang dipegang itu adalah catatan titipan doa. Dari bahasa yang sempat saya baca, sepertinya itu menggunakan bahasa Melayu. Barangkali jamaah ini berasal dari Malaysia. Titip doa adalah hal yang sering dilakukan oleh masyarakat kita, manakala ada seseorang yang berangkat haji. Hanya saja, kadang pesan titip doa itu disampaikan secara lisan pada saat bertemu. Doa yang dititipkan biasanya adalah agar nanti bisa segera dipanggil untuk datang ke Baitullah. “Tolong nanti, nama saya dipanggil ya,” kira-kira begitu isi pesannya. Padahal,...

Salat Jumat

-(Sabtu, 31 Mei 2025)- Jumat kemarin, kami keluar dari hotel sekitar pukul 07.00 lebih. Saat itu, tidak ada lagi bus layanan jamaah yang beroperasi menuju Masjidil Haram. Sebenarnya, kami sudah mengetahui adanya pengumuman bahwa setiap hari Jumat, layanan bus berhenti beroperasi mulai pukul 07.00 dan akan kembali aktif pada pukul 14.00. Saya melihat banyak jamaah yang memilih berjalan kaki menuju masjid. Kami sendiri memutuskan untuk naik taksi dengan tarif 10 riyal. Taksi hanya bisa mengantar sampai ke bawah jembatan layang, kira-kira 500 meter dari pelataran Masjidil Haram. Artinya, kami tetap harus berjalan kaki menuju masjid. Dan begitulah kenyataannya. Karena begitu luasnya kawasan masjid, setiap jamaah dituntut untuk memiliki kaki yang kuat dan terbiasa berjalan jauh. Memang ada layanan kursi roda, namun tentu saja berbayar. Kami sepakat untuk masuk gedung baru Masjidil Haram yang megah itu. Hampir seluruh dinding dan lantainya berlapiskan marmer. Bahkan rak Al-Qur’an pun terbuat...

Tawaf

-(Jumat, 30 Mei 2025)- Bahwa tidak ada jamaah yang memiliki niat buruk selama melakukan tawaf—misalnya, dengan sengaja ingin memisahkan rombongan hingga tercerai-berai. Semua peristiwa itu terjadi secara alami, sebagai bagian dari dinamika tawaf itu sendiri. Yang saya maksud tentu adalah tawaf di pelataran Ka’bah. Di sana, setiap orang memiliki dorongan kuat untuk mendekati dinding Ka’bah. Selain itu, setiap individu atau rombongan memulai tawaf pada waktu yang berbeda-beda, sehingga waktu mereka menyelesaikannya pun tidak bersamaan. Kondisi ini menciptakan ketegangan-ketegangan tersendiri. Ketegangan muncul ketika semua orang berusaha mendekat ke Ka’bah pada saat yang sama. Ketegangan juga muncul saat satu kelompok selesai melakukan tawaf, sementara mereka masih berada di tengah kerumunan dan ingin keluar, padahal kelompok lain masih terus melanjutkan putaran mereka. Situasi ini paling sering terjadi di area setelah Hajar Aswad—sebagai titik awal dan akhir tawaf. Di titik inilah kadan...

Gelang karet

-(Kamis, 29 Mei 2025)- Mengandalkan ingatan dalam menghitung jumlah putaran saat tawaf atau sa’i adalah hal yang tidak disarankan. Terlebih lagi bagi yang sudah berusia senior—seperti saya. Karenanya, saya menggunakan alat bantu sederhana: gelang karet. Jumlahnya tujuh, sesuai dengan jumlah putaran tawaf. Semuanya saya kenakan di tangan kiri. Setiap kali selesai satu putaran, saya pindahkan satu gelang ke tangan kanan. Begitu seterusnya. Ada juga jamaah yang menggunakan tasbih tawaf, yaitu tasbih dengan tujuh butir. Atau, ada pula yang memakai alat hitung digital. Ketiganya saya bawa, tapi saya pribadi lebih memilih gelang karet—praktis dan mudah dipantau. Saya telah beberapa kali melaksanakan tawaf di pelataran (kita sebut saja lantai dasar) kemudian satu kali di lantai 1, dan satu kali lagi di lantai 2 atau rooftop. Masing-masing lantai memiliki tantangannya sendiri. Dan saya kira, bagi Anda yang berkesempatan untuk umrah, tidak ada salahnya mencoba semuanya—demikian pula dengan sa’i...

Pasar kaget

-(Rabu, 28 Mei 2025)- Ada gula ada semut. Peribahasa lama yang mengisyaratkan bahwa di mana ada sesuatu yang menarik, maka akan menarik pula orang-orang untuk datang. Ini barangkali juga bisa diartikan bahwa sesuatu yang berpotensi mendatangkan rezeki, maka orang juga akan berdatangan. Saya agak muter-muter, hanya untuk bilang bahwa kerumunan massa itu bisa membawa rezeki bagi pelaku UMKM. Begitu juga di sini. Sepertinya, setiap pagi di beberapa titik sepanjang trotoar depan hotel itu, ada semacam pasar kaget yang menjajakan beragam makanan Indonesia, juga pakaian serta pernak-pernik lainnya. Ini bisa menjadi sarana untuk memenuhi kerinduan para jemaah akan makanan atau camilan khas Indonesia. Saya lihat ada yang berjualan: pakaian, kopiah, gorengan seperti bakwan, telur, kerupuk, donat, kentang, buah (seperti pisang, apel, pir), bakso, dan juga pernak-pernik oleh-oleh seperti cincin akik, dan aksesoris lainnya. Sebenarnya, makanan yang diberikan oleh penyelenggara haji adalah masakan ...

Jelajah sudut

-(Selasa, 27 Mei 2025)- Sebab mengantar seorang ibu yang terlepas dari rombongannya itu, telah memunculkan gagasan baru: mengeksplorasi kota ini melalui city tour—yang insyaAllah aman dan gratis. Caranya, kami naik bus layanan jamaah dari setiap terminal yang berada di dekat pintu-pintu Masjidil Haram. Sesampainya di titik akhir, kami tetap berada di dalam bus itu untuk kembali lagi ke Masjidil Haram. Atau, jika diperlukan, diarahkan oleh pengemudi bus untuk naik ke bus di depannya dengan nomor yang sama yang sudah siap berangkat. Setidaknya, saya bisa memperoleh gambaran yang lebih utuh tentang kota ini. Saya bisa melihat topografi kota yang memang terdiri dari bukit-bukit atau gunung-gunung batu—yang benar-benar batu. Saya juga bisa melihat rumah-rumah penduduk yang berbentuk kotak-kotak tanpa genteng, barangkali karena suhu udara siang hari yang panas. Hampir semua bangunan dilengkapi dengan AC. Sepanjang perjalanan, saya melihat begitu banyak hotel di sepanjang jalan dari ketiga te...

Pergaulan global

-(Senin, 26 Mei 2025)- Setiap manusia memulai perjalanannya dalam bergaul dari lingkup yang paling kecil: keluarga inti. Dari situ, ruang pergaulan meluas secara bertahap. Pertama-tama dengan tetangga dan sanak saudara, kemudian berkembang saat seseorang memasuki dunia sekolah dasar, di mana ia mulai berinteraksi dengan teman-teman dari dusun atau desa yang berbeda, bahkan dari kecamatan lain. Ketika memasuki jenjang SMP dan SMA, jangkauan pergaulan semakin luas, mencakup antar kecamatan dan wilayah yang lebih besar. Puncaknya terjadi saat seseorang melanjutkan ke perguruan tinggi. Di fase ini, ia akan bertemu dengan teman-teman dari berbagai daerah: lintas kabupaten, provinsi, bahkan pulau. Dunia kerja melanjutkan proses ini, mempertemukannya dengan rekan dari berbagai penjuru tanah air, sehingga pergaulannya telah menjangkau level nasional. Semakin luas cakupan pergaulan, semakin terbuka pula wawasan seseorang. Ia tidak lagi melihat dunia hanya dari sudut pandang lokal, melainkan mul...

Apakah kebetulan?

-(Minggu, 25 Mei 2025)- Menjelang hari keberangkatan ke Tanah Suci, saya tergerak untuk menghubungi seorang teman Kemenag yang saya kenal ketika mengikuti manasik haji di tempat tugas itu. Tujuan saya sederhana: meminta nomor WA salah satu jamaah yang pernah ikut manasik bersama. Setelah mendapatkan nomor yang dimaksud, saya pun menghubunginya. Dalam percakapan WA singkat itu, ia menyampaikan bahwa ia menginap di hotel nomor sekian—sebuah sistem penomoran yang rupanya digunakan oleh pihak penyelenggara haji untuk mempermudah identifikasi hotel, menggantikan nama-nama hotel yang mungkin asing dan sulit diingat. Pagi itu, usai salat Subuh di pelataran Ka’bah, saya kembali bertemu istri dan bergerak ke tempat air zamzam. Ketika saya kembali dari mengambil air zamzam, saya melihat istri sudah bersama seorang perempuan berumur yang tampak kebingungan. Rupanya, ia terpisah dari suaminya dan rombongan saat melaksanakan tawaf, dan sayangnya ia tidak membawa telepon genggam. Beruntung, di bagia...

Satu kerinduan

-(Sabtu, 24 Mei 2025)- Pagi itu, sebelum waktu Subuh tiba, kami berangkat menuju Masjidil Haram. Dari depan hotel tempat kami menginap, kami menaiki bus yang beroperasi nyaris 24 jam untuk antar jemput jamaah. Gratis. Ada nomor Bus yang perlu kita hafalkan dan terminal mana ia berhenti. Dari terminal itu, jamaah akan berjalan kaki kurang lebih 1 km untuk menuju pintu Masjidil Haram.  Rupanya, bukan hanya kami yang memiliki niat untuk berangkat lebih awal; banyak jemaah lain yang juga ingin meraih keutamaan sholat Subuh di Masjidil Haram. Tak butuh waktu lama, bus pun segera terisi penuh dan meluncur menuju terminal yang dekat dengan salah satu pintu masuk Masjidil Haram. Yaitu yang dekat dengan Clock Tower itu. Yang ada Jam besar itu.  Jika hari pertama itu kami beribadah di pelataran Ka'bah, kali ini kami ingin mencoba pengalaman baru: melaksanakan sholat di lantai dua. Sesampainya di area masjid, kami mengikuti arus jemaah yang terus bergerak menuju tempat sholat. Pemandang...

Modernitas suci

-(Jumat, 23 Mei 2025)- Malam itu, kami menempuh perjalanan dari Jeddah menuju Mekkah melewati jalan raya—mungkin jalan tol. Dalam perjalanan, saya mengamati berbagai pemandangan yang menarik perhatian. Pada beberapa lokasi di sisi kanan dan kiri jalan, tampak deretan fasilitas modern seperti pusat kebugaran (gym dan fitness), Dunkin dan coffee shop lainnya, gerai makanan cepat saji seperti KFC dan Kudu, hingga tempat perawatan tubuh seperti massage & spa, serta barber shop. Tak ketinggalan pula dealer mobil seperti Toyota. Nama-nama dan jenis tempat tersebut jelas menggambarkan simbol modernitas dan gaya hidup kontemporer. Kehadiran fasilitas ini tidak bisa dilepaskan dari Mekkah sebagai kota suci yang dikunjungi jutaan umat Islam dari berbagai negara setiap tahunnya—mayoritas dari mereka adalah umat yang secara ekonomi tergolong mampu dan berasal dari latar belakang sosial yang beragam. Maka, wajar jika muncul kebutuhan yang beragam pula, baik dari sisi akomodasi, konsumsi, hingga...

Tanpa penilaian

-(Kamis, 22 Mei 2025)- “Ya Allah, bantu aku melihat ciptaan-Mu tanpa kacamata pengalamanku.” Menjalani perjalanan ibadah bersama banyak orang merupakan pengalaman yang penuh hikmah, namun juga menantang. Dalam perjalanan seperti ini, kita akan bertemu dengan individu-individu dari latar belakang yang berbeda—dari segi budaya, profesi, pengalaman hidup, hingga cara berpikir. Perbedaan ini, bila tidak dikelola dengan baik, bisa menimbulkan gesekan batin maupun konflik kecil yang berujung pada rasa jengkel dan emosi. Salah satu tantangan yang sering muncul adalah kecenderungan untuk menganggap bahwa kebiasaan kita adalah standar umum. Kita sering kali mengira bahwa orang lain memiliki selera, nilai, dan cara pandang yang sama. Padahal kenyataannya, setiap individu membawa latar belakang dan pola hidup yang unik. Maka tak jarang kita mendapati hal-hal yang tidak kita sukai dalam kebiasaan orang-orang di sekitar kita. Dalam konteks ini, komunikasi memegang peran penting. Komunikasi yang ter...

Terbang menuju

-(Rabu, 21 Mei 2025)- Hari keberangkatan kami tiba. Sekitar pukul 12 siang, pesawat yang membawa rombongan kami lepas landas. Dua setengah jam kemudian, kami transit di Bandara Kualanamu untuk mengisi bahan bakar. Sehari sebelumnya, kami telah dilepas secara resmi dari kabupaten masing-masing dan diterima di asrama embarkasi. Seluruh jamaah dari satu kloter dikumpulkan di aula penerimaan dan dibagi ke beberapa rombongan. Di sana, kami mendengarkan sambutan dari panitia dan penjelasan mengenai hak-hak jamaah haji. Setelah acara pembukaan, setiap jamaah dipanggil satu per satu untuk menjalani pemeriksaan kesehatan akhir. Di ruangan khusus, kami bertemu dengan dokter yang mengecek data melalui aplikasi di laptop mereka. Kami ditanya nama serta apakah mengonsumsi obat secara rutin. Jika dinyatakan sehat, kami diarahkan keluar untuk menerima dokumen penting: paspor, salinan visa, boarding pass, dan uang living cost. Kami juga diberikan Alat Pelindung Diri (APD) serta dipasangkan gelang iden...

Gelang-gelang

-(Selasa, 20 Mei 2025) Identitas merupakan hal yang sangat penting dalam perjalanan fisik dan ruhani itu. Namun, yang dimaksud di sini bukanlah pangkat, jabatan, pekerjaan, atau status sosial.  Kenyataannya, ketika manusia lahir ke dunia, ia tidak membawa identitas apa pun. Ia hanya seonggok daging bernyawa. Identitas pertama yang diberikan kepadanya adalah nama, disertai dengan pencatatan tanggal lahir.  Seiring waktu, kehidupan sosial menempelkan berbagai peran kepada individu. Peran-peran inilah yang kemudian menjadi bagian dari identitas sosial, bahkan sering kali menjadi sumber kebanggaan. Dan kadang kesombongan. Padahal, semua atribut itu tidak ada artinya di hadapan Sang Khalik.  Meski begitu, dalam perjalanan ruhani, setiap orang tetap perlu mencatat identitas dasarnya. Bukan untuk menunjukkan jabatan atau kedudukan, tetapi semata demi kejelasan dan menghindari kekeliruan, terutama dalam situasi genting. Identitas ini dicantumkan di berbagai wadah, baik besar maup...

Memenuhi panggilan

-(Senin, 19 Mei 2025)- Apakah setiap perjalanan menuju selalu harus disertai perpisahan? Akhirnya, saya tiba di momen ini—momen yang membawa perasaan campur aduk: antara rasa syukur dan kesedihan. Perasaan yang saya sadari perlu dikelola dengan baik agar tetap berada dalam titik keseimbangan. Ini adalah kali kedua saya datang ke tempat ini. Pengalaman pertama terjadi saat saya melakukan survei lokasi untuk sebuah acara besar tingkat provinsi. Saat itu, kami sudah melakukan berbagai persiapan: dari menyusun konsep bersama event organizer hingga menentukan dress code. Tempat ini adalah salah satu lokasi yang kami survei secara langsung. Namun, semua rencana itu akhirnya harus dibatalkan. Pandemi COVID-19 datang seperti serangan mendadak dari "negara api". Segala yang telah disiapkan tinggal menjadi catatan rencana. Saya masih ingat, ketika survei pertama itu, saya menyempatkan diri berfoto di depan sebuah replika ikonik. Dan kini, saya kembali ke tempat yang sama—bukan sekadar ...

Sosok berpengaruh

-(Minggu, 18 Mei 2025)- Pernahkah Anda merasakan kehadiran seseorang yang membuat hati tenang, seolah kehadirannya mampu meredakan segala masalah? Mungkin itu adalah seseorang yang kita sayangi atau yang dekat dengan kita. Bahkan tanpa melakukan apa pun, kehadirannya sudah cukup memberikan rasa nyaman dan ketenteraman. Dalam organisasi, hal serupa juga bisa terjadi. Ada kalanya seseorang yang bukan pemimpin tertinggi, justru menjadi sosok yang memperkuat keputusan-keputusan penting. Ketika ia menyampaikan pendapat, banyak orang langsung merasa yakin dan menjadikannya sebagai dasar keputusan yang diambil bersama. Sosok seperti ini bisa dikatakan sebagai seorang influencer. Penulis buku kepemimpinan terkenal, John C. Maxwell, mengatakan bahwa kepemimpinan adalah soal pengaruh. Artinya, tak peduli apa jabatannya, ketika seseorang mampu memberikan pengaruh terhadap lingkungannya, maka pada dasarnya ia adalah seorang pemimpin. Pertanyaannya, mengapa manusia bisa dipengaruhi? Apakah ada sema...

Bubur tumpang

-(Sabtu, 17 Mei 2025)- Saya mengajaknya berjalan kaki menuju tempat yang berbeda dari biasanya. Kali ini, saya katakan bahwa saya ingin sarapan makanan klasik: bubur lemu dengan sambal tumpang.  Sambal tumpang adalah jenis sambal khas yang hanya ada di daerah ini dan sekitarnya. Artinya, sambal ini sulit ditemukan di luar provinsi ini, apalagi di luar Pulau Jawa.  Lalu, bagaimana dengan bubur lemu? Sebenarnya, bubur seperti ini bisa ditemukan di banyak tempat—terutama di rumah sakit—karena memang berbahan dasar bubur nasi. Namun, yang membedakan adalah rasa dan kekhasannya. Bubur lemu memiliki rasa yang lebih gurih karena campuran santannya yang lebih banyak.  Biasanya, bubur lemu dengan sambal tumpang disajikan dalam satu piring, lengkap dengan sayur dan lauk. Tapi kali ini saya memintanya disajikan secara terpisah: bubur lemu, sambal tumpang, sayuran, dan lauk masing-masing di wadah tersendiri.  Dengan sajian yang terpisah ini, saya bisa menikmati rasa tiap elemen ...