Tulisan Propaganda

  - (Ditulis tanggal 29 April 2023) -


Saya selalu iri dengan Pak Dahlan Iskan. Yang konsisten menulis setiap hari.
Saya? Hmmm...
Bulan maret lalu nihil. Tak ada tulisan saya nongol di media. Padahal empat bulan sebelumnya selalu ada satu tulisan yang dimuat di koran regional setiap bulannya. Penyebabnya tak lain karena saya tidak menulis di bulan Maret. Bulan April ini? Sama saja. Mengapa tidak menulis?
Inilah yang saya coba pikir-pikir lagi saat ini. Apakah karena kehabisan ide? Barangkali. Atau karena situasi yang membuat saya untuk menahan diri. Bisa jadi. Kenapa tidak menulis mengenai itu? Saya tak mampu. Khawatir malah keliru.
Toh, sekarang pemberitaan itu sudah mereda. Berganti dengan berita lainnya. Mungkin sudah bosan atau media bingung mau menulis apa lagi tentang itu. Semuanya telah dijelaskan secara terang benderang.
Balik ke soal menulis. Ada yang bilang, menjelang tahun politik kemampuan menulis dengan metode storytelling sangat dibutuhkan untuk mengkampanyekan para calon-calon itu.
Iklan poster, baliho sudah terlalu jadul. Kalau iklan di tipi paling-paling langsung diganti ke chanel lainnya. Oleh para pemirsa. Iklan di youtube juga langsung di-skip. Maka, alternatifnya adalah tulisan singkat padat menarik dengan judul yang clickbait. Yang tulisan ini bisa dishare ke semua medsos, dimana hampir setiap orang terhubung dengan medsos.
Semua sudah tahu: smartphone sudah menjadi bagian dari diri seseorang. Melekat di setiap waktu. Menemani dalam suka dan duka. Dari menjelang tidur, bangun, beraktivitas dan tidur lagi. Pokoknya 24 jam, nyaris tak lepas dari smartphone ini. Dengan segala aplikasi.
Maka, strategi kampanye yang paling efektif dan efisien adalah hadir dan memenuhi medsos dan aplikasi-aplikasi yang ada di smartphone dengan konten-konten kampanye terselubung. Yang halus dan memikat, dan tak terasa kalau itu sebenarnya sebuah propaganda. Dan satu-satunya cara untuk itu adalah melalui tulisan.
Ini juga keunggulannya, melalui tulisan pula, kadang seseorang tetap dianggap netral meski sebenarnya ada keberpihakan. Metafora menjadi salah satu cara. Yang bisa menyelamatkan seseorang dari delik aduan. Atau cerita-cerita pengalaman pribadi yang sebenarnya terselubung pujian akan karakter dan prestasi seseorang. Atau yang sejatinya menyerang seseorang. Secara tersirat.
Begitulah. Lewat tulisan, ada banyak pesan yang bisa kita sampaikan.

Populer

The Last Kasi Bank dan Manajemen Stakeholder

DAK Fisik dan Dana Desa, Mengapa Dialihkan Penyalurannya?

Menggagas Jabatan AR di KPPN

Setelah Full MPN G2, What Next KPPN?

Perbendaharaan Go Green

Everything you can imagine is real - Pablo Picasso

"Penajaman" Treasury Pada KPPN

Pengembangan Organisasi