Patin Pengubah Mindset

  - (Ditulis tanggal 19 Juli  2023) -


Kenyataannya, hingga akhir 2014, saya tidak suka dengan ikan patin. Apakah itu digoreng, dipepes atau dibakar. Sama saja. Lidah saya tidak cocok. Ketidaksukaan ini terjadi karena pengalaman ketika makan ikan patin di kota saya, yang rasanya seperti ada rasa lumpur.
Pengalaman rasa lumpur ini terus melekat. Yang kemudian ketika melihat ikan patin bakar di Banua, pikiran saya langsung berkesimpulan: paling rasanya sama saja: rasa lumpur. Maka, pada waktu itu pilihan saya adalah haruan atau ikan laut.
Sampailah pada peristiwa yang mampu mengubah segalanya. Akhir 2014, keluarga berlibur di Banua. Pada satu kesempatan, kami pergi ke Pantai Takisung. Hari sudah siang, waktunya makan siang. Masuklah kami ke satu warung. Kami kemudian memesan makanan menu bakar-bakar. Seperti biasa saya memesan haruan. Istri dan anak-anak memilih menu ikan lainnya, yang diantaranya patin bakar. Memang, kami biasa seperti itu. Memesan makanan dan minuman yang beragam. Sehingga kami bisa merasakan menu-menu yang tersedia. Maka, kami merasa heran ketika melihat satu keluarga memesan makanan yang sama. Ya sudahlah, itu urusan mereka.
Beberapa menit kemudian hidangan sudah tersaji di depan kami. Bismillah. Kami santap makanan itu. Yang biasanya kami saling berbagi sayur dan lauk masing-masing. Sehingga kami tahu semua rasa menu yang terhidang. Sampailah saya mencoba patin bakar yang dipilih istri. Dan... hemmm... kok enak? Apalagi bagian patin yang berminyak itu, enak pokoknya.
Sejak itu, mindset saya berubah. Bahkan momen patin takisung itu terus terpatri. Saya kemudian menyukai ikan patin, yang dibakar, dipepes dan disayur. Ternyata, patin Banua berbeda. Tak ada rasa lumpur. Atau karena bumbu dan cara memasaknya yang berbeda, sehingga membuat rasanya maknyus itu. Entahlah. Yang pasti, yang dulunya menjauhi, berubah menjadi menyukai.
Begitulah. Acapkali kita terkekang dengan pengalaman buruk masa silam, yang membuat kita enggan atas satu hal. Padahal, sesuatu hal itu mungkin saja berbeda, meski bentuk dan namanya sama. Atau sesuatu itu sebenarnya telah berubah. Hanya saja, alasan itu tidak cukup untuk mengubah mindset atau paradigma. Butuh pikiran terbuka agar mampu menemukan keindahan atas sesuatu yang tadinya kita anggap buruk.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi